Saturday, August 27, 2011

Susah Jadi Orang Benar

Siang ini Zilla dan aku terlibat pembicaraan panjang di kamar. Mulanya cuma ngobrol-ngobrol biasa soal TC dan SOW. Aku gak akan ceritain apa yang kami bicarakan. Intinya sih kami sepakat bahwa melakukan apa yang benar itu sulit. Dilema. Lebih mudah untuk kompromi dengan dosa dan pelanggaran-pelanggaran kecil. Tadinya Zilla sempat bilang kalo "Ya ga papa lah.. Kan ga ada yang tau...." Aku juga pernah punya pikiran yang sama kayak dia.Ow.. ow.. God always knows everything! Selain itu, Dia Allah yang kudus, yang tidak mau kompromi dengan dosa sekecil apapun!

Lalu aku ceritakan pengalamanku beberapa minggu lalu. Kalo belum tau, KLIK DI SINI.
Pergumulanku waktu itu betul-betul tidak mudah. Zilla bilang, "Tapi sulit lo kak bisa kayak gitu."
Ya, memang sulit. Melakukan sebuah kebenaran membutuhkan harga pengorbanan yang mahal. Meskipun demikian, pengorbanan itu tidak ada apa-apanya. Morning devotion kemarin pagi Bu Connie mengatakan bahwa apa yang tampak seperti pengorbanan bagi Tuhan sebenarnya tidak ada apa-apanya kalau kita ingat bahwa sesungguhnya kita berhutang pada Tuhan. Jadi memang sudah seharusnya kita melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan tanpa perlu merasa rugi.

Ngobrol.. ngobrol.. ngobrol... Zilla dan aku sempat membicarakan masa depan kami sebagai guru. Betapa banyaknya konsekuensi yang harus kami tanggung sebagai guru Kristen. Kalau cuma jadi guru biasa aja, kami tidak perlu kuatir. Masalahnya, kami dipanggil jadi guru Kristen dan ada konsekuensi yang sangat tidak mudah untuk dijalani. Apalagi kalau kami hidup benar dan jujur. Semakin sulit.

Saat aku berjalan di Taman UPH pada jam makan siang, aku mengambil waktu untuk berdoa di dalam hati. Ngomong sama Tuhan. Betapa sulitnya untuk hidup benar. Ada konsekuensi. Beberapa hal yang dari tadi terus aku pikirkan mengenai melakukan apa yang benar di hadapan Tuhan:

  1. Dilema: kalo nurut Tuhan ntar bermasalah dengan sesama atau diri sendiri, tapi kalo nurut manusia atau keinginan sendiri berarti berdosa.
  2. Orang-orang terdekat bisa saja menghalangi kita melakukan apa yang benar. Orang-orang ini bisa keluarga, teman-teman dekat, bahkan saudara-saudari seiman!
  3. Gimana kalo cuma kita sendiri yang berdiri untuk melakukan kebenaran sementara orang-orang di sekeliling kita, bahkan orang-orang yang kayaknya rohani justru tidak berani berdiri di atas kebenaran? Belum lagi kalo nobody supports us in doing right! Pertanyaan refleksiku: apakah aku akan tetap melakukan apa yang benar?
Praise the Lord! Sebab Dia mengasihi orang-orang benar. Ini buktinya:

Mata TUHAN tertuju kepada orang-orang benar, dan telinga-Nya kepada teriak mereka minta tolong; (Mazmur 34:16)

Apabila orang-orang benar itu berseru-seru, maka TUHAN mendengar, dan melepaskan mereka dari segala kesesakannya. (Mazmur 34:18)

Kemalangan orang benar banyak, tetapi TUHAN melepaskan dia dari semuanya itu; (Mazmur 34:20)

Dahulu aku muda, sekarang telah menjadi tua, tetapi tidak pernah kulihat orang benar ditinggalkan, atau anak cucunya meminta-minta roti; (Mazmur 37:25)

