Thursday, September 29, 2011

Thanksgiving Thursday: New Reborn Girls!

Bosen tiduran mulu seharian gara2 flu (demam, batuk, pusing), akhirnya aku memutuskan buat ol lagi dan baca http://hanshinta1.blogspot.com/2011/09/thanksgiving-thursday-lets-start.html lalu jadi terinspirasi buat nulis. :)

Semalem waktu monthly meeting TC girls dormitory, Kak Fajar yang mimpin doa syafaat bilang kira-kira kayak gini, "Mari kita mengucap syukur atas penyertaan Tuhan selama bulan September ini....." Saat itu yang ada di pikiranku bulan ini belum berakhir tapi ada banyak hal yang bisa disyukuri. Namun yang paling ingin aku syukuri adalah 2 orang yang kulayani di kamar 503-504 mengalami kelahiran baru mereka bulan ini. Thanks God, aku bisa jadi saksi kelahiran baru mereka!

Awalnya aku ga ada pikiran bahwa anak2ku harus sudah terima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Semua yang masuk ke TC sudah pasti Kristen. Dari awal isi form masuk aja udah ditanya2in tentang Tuhan Yesus, bahkan waktu wawancara pertanyaan pertama yang aku dapat itu, "Bagaimana hubungan pribadimu dengan Tuhan?" Tes dan wawancara persis sama dengan tes dan wawancara penerimaan mahasiswa teologia. Jadi, wajar kan kalau aku gak berpikir bahwa sebagai supervisor aku wajib memastikan mereka udah lahir baru atau belum.

Sampai akhirnya salah satu anak kamarku menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatku di TC HoPe hari Selasa yang kebetulan aku PIC-in. Waktu itu si Silvi yang mimpin. Cerita lengkapnya ada di sini.

Nggak lama setelah peristiwa tersebut, aku ngobrol2 lagi dengan Silvi dan dia juga menegaskan bahwa latar belakang keluarga dan lingkungan Kristen sejak kecil tidak menjamin seseorang sudah pasti lahir baru. Walaupun semua mahasiswa TC itu identitas agamanya Kristen, itu juga tidak menjamin mereka benar2 sudah lahir baru. Silvi sendiri sudah berinisiatif buat make sure apakah anak2nya udah lahir baru atau belum saat rapat kamar mereka dan sudah menuntun beberapa mahasiswi untuk lahir baru.


Tadinya aku sempat berpikir bahwa aku nggak perlu repot2 make sure mereka udah pada lahir baru atau belum. Kan bulan Oktober ini ada Youth Camp dan mereka semua udah sign up. Di situ biasanya sesi pertama ditantang untuk terima Kristus, dan yang udah terima Kristus ditantang buat memperbarui komitmen untuk bener2 hidup bagi Kristus atau bahkan menyerahkan diri sebagai hamba Tuhan. Biasanya jiwa-jiwa yang ketangkep banyak banget di situ.

Once again, thanks to the Lord! Dia menyadarkan aku bahwa masalah keselamatan itu tidak boleh mengulur waktu. Kalo aku menunggu waktu Youth Camp, itu sama dengan mengulur waktu. Kalo tiba2 Tuhan panggil tu anak kamarku sebelum Youth Camp gimana? Jadi aku memutuskan untuk SEGERA bertindak.


Aku jadi ikutan termotivasi untuk melakukan hal yang sama dengan yang Silvi lakukan pada rapat kamar 504 Minggu kemarin. Ternyata ada juga seorang gadis yang berasal dari keluarga Kristen tetapi secara pribadi belum menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya. Saat itu juga aku minta kuasa pimpinan Tuhan Yesus untuk menolongku menuntun gadis ini menerima Kristus. Cerita lengkapnya ada di sini.

Bagiku bulan September ini bukan sekedar September Ceria. I named this month: JOYFUL SEPTEMBER. Bersukacita karena Tuhan mau pake hidupku untuk membawa orang lain pada Kristus! Hal kelahiran baru ini baru starting point aja, belum pertumbuhan mereka hari demi hari. Next step: I want to lead them to build a deep relationship with God.

Nah, sekarang giliranmu untuk join Thanksgiving Thursday! Just click here.

Sunday, September 25, 2011

Satu Jiwa Dimenangkan Bagi Kristus! LAGI!

Tadinya aku mau cepet tidur, tapi gak bisa. Terlalu bersukacita!! \(^-^)/


"Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."
(Lukas 15:7)


"Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." (Lukas 15:10)


Kali ini seseorang yang kulayani di kamar sebelah (masih sebalkon) menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya! Aku nggak tahan untuk nggak share dan menyaksikan kasih karunia Tuhan yang menyelamatkan.

Awalnya, aku meminta Venny memimpin rapat kamar. Temanya tentang lahir baru. Venny sudah mempergumulkan bahan rapat kami, demikian juga aku secara pribadi bergumul dan menyerahkan rapat kamar ini pada Tuhan.

Satu demi satu dari kami bersaksi mengenai kelahiran baru kami. Sampai seorang saudari kami yang cukup kritis dalam bertanya mengajukan pertanyaan. "Bagaimana saat teduh bisa membersihkan hidup kita?"

Dari pertanyaan itu, aku terus terdorong untuk berdoa mengenai dia sepanjang rapat. Sampai akhirnya dia sendiri sharing betapa sesungguhnya dia tidak mengerti bagaimana menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat. Ia juga punya banyak pertanyaan mengenai Tuhan. Ia betul-betul bergumul. Ada keraguan di benaknya, apakah Tuhan sungguh mengizinkan dia menerima hidup kekal jika melihat perbuatan-perbuatannya.

Langsung saat itu aku minta hikmat Tuhan dan bertindak. Aku tegaskan ke dia kalau perbuatan tidak menyelamatkan. Aku tegaskan juga bahwa dia butuh darah Kristus yang membasuh dan mengampuni dia. Intinya sih, aku tembak langsung dan pada akhirnya nanya, "Apa kamu mau sekarang menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatmu?"

Dengan berlinang air mata, dia menjawab, "Mau."

Sementara teman-teman sekamar yang lain berdoa untuknya, aku menuntun gadis ini untuk berdoa mengakui bahwa ia berdosa dan butuh pengampunan. Aku menuntun dia untuk menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya secara pribadi.

I'm just speechless.
Nggak tahu harus ngomong apa. Bersyukur kalo hari-hari ini Tuhan terus ingatkan betapa pentingnya membawa seseorang menjadi murid Kristus.
Ada sukacita besar yang tidak terkatakan!

How great is our God and how deep is His love for us!



How Deep The Father's Love for Us!


Sekali lagi sepanjang hari ini aku diingatkan betapa dalamnya kasih Bapa bagi kita, sehingga Ia rela memberikan Putra-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa melainkan beroleh hidup yang kekal.

Saturday, September 24, 2011

Forgiveness for Parents and Family

Sore ini untuk kedua kalinya aku ikutan ACCESS, ibadah kaum muda-nya HMCC (Harvest Mission Community Church) yang diadakan di Resto STPPH, lantai 1 gedung D, UPH. Temanya yaitu Family Matters (part 1) yang dibawain sama Pastor Andrew Jun.

Sebagai introduction khotbah, Ps. Andrew meminta kami untuk pair with someone and sharing about our parents' relationship.
1. Apa sih memori tentang hubungan kedua ortumu yang kalo bisa tuh mau kamu delete aja?
2. Sharingkan hal apa dari hubungan kedua ortu yang kamu appreciate dari mereka. (Sampe2 mau dicontoh di masa depan nanti.)

Tadinya waktu mikir pertanyaan nomor 1, aku agak bingung. Apa ya ada gitu memori yang aku ingin delete dari hubungan Papa dan Mama? Sempat bingung juga jawabnya. Aku tahu bahwa hubungan mereka sebagai suami istri juga gak sempurna, tapi bisa dibilang mereka itu harmonis. Justru aku bersyukur pernah melihat mereka bertengkar. Dari situ aku tahu bahwa pernikahan itu tidak mudah. Selain itu aku juga bisa melihat bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah dan belajar dari mereka.

Balik lagi ke khotbah Ps. Andrew :)
Setelah introduction, Ps. Andrew menjelaskan kalo keluarga kita, secara khusus ortu itu gak sempurna. Mereka berbuat salah dan kasih contoh yang mungkin kurang baik untuk ditiru. Kita sebagai anak perlu sekali mengampuni mereka atas apa yang terjadi di antara mereka berdua. Kalo kita gak ada pengampunan untuk kesalahan dalam hubungan kedua ortu, ntar waktu married kita akan cenderung melakukan kesalahan yang sama. Bagaimana cara kita memperlakukan suami/istri dalam pernikahan, sangat dipengaruhi oleh cara orang tua kita saling memperlakukan satu dengan lainnya.

Selanjutnya Ps. Andrew bahas Efesus 4:21-23. Emang sih itu tentang suami-istri. Buat kita yang single ini sekilas kayak nggak relevan gitu sih... tapi sebenernya relevan banget. Firman ini penting bukan cuma untuk persiapan masa depan, melainkan juga untuk pengampunan dan pemulihan terhadap ortu dan juga untuk kita ngerti gitu lo apa maksud Firman Tuhan menganalogikan hubungan Kristus dan jemaat dengan hubungan suami-istri.

Sampe di sini baru aku ngerti dan baru keinget kalo ada hal-hal tertentu dalam pernikahan Papa dan Mama yang tidak ingin aku tiru kalau nanti masuk pernikahan. Ada hal-hal tertentu dari Mama yang juga tidak ingin aku tiru (ini karena aku juga akan jadi istri nantinya). Memang benar kalau ada kesalahan dalam pernikahan Papa dan Mama ya harusnya itu antara mereka aja, gak perlu melibatkan anak-anak. Meskipun aku tidak pernah merasa bahwa aku perlu marah dan kecewa kalau mereka bertengkar (soalnya toh akhirnya mereka selalu damai dan mesra lagi... hehehe... ), tapi aku HARUS mengampuni kesalahan yang ada dalam hubungan mereka.

Sekali lagi, like what Ps. Andrew said, walaupun rasanya aku tidak pernah berpikir atau merasa terluka kalau ada kesalahan antara hubungan suami-istri Papa dan Mama, aku harus melepaskan pengampunan untuk kesalahan dalam hubungan mereka. Denger khotbahnya Ps. Andrew ini aku jadi berpikir bahwa ada kalanya dalam pertengkaran ortu, anak terluka melihat mereka bertengkar, tapi gak ngerasa terluka. Mungkin aja lo suatu saat ketika Papa dan Mama berkonflik, tanpa sadar aku terluka. Kenapa tanpa sadar? As I said before, mereka selalu bisa damai dan mesra lagi. Hehehehe....

So, after that aku berdoa secara pribadi di hadapan Tuhan melepaskan pengampunan buat Papa dan Mama untuk luka hatiku yang tanpa kusadari terjadi karena mereka. Untuk setiap saat Papa gagal mengasihi Mama seperti Kristus mengasihi jemaat, aku mengampuninya. Untuk setiap saat Mama gagal tunduk pada Papa sebagai kepalanya, aku mengampuninya.

Yang menakjubkan, setelah doa, bukan cuma lega, melainkan ada pandangan baru mengenai Papa dan Mama. Baru beberapa menit lalu aku chatting dengan Papa yang menceritakan sebuah konflik yang baru-baru ini terjadi antara Papa dan Mama. Aku tahu betul kelemahan mereka berdua sebagai suami-istri. Namun setelah berdoa melepaskan pengampunan atas kesalahan-kesalahan dalam pernikahan Papa dan Mama, Tuhan benar-benar mengubahku!
Di dalam kelemahan Papa sebagai seorang suami, aku bisa berdoa dan mendukungnya tanpa ada pikiran yang menghakimi.
Di dalam kelemahan Mama sebagai seorang istri, aku bisa berdoa dan mendukungnya tanpa ada pikiran yang menghakimi.


Jujur, ada kalanya ketika mereka berkonflik, ada pikiran yang menghakimi ortu. Misal, "Ya Papa sih begini.. Jadinya gitu deh sama Mama...." atau sebaliknya, "Gara-gara Mama gini sih, jadinya Papa ngamuk...." Akibatnya, kadang kala ketika mereka berkonflik, aku ngomong sama Papa, "Ya Mama memang gitu sih Pa.... Susah lah tu orang...." dan ngomong sama Mama, "Ya susah Ma.. Papa seh blablablabla...." Lah? Jadinya malah ngadu domba ortu. Dosa deh... :(

Setelah berdoa dan melepaskan pengampunan untuk setiap kesalahan dan ketidaksempurnaan dalam hubungan pernikahan Papa dan Mama sebagai suami-istri, pikiran-pikiran itu yang Tuhan gantikan dengan cara pandang yang positif dan mendukung. Mereka memang tidak luput dari kelemahan, tapi bukan itu yang harusnya dipermasalahkan. Sebagai anak, aku harus mengampuni dan mendoakan mereka hari demi hari supaya makin bertambahnya hari, pernikahan mereka boleh semakin diberkati dan menjadi berkat. :)

By the way, aku sangat mengapresiasi bagaimana kedua ortuku berusaha menyelesaikan masalah betapapun tidak sempurnanya mereka. Aku sangat mengapresiasi kerinduan mereka untuk terus mau belajar menjadi suami dan istri serta ortu yang baik. Bahkan Papa sempat mengambil kelas Father's Wise dan Mama mengambil kelas Mother's Wise. Padahal pengetahuan mereka soal hubungan pernikahan dan parenting secara alkitabiah tuh gak kurang-kurang. Lebih dari semuanya itu, yang sangat amat aku apresiasi dan aku syukuri adalah bagaimana mereka berdua menempatkan Kristus sebagai kepala keluarga kami.

Thanks God, for giving me parents like them.
Thanks for their humble heart to learn and love each other in Christ.

Friday, September 23, 2011

Mereka Perlu Belajar Menghargai Perasaan Seorang Wanita

by Kenia Oktavianie on Friday, September 23, 2011 at 8:37am

Ditulis dengan kasih, untuk setiap wanita yang indah dan setiap pria yang belajar menghargai keindahan seorang wanita :)

Adalah suatu peristiwa yang begitu indah ketika Allah menciptakan Hawa untuk pertama kalinya. Bagi Adam, sosok indah yang berdiri di depan matanya adalah sebuah anugerah yang Tuhan ciptakan untuk menemani kehidupannya. Ya, wanita adalah pribadi yang Allah ciptakan secara unik dan istimewa. Wanita indah karena diciptakan begitu berbeda dengan laki- laki, namun begitu melengkapi sisi kelemahan seorang pria. Mereka memiliki perasaan yang lebih halus. Sedikit terkesan rapuh, tetapi setiap mata yang memandang mereka mampu melihat kekuatan dibaliknya.

Ya, wanita adalah ciptaan Allah yang special dan mulia. Dan sejak pertama kali diciptakan, pria memiliki tanggung jawab untuk menjaga, menghormati, dan mencintainya. Alkitab dengan tegas mengatakan bahwa pria dan wanita diciptakan dalam derajat yang sama. Tidak ada yang lebih rendah dan tidak ada yang lebih tinggi derajatnya. Mereka diciptakan berbeda dengan tujuan saling melengkapi satu sama lain.

Yesus adalah pria yang mengambil inisiatif untuk melakukan hal ini. Budaya pada zaman Ia hidup adalah budaya yang menganggap wanita sebagai kelas kedua dalam masyarakat. Tapi betapa saya kagum akan sikapnya yang lembut terhadap wanita. Yesus tidak segan untuk berbicara dengan perempuan Samaria yang memiliki banyak suami, yang notabene dalam budaya saat itu dianggap sangat tidak layak. Dia bahkan tidak sekedar berbicara, Ia menghargai perasaannya, bahkan menyentuh hatiNya.  Yesus memperlakukan perempuan Samaria sebagai wanita yang layak untuk dihargai.

Banyak kisah lain yang dapat kita telusuri mengenai cara Yesus memperlakukan wanita. Lihatlah wanita yang membasuh kaki Yesus dengan rambut dan air matanya. Yesus menerima perlakuannya dengan hormat tanpa merendahkan keberadaannya. Yesus menghargai hatinya. Lihatlah Maria yang duduk dekat kakiNya. Yesus menghargai kerinduannya untuk mengenal Allah lebih dalam, Yesus menghargai keberadaannya. Lihatlah perempuan pezinah dan hampir mati dilempari batu, Yesus menghargai, melindungi, bahkan mengampuninya. Masih begitu banyak kisah dalam alkitab yang sesungguhnya mengungkapkan betapa Yesus begitu menghargai seorang wanita. Ia adalah Pria yang menjaga, menghormati, dan mencintai seorang wanita, bahkan sampai kepada perasaannya yang terdalam.