TUHAN tidak menyerahkan orang benar itu ke dalam tangannya, Ia tidak membiarkannya dinyatakan fasik pada waktu diadili. (Mazmur 37:33)

Serahkanlah kuatirmu kepada TUHAN, maka Ia akan memelihara engkau! Tidak untuk selama-lamanya dibiarkan-Nya orang benar itu goyah.  (Mazmur 55:23)

Dan orang akan berkata: "Sesungguhnya ada pahala bagi orang benar, sesungguhnya ada Allah yang memberi keadilan di bumi." (Mazmur 58:11)

Semalam aku baca buku "Self Talk, Soul Talk" dan mendapati bahwa kata-kata yang diucapkan pada diri sendiri sangat powerful. Jadilah ayat-ayat di atas ini yang aku jadikan self talk soul talk. Hehe...

Sampai hari ini aku masih berjuang untuk melakukan apa yang benar apapun dan bagaimanapun konsekuensinya. Bukan dengan kuat gagahku, melainkan dengan pertolongan Roh Kudus. Ayo hidup benar!



A Love Letter


When I created the heavens and the earth, I spoke them into being.

When I created man, I formed him and breath life into his nostrils.

But you woman, I fashioned after I breathed the breath of life into man
because your nostrils are too delicate.
I allowed a deep sleep to to come over him so I could patiently and perfectly fashion you.
Man was put to sleep so that he could not interfere with the creativity.
From one bone, I fashioned you.
I chose the rib, which protects his heart and lungs and supports him, as you are meant to do. Around this one bone I shaped you, I modeled you, I created you perfectly and beautifully.
Your characteristics are as the rib: strong, yet delicate and fragile.
You provide protection for the most delicate organ in man, his heart.
His heart is the center of his being; his lungs hold the breath of life.
The ribcage will allow itself to be broken before it will allow damage to the heart.
Support man as the ribcage supports the body.
You were not taken from his feet, to be under him,
nor were you taken for his head, to be above him.
You were taken from his side, to stand by him and to be held close to his side.

You are My perfect angel? you are My beautiful little girl.
You have grown to be a splendid woman of excellence,
and My eyes fill when I see the virtues in your heart.
Your eyes? don?t change them.
Your lips, how lovely when they part in prayer.
Your nose, so perfect in form.
Your hands, so gentle to touch.
I have caressed your face in your deepest sleep.
I have held your heart close to Mine.
Of all that lives and breaths, you are most like Me.
Adam walked with Me in the cool of the day, yet he was lonely.
He could not see Me or touch Me.
He could only feel Me.
So everything I wanted Adam to share and experience with Me,
I fashioned in you; My holiness, My strength, My purity, My love, My protection, and support. You are special because you are an extension of Me.
Man represent My image, woman My emotions.
Together, you represent the totality of God.
So man, treat woman well.
Love her, respect her, for she is fragile.
In hurting her, you hurt Me.
What you do to her, you do to Me.
In crushing her,
you only damage your own heart;
the heart of your Father and the heart of her Father.
Woman, support man.
In humility, show him the power of emotion I have given you.
In gentle quietness, show your strength.
In love, show him that you are the rib that protects his inner self.
"Then the LORD God made a woman from the rib he had taken out of the man, and he brought her to the man."
Genesis 2 : 22


written by Josh de Gracia

Wednesday, August 24, 2011

"Kak, You're the Best!"

Malam ini ada First Dorm Parents Meeting buat TC Girls Dormitory. Sebelum Firman, kami para RA dan Spv maju ke depan dan memperkenalkan diri. Setelah selesai memperkenalkan diri, kami pun kembali ke tempat masing-masing. Saat kembali duduk, anak kamarku si Gabriel mengucapkan, "Kak, you're the best!" sambil tersenyum lebar. Spontan aku jawab, "Thank you."