Sayangnya, banyak pria Kristen yang tidak mengerti bagaimana harus menghargai perasaan seorang wanita. Mereka dengan sembrono bermain dengan perasaan wanita dan tidak menyadari bahwa itu dapat menghancurkannya. Mereka membangun hubungan seenaknya, menciptakan kedalaman emosi yang sementara, dan mengakhirinya dengan tidak bertanggungjawab. Mereka mencaci, menghina, dan merendahkan.   Begitu banyak pria yang meremehkan hal ini, dan tidak menyadari bahwa apa yang mereka lakukan sangatlah melukai perasaan seorang wanita. Faktanya, begitu banyak wanita yang hancur hidupnya karena pria- pria penting dalam kehidupan mereka terlebih dulu melukai hatinya.
Bukankah kita semua memiliki tanggung jawab yang sama untuk belajar? Untuk mengarahkan hati kita kepada keserupaan dengan Kristus. Keserupaan dengan pribadi yang tau betul bagaimana menghargai perasaan seseorang.  Bukankah lebih baik kita memulainya sekarang? Belajar untuk berhati- hati dengan perasaan, menghargai, menghormati, menjaga, dan mencintainya. Lakukanlah tepat seperti yang alkitab katakan, yaitu untuk menganggap perempuan yang lebih muda sebagai saudarimu, dan perempuan yang lebih tua sebagai ibumu. Allah menghendakinya, yaitu untuk mengasihi dengan cara yang benar, bahkan berjuang mati- matian untuk menghargai perasaan seorang wanita. Oleh karena itu, entah itu perempuan yang lebih tua ataupun perempuan yang lebih muda, setiap pria memiliki porsi yang sama untuk menghargai wanita.

Bagi setiap pria yang membaca tulisan ini, berdoalah agar Tuhan menuntunmu untuk semakin serupa dengan Kristus. Untuk tau bagaimana menempatkan dirimu sebagai pemimpin atas wanita namun tidak melukai hatinya. Dan bagaimana untuk bisa menghargai kepekaan perasaan seorang wanita dan bertanggungjawab atas setiap tindakan yang akan mempengaruhi emosinya.

Bagi setiap wanita yang membaca tulisan ini, berdoalah untuk kemampuan tunduk dan hormat pada kepemimpinan pria dalam hidupmu. Dan berdoalah untuk seorang pria yang seperti Kristus, yang tau bagaimana harus bersikap dan menjaga hatimu dengan kewaspadaan. Berdoalah bagi hatimu, dan serahkan secara utuh di hadapan Allah, sehingga tidak seorangpun dapat meremukkannya.

Pada akhirnya, berdoalah bagi setiap hati yang terlanjur hancur dan bagi setiap mereka yang terlanjur menghancurkan hati. Kiranya kasih Allah menangkap dan memperbaharui hati mereka, sehingga kita semua dapat belajar bagaimana untuk terus hidup dalam kasih Allah yang nyata dan bertumbuh semakin serupa dengan Dia.

Karawaci, 22 September 2011
Kenia Oktavianie

Wednesday, September 21, 2011

Love Your Husband All The Days of Your Life!

Siang ini sambil makan, Silvi sempat cerita mengenai apa yang yang dia baca di buku When God Writes Your Love Story. Nah, katanya di buku itu disinggung mengenai Amsal 31:12. Aku sudah menghafalkan ayat ini semester lalu sambil baca Becoming The Woman God Wants Me To Be, tapi siang ini baru aku menyadari keunikan ayat ini.



Ia berbuat baik kepada suaminya dan tidak berbuat jahat sepanjang umurnya. (Amsal 31:12)

Perhatikan baik-baik frasa yang aku cetak miring. Sepanjang umur? Wah.. wah.. kayaknya lebay deh.... Ketemu sama si dia aja belum, nikah juga umur berapa.... Mana mungkin sepanjang umur mencintai suami? Kalo sepanjang umur pernikahan sih masuk akal. Kalo sepanjang umurnya? Umur si wanita? HAHAHAHAAAAA....

But, kayak slogan gedung D di UPH, WITH GOD ALL THINGS ARE POSSIBLE!

Yes! Sangat mungkin sekali bagi seorang wanita untuk mencintai suaminya sepanjang umurnya.

How???

Menurut sharingnya si Silvi tadi, mencintai suami itu nggak menunggu hari pernikahan. Mencintai suami itu mulai dari sekarang, saat masih belum tahu siapa dia, bahkan belum ketemu juga. Lah kalo ga tahu orangnya, ketemu juga kagak, gimana mau mencintai?

  1. Cintailah dia dalam doa-doamu! As single ladies, we always pray for our future husband, right?
  2. JAGALAH HATIMU DENGAN PENUH KEWASPADAAN! Jangan dengan mudahnya ngasih hati ke cowok-cowok! Bahkan untuk a godly man sekalipun! Jangan berikan hati dan cintamu sebelum Tuhan kasih lampu ijo! Kasihan ur future husband kalo kamu berkali-kali patah hati.... Kamu membawa hati yang hancur untuknya.... Kalau pernah patah hati, ya sudah. Minta Tuhan pulihkan dan jangan coba-coba lagi membuka celah untuk patah hati berikutnya.
  3. Batasi emosi dalam pergaulan antara cowok-cewek. Minta Tuhan menolongmu to guide your heart!
Baru kemaren saat rapat bersama other Spv and RA, si ibu RA mengingatkan bahwa pokok doa yang penting untuk didoakan di kamar adalah mengenai pasangan hidup.

Baru juga 3 hari yang lalu aku berusaha mati2an jaga hati dan perasaan gara2 digodain terus sama seorang temen cowok. Aku tahu sih maksud dia cuma bercanda. Nggak ada acara naksir2an atau ke-ge-er-an, tapi perkataan-perkataan yang dia pake buat bercanda itu cukup membuatku sulit tidur. Baru setelah doa, aku bisa tenang dan tidur nyenyak.

Anyway, sampai di sini aku masih belum puas. Kayaknya kalo alasannya cuma nurutin Amsal 31:12, aku nggak sanggup untuk mencintai seseorang yang imajiner! Yang bener aja deh, mengasihi seseorang yang jelas2 nyata seliweran di depan mata aja susah amit2 apalagi mencintai suami masa depan yang jelas2 manusia abstrak sekarang ini! So, how? Is it still possible to love him all the days of my life?

YES! WITH GOD ALL THINGS ARE POSSIBLE!


"Sebab yang menjadi suamimu ialah Dia yang menjadikan engkau, TUHAN semesta alam namanya; yang menjadi penebusmu ialah Yang Mahakudus, Allah Israel, Ia disebut Allah seluruh bumi." (Yesaya 54:5)

Love God first. Cintailah Dia lebih dari siapapun dan apapun! Jika kamu sudah lebih dahulu mencintai Tuhanmu sejak masa mudamu, maka tidak sulit bagimu untuk mencintai suamimu sepanjang umurmu.


Love your husband all the days of your life!



Tuesday, September 20, 2011

Menjawab Panggilan Tuhan

Kalau lagi KKR, mudah bagi kita untuk bilang "Ya" atas panggilan Tuhan saat itu. Mungkin tidak terpikir juga betapa beratnya konsekuensi yang harus kita tanggung untuk menjawab panggilan Tuhan. Salah satunya yaitu keluar dari comfort zone kita. Keluar dari comfort zone bisa berarti:

  • Meninggalkan rumah dan pergi ke suatu tempat yang jauh dengan lingkungan yang sama sekali berbeda.
  • Tidak mendapatkan apa yang kita inginkan.
  • Harus pergi melayani orang-orang yang tidak kita sukai.
  • Tidak mendapatkan cukup dukungan dari orang-orang di sekeliling kita.
  • Harus berkonflik dan berkonfrontasi dengan orang2 yang kita kasihi.
  • dan lain-lain yang mungkin membuat kita menangis dan ingin mundur dari panggilan Tuhan.
Baru kemarin aku denger suatu kisah pengalaman seorang sahabat yang hampir aja mundur meninggalkan panggilan Tuhan karena nggak bisa lagi pulang ke kota kelahirannya tiap weekend. Sedih waktu denger dia sempat berpikir untuk meninggalkan panggilannya. Di sisi lain aku bersyukur sekali bahwa orang-orang di sekitarnya dan kondisinya sekarang memaksa dia untuk tetep menjalani panggilannya sambil belajar percaya bahwa Tuhan tetap baik sekalipun apa yang dia inginkan tidak selalu bisa terjadi. Aku melihat sekarang ini merupakan kesempatan berharga baginya untuk belajar keluar dari comfort zone-nya agar bisa maksimal dalam menjawab dan menjalani panggilan Tuhan.

Aku jadi inget Friday Night Fellowship mengenai God's love for Papua. Malam itu aku menyadari betapa egoisnya aku dalam menjawab panggilan Tuhan. "Ya, Tuhan. Ini aku, utus aku ke Jakarta, Batam, Surabaya." (maunya kota2 besar doang...)

Menjawab panggilan Tuhan bukan berarti aku berhak menentukan di mana aku akan melayani. Tuhan yang memanggil, Dia yang berkuasa menentukan  di mana aku akan ditempatkan. Kalau itu berarti harus jauh dari rumah... ya, aku sih gak pengen jauh2 dari rumah. Jakarta-Surabaya is enough. Tapi aku tahu bahwa aku harus mempersiapkan diri untuk ditempatkan di mana saja, termasuk daerah-daerah yang kecil di mana ga ada internet, ga ada mall.... hiks.. T-T. Satu hal yang harus selalu kupegang, bahwa Dia adalah Imanuel, Allah yang menyertai.

Aku ingat Nita pernah bilang, "Kita masuk TC dengan bergumul, menjalaninya dengan bergumul, dan keluar dengan tetap mempergumulkan panggilan kita." Bener sekali! Tanpa pergumulan yang sungguh-sungguh, sulit bagi kita untuk menjawab dan menjalani panggilan Tuhan.

Are you ready to answer God's calling ;)

Friday, September 16, 2011

I Know Whom I Have Believeth!

Pagi ini saat morning devotion, Bu Connie berkata bahwa minggu ini adalah minggu yang berat baginya. Tanpa beliau tahu siapa Tuhannya, siapa dirinya di dalam Kristus, dan apa tujuan hidupnya, maka sulit baginya untuk melalui minggu ini. Aku sangat setuju. Aku pernah ada di posisi yang serupa, seakan2 mau mati melihat begitu banyaknya tanggung jawab yang harus dikerjakan. Waktu 24 jam sehari kayaknya nggak cukup. Seorang teman bahkan mengganti "to do list" menjadi "to die list" saking pontang-pantingnya dia menjalani hari-hari yang cukup sibuk dan berat.

Kemarin malam saat menghadiri seminar DR. Ravi Zacharias, beliau mengatakan bahwa pain adalah bukti kasih Allah. Bisa merasa sakit dan mengalami kesukaran sungguh merupakan anugerah kasih Tuhan, supaya kita berhati-hati dalam menjalani hidup yang Dia percayakan. Tanpa adanya kesulitan dan penderitaan, kita akan merasa seakan-akan diri kita adalah Allah dan merasa tidak butuh Tuhan lagi. Itu yang akan terus menenggelamkan kita dalam dosa. Sebab sejak mula kejatuhan, manusia ingin menjadi sama seperti Allah

Entah berapa kali aku berusaha mengatur dan mengontrol hidupku sendiri. Lupa bahwa Kristus telah menjadi penebusku dan Dialah satu2nya pribadi yang berkuasa atas hidupku. Dengan kata lain, hidupku sudah bukan milikku sendiri lagi. Time management-ku seharusnya bukan lagi berpusat pada kepentingan diriku sendiri, melainkan harus berpusat kepada Tuhan!

Pagi ini Bu Connie berulang kali menegaskan agar setiap kami memikirkan secara serius segala sesuatu, "Is it worthy for the gospel of Christ?" Sebagai orang percaya, seringkali kita percaya saja, malas untuk berpikir secara mendalam. Aku suka slogan RZIM yang kubaca semalam: Helping the believer think and helping the thinker believe.

Seringkali aku bertindak dan berbicara tanpa berpikir. Sama sekali tidak Christ-centered, melainkan self-centered. Lebih mudah untuk memikirkan diri sendiri daripada Kristus. Sungguh aku harus memuji Tuhan, kalau Dia izinkan kesulitan hadir dalam hidupku, supaya aku berpegang kepada-Nya. Bahkan ketika aku sudah melakukan apa yang benar sesuai dengan Firman Tuhan, aku bersyukur sekarang bahwa Tuhan masih mengizinkan adanya kesulitan dan penderitaan yang sekarang ada dalam hidupku.

Thanks God for allow bad things happen to good people (like Job) and You're still good all the time!

Tuhan tidak pernah menjanjikan hidup yang mulus2 saja, but for I know that my Redeemer lives, I know who holds tomorrow! Hanya jika kita tahu persis siapa Kristus dan betapa besar kasih dan pengorbanannya bagi kita; serta tahu betul siapa diri kita di dalam Kristus dan apa panggilan serta tujuan kita di dalam Dia, maka kita tidak perlu takut menghadapi hari esok!

Rejoice in the Lord! Again I say, REJOICE!

Wednesday, September 14, 2011

Satu Jiwa Dimenangkan Bagi Kristus!

"Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita di sorga karena satu orang berdosa yang bertobat, lebih dari pada sukacita karena sembilan puluh sembilan orang benar yang tidak memerlukan pertobatan."
(Lukas 15:7)


"Aku berkata kepadamu: Demikian juga akan ada sukacita pada malaikat-malaikat Allah karena satu orang berdosa yang bertobat." (Lukas 15:10)

Kemarin sore aku mengalami ayat di atas benar-benar terjadi. Ceritanya nih, tiap Selasa jam 4 sore, aku dan beberapa orang mahasiswi TC bersekutu bersama. Kami ada dalam TC House of Prayer (TC HoPe).

Selasa kemarin, giliran Silvi bawain renungan. Dia bawain tentang keselamatan. Dia juga sharing hidupnya, perjumpaannya dengan Tuhan, peristiwa lahir barunya, bagaimana Tuhan menjamah dan mengubahkan dia. Lalu dia menanyai kami satu per satu. Kapan kami lahir baru dan bagaimana itu terjadi? Apa kami benar-benar sudah berdoa meminta Kristus masuk dalam hati dan hidup kami sebagai Juruselamat, Tuhan, dan Raja?

Aku sama sekali gak menyangka ketika seseorang berkata, "Belum." Hey, kita ada di komunitas Kristen! Persekutuan doa! Dan yang ngaku belum terima Tuhan Yesus itu berasal dari keluarga Kristen dan dari kecil ikutan Sekolah Minggu, semasa remaja juga aktif melayani Tuhan!

Tepat sesaat setelah dengar jawaban tersebut, aku langsung doain Silvi dalam hati. Aku minta sama Tuhan biar ada kuasa untuk Silvi boleh membawa anak ini menerima Tuhan Yesus saat itu juga. Praise The Lord! Silvi memang punya hati untuk penginjilan. Dia udah ikutan leadership and discipleship training dan udah tahu persis bagaimana menginjili dan membawa orang pada Kristus!

Tanpa ragu, beberapa saat kemudian Silvi langsung nembak dengan pertanyaan, "Maukah kamu pada hari ini, saat ini juga, menerima Tuhan Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatmu?" dan tanpa ragu Silvi juga menjawab dengan mantap apa yang menjadi keraguan anak ini untuk menerima Kristus dalam hati dan hidupnya.

Kemudian saudari kami yang kekasih ini berdoa sambil bercucuran air mata. Jelas terlihat bahwa Roh Kudus menjamah hatinya. Ia berdoa memohon Tuhan Yesus masuk dalam hati dan hidupnya, menjadi Tuhan dan Juruselamatnya. Sore itu juga dia lahir baru!

Ada SUKACITA BESAR YANG TIDAK TERKATAKAN mengalir dalam hatiku! Satu jiwa dimenangkan bagi Kristus!

Luar biasa! Aku bersyukur bahwa Tuhan turut bekerja dalam pertemuan doa kami. Ini bukan TC HoPe yang rutin dan biasa2 aja. Bukan moment kronos, melainkan kairos! Tuhan sungguh memakai persekutuan kami menjadi KEMENANGAN dan SUKACITA besar!

Kami menutup persekutuan kami dengan doa syafaat untuk mahasiswa-mahasiswi TC yang mungkin belum menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat mereka. Kami juga mendoakan setiap anggota keluarga masing2 yang juga belum terima Tuhan. Nggak lupa kami doakan setiap missionaris, hamba Tuhan, bahkan jemaat yang sampai hari ini repot2 bekerja keras memberitakan Injil dan membawa jiwa-jiwa pada Kristus.

Dan inilah panggilan kita sebagai anak-anak Tuhan:

"Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus" (Matius 28:19)


Praise the Lord Most High!
Segala kemuliaan bagi Tuhan!

Sunday, September 11, 2011

Could it be you?



Who will prepare leaders for tomorrow?

Kemajuan Rohani Diperlukan

by Diannita Dwi Pujiastuti Gazalie on Saturday, September 10, 2011 at 7:08pm

Library Johanes Oentoro nampaknya menjadi 'kamar' ke dua saya hari-hari ini. Jadi, siang itu saat saya merasa suntuk, saya mencari sebuah buku yang ringkas dan bisa dibaca sekali duduk. Mata saya berkelana memandangi buku-buku yang berderet di rak,lalu tiba-tiba mata saya bisa menangkap sebuah buku kecil dan tipis berjudul "Mutiara Kehidupan Kristen" oleh John Calvin. 

Uraian yang saya baca erat sekali dengan refleksi saya tentang "Apa itu dosa?" dan "Bagaimana saya bisa selamat?" yang saya renungkan setelah kelas Theological Psychology. Sore itu cukup menarik karena dosan saya sempat membahas  tentang "Apa itu dosa?" Dosa : sesutu yang tidak tepat sasaran. Anggaplah itu papan sasaran tembak, maka semua panah yang tidak secara TEPAT mengenai pusat papan, disebut dengan dosa. Sontak, saya berpikir, "Betapa sulitnya ya untuk tidak berdosa jika standar yang dipakai Allah adalah demikian?"

Standar Allah benar-benar bukan main-main dan sembarangan. Harus TEPAT seperti yang Ia kehendaki baru itu disebut BENAR di mata Allah. Meleset sedikit, melenceng sedikit, tidak tepat sedikit, sudah dikatakan DOSA. Kesadaran ini kemudian membuat saya makin menyadari anugerah keselamatan itu. Siapakah manusia yang bisa memenuhi standa Allah? Tanpa kasih karunia keselamatan. Manusia tidak dapat masuk dalam Rumah Bapa yang kekal. 

Kemudian "Bagaimana saya bisa bertumbuh sebagai orang yang telah diselamatkan oleh anugerah?" Saya mulai membaca halaman demi halaman buku ini. Kata-katanya sederhana namun isinya benar-benar dalam dan tidak mengawang-awang. Tajam dan penuh penekanan tentang pentingnya kehidupan Kristen yang aktif dan penuh. 
Lalu kemudian pembacaan saya terhenti pada sebuah subbab berjudul "Kemajuan Rohani Diperlukan". Saya mengulangi pembacaan itu dan menyadari benar bahwa Tuhan sedang berbicara dan menjawab pertanyaan dan pergumulan saya dalam menjadi seorang Kristen yang penuh pengabdian kepada Allah. 

  1. Kita tidak boleh memaksakan kesempurnaan absolut dari Injil dalam diri sesama orang Kristen, betapapun kita sendiri mungkin berjuang keras untuk mencapainya.
Secara tidak langsung, saya sering menuntut kesempurnaan dari pribadi orang lain. Komplain jika orang ini orang itu tidak sesuai dengan ekspektasi saya. Marah dan jengkel ketika orang Kristen hidupnya tidak benar. Namun, tidak jarang saya pun menuntut kesempurnaan dari diri saya sendiri. Alhasil, setiap kali saya mulai jatuh, saya menjadi benar-benar terintimidasi. 


 2. Kesempurnaan harus menjadi tanda akhir yang kita tuju, dan sasaran yang kita perjuangkan. 

Namun demikian, saya harus tetap berpegang kepada kebenaran bahwa standar Allah tentang kekudusan itu tidak pernah berubah! Standar-Nya masih sama yaitu : tidak meleset/melenceng dari sasaran. Nyatanya, saya sering berkompromi dengan Allah, memilih hal-hal apa yang saya suka untuk taati dan melalaikan yang lainnya menurut kesukaan saya sendiri. Apalagi dalam hal pikiran, betapa sering pikiran saya bercabang dan tidak berfokus pada Allah, saat saya belajar di kelas, melayani, dan berhubungan dengan sesama. Padahal, pengabdian yang total adalah menyangkut hal tindakan dan juga pikiran. Oh...betapa sulitnya untuk maju!


3. Tetapi kiranya setiap orang maju menurut kemampuan yang dimilikinya dan melanjutkan perjalanan yang telah dimulainya.

Ya benar, kehidupan rohani itu seperti perjalanan panjang. Jika belum sampai ujungnya, maka harus terus dilanjutkan karena sudah dimulai. Roh Kudus meyakinkan saya seberapa sulitnya maju dalam kerohanian, setiap orang yang telah diselamatkan pasti telah mengalami kemajuan walaupun sedikit. Tulisan John Calvin sangat memberkati saya :

                     "Hendaklah kita tidak berhenti melakukan yang terbaik, agar kita dapat melangkah maju tanpa henti dalam jalan Tuhan; dan hendaklah kita tidak putus asa karena kecilnya pencapaian kita.Meskipun masih banyak kekurangan, namun usaha kita tidak sia-sia jika pencapaian hari ini lebih baik dari pada hari kemarin."


4. Satu syarat untuk kemajuan rohani adalah tetap tulus dan rendah hati.

Ketulusan dan Kerendahan hati. Dua kata sudah tidak asing di telinga saya, karena bahkan hal ini pun diajarkan di pelajaran Kewarganegaraan saat saya masih SD. Namun bukan berarti dua hal ini adalah hal yang mudah untuk dilakukan. 
Ketulusan : kebersihan hati, kejujuran, tidak serong, tidak pura-pura. 
Artinya, saya harus benar-benar jujur kepada diri saya dan Tuhan, bahwa saya ini lemah dan seringkali jatuh. Dibutuhkan keberanian yang besar untuk benar-benar 'buka-bukan' dengan Allah tentang kejatuhan-kejatuhan saya - sekalipun Ia Maha Tahu. Di sinilah, ketulusan itu benar-benar diperlukan untuk secara jujur mengaku di hadapan Allah, bahwa untuk maju secara rohani, tidak mudah. Saya sering jatuh dan perlu ditolong.

Kerendahan hati : tidak angkuh, tidak congkak/tinggi hati, sikap 'berbaring di tempat rendah' - kesabaran, kelembutan
Bahkan dalam kerendahan hati yang tampak diluar, sikap hati saya bisa saja angkuh luar biasa! Saat saya merasa diri lebih baik walaupun di luar saya berkata, "Ah, jangan memuji seperti itu. Saya masih banyak kekurangan."  Di situ juga, saya telah menjadi angkuh. Oleh karena itu saya sadar tanpa Roh Kudus yang benar-benar menjaga dan mengawasi hati saya, betapa seringnya saya menjadi angkuh, merasa diri sudah baik, membanding-bandingkan, dan merasa sudah ada di atas orang lain. 


John Calvin mengakhiri tulisannya dengan ajakan yang sangat baik,

 "Marilah kita terus mengingat tujuan akhir kita, marilah kita terus maju menuju sasaran kita. Hendaklah kita tidak tetap tinggal dalam keangkuhan, atau menyerah kepada nafsu-nafsu kita yang berdosa. Marilah kita bertekun melatih diri kita untuk mencapai derajat kekudusan yang lebih tinggi sampai akhirnya kita tiba pada kesempurnaan kebaikan yang kita rindukan dan perjuangkan selama kita hidup, tetapi yang hanya akan dapat kita capai nanti, saat kita dibebaskan dari segala kerapuhan dunia dan diterima oleh Allah dalam kesatuan yang sempurna dengan Dia."

Mari teman-teman sama-sama bertumbuh. Jangan menyerah terhadap dosa. Rasanya lebih menjengkelkan jika saya menyerah lalu mendengar sorak-sorai kemenangan Iblis. Saya lebih ingin melihat senyuman Allah yang mendorong saya untuk bangkit dan maju. Standar-Nya masih belum [dan tidak akan] berubah, teman... Harus TEPAT sasaran, tidak melenceng ataupun meleset SEDIKITpun. Bukan dengan kekuatanku atau kekuatanmu, tetapi kasih karunia Allah yang ada dalam kita. 

Soli Deo Gloria... 



High Price

Kira-kira jam 5 sore, aku terima SMS dari Jennifer. Isinya seperti ini:

Mr.Jeffry [anak TC S2 4th cohort] yg masuk RS meninggal krn ttembak dperutnya..thx.Gbu

Aku kaget, heran, ga percaya. Sampai beberapa menit kemudian ada SMS serupa yang aku terima dari Ce Defvi. Baru aku percaya dan forward SMS tersebut ke teman2 lain juga. Khususnya teman2 seangkatan.

Sulit dipercaya, Kak Jeffry yang seangkatan sama aku (walaupun beliau S2), sempat satu care group juga.... Sekarang sudah tiada karena peluru yang bersarang di perutnya akibat kerusuhan sore tadi.

Selama 2,5 jam berikutnya, aku sibuk SMS-an dengan teman2. Berita demi berita beredar.

Pukul 20.00, kami 4th Cohort students berkumpul di basement dan berdoa bersama. Sambil berdoa kami mengingat sosok pribadi Kak Jeffry. Sambil berdoa kami merefleksikan juga betapa seriusnya Tuhan memanggil kami menjadi guru Kristen. Bukan sekedar guru biasa, melainkan guru-guru yang memberitakan Injil Keselamatan bagi siswa-siswi kami. Siapa yang tidak tahu harga sebuah pemberitaan Injil?

Aku tersentak waktu menyadari bahwa teman2 dan aku dipanggil untuk menjadi guru seperti Kristus lebih dulu menjadi Guru. Bukan hanya waktu, ilmu, kasih, hati, tenaga, pikiran.... melainkan nyawa juga harus kami berikan supaya banyak orang bisa menjadi murid Kristus!

Sungguh tidak main2 panggilan Tuhan!

Setelah doa bersama 4th Cohort, kami berdoa bersama seasrama. Dari setiap lantai dan angkatan bersama para Dorm Parents, RA, Spv... Semuanya berdoa bersama dari pk 21.00-22.00 di basement dorm. Kami berdoa bersama, mengucapkan syukur dan berkat, menemukan bahwa Tuhan adalah Allah yang berdaulat.

Apapun yang terjadi Tuhan tetap Tuhan. Ia adil dalam kebijaksanaan-Nya. Tuhan yang memberi hidup, Tuhan yang memanggil pulang, terpujilah Tuhan!

Satu hal, aku bertanya pada diriku sendiri, "Am I sure that I want to give my whole life to serve God?"

Tuesday, September 6, 2011

My Beloved Brother


His name is Yohan Kurniadi. Yohan is taken from John, one of Jesus’ disciples. My mom also gave him a Chinese name which means eternal grace. I call him “Di di” that means “younger brother” in Chinese. He is my only younger brother. He was born on November 16th in 1993, just four days after my 3rd birthday.
I love Yohan very much. Although he is younger than me, sometimes he looks older and acts wiser than me. He always protects me and is really a sister’s keeper for me. I feel safe beside him. He is like an older brother to me. He is very calm. If you are in pain, come to him. Sit down beside him and have a chat with him. He is a good listener. Whenever I  am in pain, I feel peace when I'm near him.
Yohan’s skin is brown because of the sun. He is taller than me, almost 170 cm. He wears glasses.
Yohan’s temperament is phlegmatic, but he is very cares. You can see his phlegmatic character through his appearance. He is very calm. He likes to play online games and play sports or just hang out with his high school friends. Although he loves his friends very much, he dislikes being separate with his family. He told me that he cried when I went to TC. L
Now, he is in grade 12. By the end of this year, he will early enroll to university. He wants to study information technology. I really support him to do the best in his study. I also told him that he needs to look for God’s calling in his life, so that he can be sure of his decision to go to college.
My hope is he will always be a blessing for every people around him. Wherever he goes, may he bring peace to everyone, everywhere.

Written by: Novi Kurniadi 4 ED1 / 30720090013

*Ditulis dalam rangka Writing Assignment 1 for Intermediate English Course

We need to be attentive!

Mini skripsi kelompokku temanya adalah meningkatkan students' attentiveness by using visual media. Nah, sekarang kami sudah nyampe di Chapter 2 yang isinya tuh landasan teori. Udah satu perpustakaan kami obrak-abrik, cuma nemu satu buku aja yang bahas attentiveness. Akhirnya, aku memutuskan buat nanya ke om google. Aku dapet beberapa artikel Kristen tentang attentiveness yang merupakan salah satu karakter anak Tuhan.

Ini aku kasih link-nya:

  1. The Character of Attentiveness
  2. Connects with Attentiveness
  3. Educator Bulletin: Attentiveness
  4. Attentiveness: Bible Stories (yang ini tu dari Focus on The Family, Canada)
  5. Character First: Attentiveness
  6. Alertness and Attentiveness
Attentiveness is showing the worth of a person by giving undivided concentration to his/her words (Hebrews 2:1).

Kalo ditranslate, attentiveness itu artinya menghargai orang lain dengan ngasih konsentrasi yang tidak terbagi terhadap kata-kata orang tersebut.

Attentiveness ini salah satu karakter yang harus diajarkan pada anak-anak sejak kecil. Kalo dari kecil anak-anak sudah dibiasakan dididik untuk bersikap attentive, mereka akan lebih mudah untuk bangun hubungan sama Tuhan maupun sesama. Dr. Richard J. Krejcir juga bilang kalo attentiveness itu awalnya dari listening, both listen to God's word and each other.

Aku sempat baca-baca juga kalo attentiveness itu masuk pelajaran Character Building, ada juga di kurikulum homeschooling. Bagus banget program pendidikannya. Sampe pengen banget nih punya bukunya! hehe...

Walaupun kita sudah dewasa, belum terlambat untuk belajar attentiveness. Keuntungannya:
  • bangun hubungan dekat dengan Tuhan, peka sama suara Tuhan.
  • bisa jadi Christian leader yang baik. Kan seorang Christian leader mesti cepat mendengar. :)
  • bangun relationship sama keluarga: attentive ke ortu, suami/istri, anak2.
  • bangun relationship sama orang lain.
Yuk, bangun karakter attentiveness! Masa kalah sama anak kecil? :p


Ini buku Attentiveness yang dipake kelompokku.
(Kayaknya di Indo cuma ada di The Johaness Oentoro Library, UPH)

Sunday, September 4, 2011

Together in Harmony (ngutip tema UPH Festival 18.. hehe..)

Ini foto terbaru Papa dan Mama saat liburan di Bali seminggu yang lalu.

Waktu tahu kalo keluargaku jalan-jalan ke Bali selama libur Lebaran, aku langsung pesenin supaya mereka foto-foto dan upload di fb. Siang ini juga Titi (adikku) langsung upload dan tag semua foto-foto itu ke aku. Nah, pas nyampe bagian foto ini aku terharu sampe berkaca-kaca. Bahagia lihat Papa dan Mama mesra gini. Sekaligus kangen berat. Hehehe....

Yang pasti aku sangat bersyukur punya orang tua yang begitu akur. Bukannya mereka gak pernah bertengkar. Sebaliknya aku juga tahu bahwa sampai hari ini pun bukan mudah bagi mereka untuk live in harmony. Tapi mereka berdua dengan rendah hati mau terus belajar untuk memahami pasangan dan saling mengasihi hari demi hari. Aku lihat seluruh kehidupan pernikahan mereka dan menyadari bahwa pernikahan bukan main-main. Betul-betul menikah itu tidak live happily ever after. Justru sebaliknya, banyak tantangan dan juga air mata. Namun aku melihat bahwa Tuhan menjadi pemimpin dalam pernikahan orangtuaku. Itu sebabnya meskipun sudah banyak tahu betapa tidak mudahnya menjalani hidup pernikahan, aku tetap memimpikan hal ini. Heheheee....

Kalo bukan karena kasih Tuhan, bagaimana mungkin dua orang yang bisa berbeda bersatu dan terus saling mendukung untuk hidup dalam kebenaran Firman Tuhan?

I already decided. Aku mesti dengan rendah hati belajar dari teladan hidup Papa dan Mama. Kalau ada cowok mau deketin, mesti konsultasi sama mereka dulu. Hehehe.... Aku tahu mereka juga bukan pakarnya pernikahan Kristen. Mungkin juga nasihat mereka tidak sempurna. Tapi merekalah orangtuaku, orang-orang yang Tuhan pilih untuk melahirkan, membesarkan, dan mendidikku. Doaku supaya mereka senantiasa dipenuhi Roh Kudus, penuh hikmat dalam mengajar dan mendidik aku dan Titi untuk menjadi wanita dan pria dewasa yang sungguh-sungguh takut akan Tuhan dan berdedikasi untuk hidup bagi Dia. :)

Saturday, September 3, 2011

We are called to RESTORE them GENTLY...

by Diannita Dwi Pujiastuti Gazalie on Saturday, September 3, 2011 at 7:44am

Galatians 6

Doing Good to All

 1 Brothers and sisters, if someone is caught in a sin, you who live by the Spirit should restore that person gently.
How many times we accuse or look down them who fall in a sin..? When we call them brothers and sisters, we should be depressed every time we see they are not in the track... we are called to restore those persons gently...not with mad, impatience, and judgment... 

But watch yourselves, or you also may be tempted. 
Then, set my boundaries and keep my heart and mind focus on Jesus. Ask for His Spirit guiding each step I take.

2 Carry each other’s burdens, and in this way you will fulfill the law of Christ. 
Remember that they who fall in a sin, they must feel weak and sometimes do not know how to rise again. We are called to live by helping each other.

3 If anyone thinks they are something when they are not, they deceive themselves. 4 Each one should test their own actions. Then they can take pride in themselves alone, without comparing themselves to someone else, 5 for each one should carry their own load. 
Then, although we are called to help them, truly it is only by His grace and the work of Holy Spirit. There is no reason to be proud of ourselves, think that "we are something", and also to judge them because of their weaknesses. 

6Nevertheless, the one who receives instruction in the word should share all good things with their instructor.
For them who are ministered by us, let us pray that they may share with us. Let they feel free to share whatever they feel and experience: struggling, tears, and even success or another good things.

 7 Do not be deceived: God cannot be mocked. A man reaps what he sows. 8 Whoever sows to please their flesh, from the flesh will reap destruction; whoever sows to please the Spirit, from the Spirit will reap eternal life. 
For God is Holy and He cannot compromise with any sin. He is serious about this, so He gave us His Only Son as a living sacrifice. "What shall we say, then? Shall we go on sinning so that grace may increase? By no means! We are those who have died to sin; how can we live in it any longer?" Romans 6:1-2

9 Let us not become weary in doing good, for at the proper time we will reap a harvest if we do not give up. 10Therefore, as we have opportunity, let us do good to all people, especially to those who belong to the family of believers.
Cheer up! We are not alone. As stated above, we are helping each other. Don't be weary in doing good. "But as for you, be strong and do not give up, for your work will be rewarded." (2 Chronicles 15:7)


Wherever we are placed, whenever we are called, and whatever we are doing now... May this passage speaks to us according to what condition we are facing today....
My prayer today is
"May He Himself according to His mercy and grace, set our eyes like His eyes to see each person as the image of God. Although, they fall in sin and looks like worthless to fight for, remember we are called to RESTORE THEM GENTLY..."


Cheer up! We are doing good to all...We are helping each other.

Godly courtship "ala" mennonite

by Lia Stoltzfus on Wednesday, January 19, 2011 at 2:51pm

Hari ini gue mau share tentang apa yang gue pelajarin lewat yang namanya komunitas "mennonite". Gue en suami itu beda latar belakang gereja, buat doktrin yang mendasar tentang kelahiran baru, keselamatan, dll gak ada masalah cuma dalam cara praktek Firman Tuhan dan aturan gereja cukup berbeda, cuma di sini sekali lagi kuncinya " hati yang terbuka mau belajar kebenaran Firman Tuhan". Gak ada yang lebih bener, Abbalove or Bethel Christian Church.   

We just decide to follow the truth LEBIH dari semua "aturan" gereja.

3 Bulan di amrik cukup "membukakan" mata tentang kenapa suami gue bisa punya "prinsip hidup" yang kuat. Background Godly family and Church teaching yang cukup strick membentuk hidup dia. Gue nemuin buanyaaaaaaaak banget nilai-nilai dan teladan hidup selama di sana, meski gue juga ngeliat sisi-sisi yang gue gak suka dari lifestyle mereka.Tapi lebih banyakan di-"bless"nya dan belajarnya ketika gue ada di sana daripada baca banyak buku how to have a good christian lifestyle and raise christian family.

Salah satu yang gue kagumi yaitu nilai-nilai pergaulan lawan jenis dan proses courtship mereka.

Nih point-point yang gue dapet :
1. Seorang cowok gak boleh "nembak" cewek SEBELOM dia ready buat menikah.
( ready secara tanggung jawab dan juga materi )
2. Kalo ada cowok yang tertarik sama seorang cewek, dia kagak boleh "PDKT" langsung ke cewek itu.
Jadi apa dong yang mesti dilakuin tuh cowok kalo dia tertarik sama seorang cewek? 
pertama, dia harus yang point 1 tadi, meyakinkan dirinya uda ready untuk menikah
kedua, dia mesti share hal itu sama orangtua ato otoritas rohaninya.
ketiga, dia mesti ngomong sama ORANGTUA si cewek TANPA KASIH TAU si cewek itu dulu.Ngomong kalo dia tertarik sama anak ceweknya mereka, kenalin dirinya siapa ( kalo beda gereja/daerah) trus minta izin untuk "in relationship" bangun hubungan sama their daughter. 

Buat mereka, gak sopan kalo cowok ada interest khusus dan mulai "PDKT" sama anak mereka, telpon terus ke rumah, ajak pegi berdua tanpa si cowok itu ngomong "as a man" ke orangtua ( khususnya daddy) karena tuh anak cewek kan under her parent's authority. 

Hal ini bagus banget buat ngejagain hati setiap cewek-cewek, jadi setiap gadis itu dijaga kemurnian hatinya buat gak terlibat dalam yang namanya "ikatan emosional" tanpa komitmen yang jelas dari seorang cowok. Nanti orangtuanya yang akan decide, boleh apa enggak, cowok ini nyatain perasaannya ke si cewek. Kan orangtuanya yang paling kenal kondisi anak mereka, apakah anak mereka sudah siap juga buat sebuah hubungan serius ke arah pernikahan atau belum. Kalo ternyata si anak cewek itu ada komitmen tertentu ( misalnya gak mau menikah sebelum umur tertentu karena mau fokus melayani dalam suatu pelayanan tertentu ) , si orangtua akan kasih tau ke cowok itu bahwa dia gak available buat "nembak" anaknya sekarang, jadi si cewek tetep bisa FOKUS sama apa yang jadi komitmen dia sama Tuhan.

Jadi sebelom ngedapetin hati si cewek, pria itu harus "ngedapetin trust" orangtuanya si cewek. Bisa jadi orangtuanya si cewek gak jawab langsung, mereka bisa minta waktu dulu buat mikir dan doa (sekaligus nyari tau si cowok itu kayak gimana, background keluarganya gimana, dll ) 

Kalo dapet " lampu hijau", si cowok baru boleh "nembak", menyatakan keinginannya buat in relationship, bangun hubungan secara special, nah setelah itu si cewek biasanya minta waktu buat mikir dan doa. 

tapi sekarang yang timbul pertanyaannya adalah gimana si cewek bisa bilang "ya" ato mau, kalo sebelonnya mereka gak pernah ada PDKT-PDKT duluan? iya kan? Mereka itu kan biasanya bergaul dalam youth group ato pelayanan tertentu dan di situ biasanya mereka jadi kenal " oh si ini orangnya begini, si itu orangnya begitu".

Perkenalan itu uda dibangun lewat pergaulan/persahabatan. 

Kalo si cewek bilang "oke" baru deh itu namanya mereka "jadian" ato "in relationship" dan setelah itu baru deh mereka BEBAS buat pergi berdua, jadi gak ada tuh istilah "ngajak cewek yang di-PDKT-in keluar makan, keluar nonton bioskop berdua sebelon mereka jadian, karena itu bisa bikin emotional dependency yang bisa ngarah ke arah kejatuhan dalam dosa anak muda karena terlalu ekslusif ", setelah in relationship beberapa bulan biasanya mereka "engaged" dan abis itu menikah, kebanyakan proses ini ( dari nembak sampe merid itu smua dalam waktu 1 tahun ) gak boleh lama-lama pacaran karena lagian kan sebelon nembak, si cowok uda make sure dirinya siap buat menikah.

Nah itu kan karena mereka punya Godly parents, yang emang orangtua mereka ngerti kebenaran Prinsip Firman Tuhan jadi orangtua yang menjadi " konselor pranikah" buat anak mereka sendiri. istilah nya BPN ABBALOVE, jadi "pengayom hubungan ". 

Gimenong sama kita yang baru first christian generation? ( kita generasi pertama dalam keluarga yang bertobat duluan, papa-mama belon lahir baru) kadang -kadang kan orangtua punya "standart2" yang gak sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan sekalipun PASTI tentunya orangtua mau YANG TERBAIK buat anak-anaknya.

contoh :
1. jangan merid sama yang beda suku yaaaaaaaa...
2. awas yah kalo pasangan kamu itu beda 3, 6, ato 9 tahun  sama kamu, gak boleh pokoknya
     ( buat yang orang chinnesse )
3. ngapain sih sama si markus, miskin gitu cuma punya vespa butut, mending sama aliong noh nyumbang dana di vihara paling gede,  bisnisnya oke lagi. ( lebih liat urusan duit daripada seiman ato kaga )
 4. aduuuuh, yang bener aja kamu, kan dia status ekonominya jauh di bawah kita,  mestinya punya pasangan dari keluarga yang lebih mapan. mau dikasih makan apa kamu nanti? 
 5. apa? kamu mau sama cewek yang usianya lebih tua? duuuuh... jangan deh, kayak gak ada cewek lain aja. kamu kan cukup ganteng, punya masa depan, pasti ada kok yang mau sama kamu. gak usah sama si siti, umurnya lebih tua gitu!

Nah yang kayak gini-gini bikin pusing kan? Makanya tuh di abbalove kan diajarin kalo mulai suka en tertarik sama lawan jenis, share-lah sama pembina ato pemimpi rohani, supaya bisa didoakan dan digumuli bersama dan bener-bener ada "covering" ketika dalam proses pergumulan tersebut. Yang pasti nanti kagak diajarin buat ngelawan "orangtua" tapi minta Tuhan berperkara, lah kalo emang gak "nentang" prinsip Firman Tuhan, mestinya ada pembelaan dong dari Babe di surga yaaa?

" Hati raja seperti batang air di dalam tangan TUHAN, dialirkan-Nya ke mana Ia ingini. " ( amsal 21 : 1 )
hati Raja aje Tuhan bisa ubah apalagi hati enyak-babe di rumah?

Waktu gue en mike ngobrol sama salah satu gemabala nikah abbalove, kak Budi Tjahjono, dia sendiri bilang justru emang semestinya orangtua itu yang jadi KONSELOR Pranikah buat anak mereka sendiri, dan abbalove mau-nya kayak gitu ke depannya, BPN sama orangtua sendiri, tapi masalahnyaaaaaaaaaaaa... banyak banget kan yang 'anak Tuhan generasi pertama' yang butuh bimbingan dari orang-orang yang ngerti kebenaran Firman dan bisa tolong mempersiapkan mereka buat ketemu kehendak Tuhan, ambil keputusan yang tepat buat pasangan hidup dan akhirnya bisa mempersiapkan keluarga Illahi.

Jadi begitulah, kenapa asal-usulnya kesannya di "abbalove", cukup ribet buat mau "jadian" aje, harus lapor pemimpin lah dan ikutin beberapa proses lah. Trus kalo mau merid rasanya susah banget, mesti konseling awal lah, ikutin BPN ( Bimbingan Pranikah ) 9 bulan lah ( lama yeee booow, di gereja laen ada yang cuma konseling 2 kali boleh merid, trus ada yang cuma ikut BPN 3 bulan boleh merid ) trus mesti ikut komsel bimbingan Pranikah lah.... hehehe... emang ribet, tapi yang TAAT akan dapat BERKATnya.

Yang emang tau bahwa pernikahan itu bukan "maen-maen" akan bersedia ngejalanin dengankerelaan hati. Mo bikin wedding reception aja butuh persiapan yang ngejelimet yang katanya paling bagus start dari 1 tahun sebelon hari H, dari mulai survei tempat, booking tempat, test-food, nyari salon, coba gaun, foto prewed, en bla..bal..bla... kalo buat wedding day yang cuman SEHARI doang, elu mau persiapin sebagus mungkin, dari jauh-jauh hari, MASA SIH buat PERNIKAHAN itu sendiri ( hari-hari yang elu jalanin setelah wedding day itu ) elu gak mau "persiapin diri" ???

Justru yah lewat BPN itu, kita dipersiapkan gimana bisa bangun hubungan yang benar, praktekin kasih yang benar, punya landasan berkeluarga yang benar, gimana cara berfungsi sebagai suami dan istri, gimana mengatur keuangan, gimana mengatasi konflik yang timbul lewat perbedaan-perbedaan, en dll.

Intinya gue sih diberkati pas gue ikut BPN, meskipun gue kebanyakan datengnya sendirian. Yang laen pulang sama pasangannya, gue pulang naek motor sendirian. Yang laen kalo disuruh doa sama pasangannya, bisa gandengan dan saling mendoakan, gue cuma nundukin kepala en doa sendirian ;p gak nyesel gue, gak nyeseeeeeeeeeeel... gue tau itu bagian gue mempersiapkan diri gue. 

endingnya promosi BPN ah... buat elo orang yang belon pada ikut BPN, bergabunglah segera, kayaknya akhir januari atau awal februari biasanya buka kelas baru noh.... start dari modul A lagi.

sori yah buat readers yang non-abbalove, mungkin agak puyeng dengan beberapa istilah, tapi yang nanya ke gue kebanyakan anak2 abbalove yang lagi pada bingung soal pasangan hidup noh... hihihi...)


God bless!
- Lia

Friday, September 2, 2011

The Truth for Your Soul


Here’s some truth to plant within your heart:

I am a new creation. (II Cor. 5:17)
I am forgiven. (Eph. 1:6-8)
I am gifted with power, love and a sound mind. (I Tim. 1:7)
I am chosen for success. (Jn. 15:16)
I am complete. (Col. 2:9-10)
I am secure. (Rom. 8:31-39)
I am confident. (Phil. 1:6)
I am free. (Rom. 6:18; 8:1)
I am capable. (Phil 4:13)
I am spiritually alive. (Eph. 2:5)
I am God’s workmanship. (Eph. 2:10)
I am welcome in God’s presence. (Eph. 2:18; Heb. 4:14-16)
I am sheltered and protected in God. (Col. 3:3)
I am valuable to God. (I Cor. 6:20)
I am a member of God’s family. (I Jn. 3:1-2; Eph. 2:19)
I am God’s treasure. (I Pet. 2:9-10)
I am dearly loved. (Col. 3:12)
I am being transformed. (II Cor. 3:18)
I am an heir of God. (Rom. 8:17)
I am a friend of God. (Jn. 15:15)
I am given spiritual blessings. (Eph. 1:3)
I am God’s delight. (Zeph. 3:17)
I am invited to confidently draw near to God. (Eph. 3:12)


Source: http://jennroth.typepad.com/selftalksoultalk/2007/08/this-is-a-test.html

When The Lion Roars


I am reading a book titled "Self Talk, Soul Talk". I borrowed this book from The Johannes Oentoro Library. This book tells us about how to talk to our self truthfully, according to what Bible says. I found an interesting part in chapter five. Remember 1 Peter 5:8? It says, "Be careful! Be alert. Watch out. Stay awake. A roaring lion is out there, and it's stalking you and seeking to destroy you."


When The Lion Roars

When the lion roars, "You are such a loser," 
say to your soul, "In all these things we are more than conquerors through him who loved us."

When the lion roars, "You can't pull this off, you're too weak,"
say to your soul, "Do you not know? Have you not heard? The LORD is the everlasting God, the Creator of the ends of the earth. He will not grow tired and weary, and his understanding no one can fathom. He gives strength to the weary and increases the power of the weak. Even youths grow tired and weary, and young men stumble and fall; but those who hope in the LORD  will renew their strength. They will soar on wings like eagles; they will run and not grow weary, they will walk and not be faint."

When the lion roars, "You are abondoned. No one is on your team,"
say to your soul, "If God is for us, who can ever be againts us? Since GOd did not spare even his own Son but gave him up for us all, won't God, who gave us Christ, also give us everything else?"

When the lion roars, "You are alone,"
say to your soul, "Who shall separate us from the love of Christ? Shall trouble or hardship or persecution or famine or nakedness or danger or sword?"

When the lion roars, "You've really blown it; God can't still love you,"
say to your soul, "For I am convinced that neither death nor life, neither angles nor demons, neither the present nor the future, nor any powers, neither height nor depth, nor anything else in all creation, will be able to separate us from the love of God that is in Christ Jesus our Lord."

When the lion roars, "Nobody cares about you,"
say to your soul, "Praise be to the God and Father of our Lord Jesus Christ, the Father of compassion and the God of all comfort, who comforts us in all our troubles."

When the lion roars, "God doesn't really hear you when you pray,"
say to your soul, "The LORD is near to all who call on him, to all who call on him in truth. He fulfills the desires of those who fear him; he hears their cry and saves them."

When the lion roars, "You have no value or purpose,"
say to your soul, "But now, this is what the LORD says...'Fear not, I have redeemed you; I have summoned you by name; you are mine'."

When the lion roars, "This problem is unfixable,"
say to your soul,"O Sovereign LORD! You have made the heavens and earth by your great power. Nothing is too hard for you!"

When the lion roars, "You really should panic,"
say to your soul, "Don't worry about anything; instead, pray about everything. Tell God what you need, and thank him for all he has done. If you do this, you will experience God's peace, which is far more wonderful than the human mind can understand. His peace will guard your hearts and minds as you live in Christ Jesus."

When the lion roars, "You can't count in anything or anyone,"
say to your soul, "Do not let your hearts be troubled. Trust in God; trust also in me. In my Father's house are many rooms; if it were not so, I would have told you. I am going there to prepare a place for you. And if I go and prepare a place for you, I will come back and take you to be withe me that you also may be where I am."

When the lion roars, "You will never find peace,"
say to your soul, "Peace I leave with you; my peace I give you. I do not give to you as the world gives. Do not let you hearts be troubled and do not be afraid."

When the lion roars, "You have no willpower,"
say to your soul, "For God did not give us a spirit of timidity, but a spirit of power, of love and of self-discipline."

Let us be aware of the roaring lion. Talk to youself the biblically truth and remind your soul that Holy Spirit who lives within you is greater than any other spirit!