Ada rasa bangga mendengar ucapan tersebut. Namun yang melebihi rasa bangga adalah rasa dikasihi. Malam ini tepat satu bulan aku mengenal Gabriel di kamar. Walaupun ada banyak waktu yang kami habiskan bersama, bukan berarti aku sudah berjasa besar dalam hidupnya sehingga bisa dibilang, "You're the best." Aku masih merasa ucapan itu belum layak aku terima. Tapi aku bersyukur sebab kalimat itu diucapkan dengan hati yang mengasihi dan mendukung.

Selain bersyukur, kata-kata tersebut juga sangat memotivasi diriku untuk betul-betul menjadi yang "the best", melayani dengan kualitas "excellent". Aku gak mau ucapan Gabriel itu menjadi sia-sia. Pengen banget rasanya untuk penuhi ekspektasi dia. Namun yang lebih penting adalah memenuhi apa yang Tuhan inginkan dalam pelayananku sebagai Spv. Yang lebih utama daripada menyenangkan mahasiswi-mahasiswi yang kulayani adalah menyenangkan Tuhan mereka, yang juga adalah Tuhanku.

Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. (Kolose 3:23)


Martha, aku, Gabriel

Tuesday, August 23, 2011

Death is Near

Serem baca judul di atas? (^-^)v

Dalam kurun waktu sebulan terakhir, paling sedikit ada 5 berita duka yang aku dengar. Berita duka paling fresh aku terima siang tadi mengenai ortu seorang kakak kelas yang meninggal dunia. Tepat sebelum berita duka tersebut masuk ke inbox hpku, Kenia dan aku lagi ngobrol soal ini.

Ceritanya nih, kami berdua lagi jalan di Supermal Karawaci after lunch. Dalam rangka mau beli botol minumku dan shampoonya. Hehe.... Trus si Kenia cerita tentang temen gerejanya yang lagi berduka. Temen gerejanya itu kehilangan Papanya dan Mamanya lagi koma akibat sebuah kecelakaan mobil hari Minggu kemarin. Nah, ngobrol-ngobrol soal berita duka, kami jadi ingat beberapa waktu lalu (sekitar 2 minggu lalu lah), ada 3 orang di TC yang juga berduka karena anggota keluarga mereka meninggal. Sempat aku bilang, "Lagi musim mudik nih Ken." Si Kenia nanggepin, "Iya, mudik kagak balik lagi."

Hmmm.... Hidup dan kematian jaraknya sangat dekat. Siapa tahu hidup kita sampai kapan? Aku inget ngomong gini sama si Kenia, "Kayaknya aku mesti baca buku 'One Month to Live' deh." Langsung si Kenia manggut2 setuju. Dia juga bilang kalo dia jadi pengen baca lagi tu buku (kan emang dia punya, aku sih mau minjem aja.... hehe...) Kenia juga sempat ngomong gini, "Moment-moment kayak gini tu kita lagi diperingatin, gimana sebenernya gunain waktu untuk hidup." Yap! Setuju banget!

Bukan kebetulan kalo secara bertubi-tubi berita duka ini datang silih berganti. Meski aku nggak mengalami langsung, tetapi bukan kebetulan kalau mereka yang berduka ini ada di sekitarku. Dalam segala perkara Tuhan turut bekerja untuk mendatangkan kebaikan bagi setiap orang yang mengasihiNya (Roma 8:28). Bagiku, berita-berita duka ini menolongku untuk melihat bahwa:


  1. Tuhan berkuasa atas kehidupan dan kematian.
  2. Waktu hidupku singkat dan harus digunakan dengan bertanggung jawab di hadapan Tuhan.
  3. Mengetahui orang lain sedang berduka adalah kesempatan untuk memberikan pelayanan penghiburan serta penguatan dan doa.
Mungkin aku nggak akan meninggal dalam waktu dekat. Mungkin juga akan meninggal dalam waktu dekat. Hanya Tuhan yang tahu. Namun yang pasti, kapanpun waktunya aku harus siap sedia. Nggak cuma aku, tapi SETIAP ORANG PERCAYA HARUS SIAP PULANG KE SURGA DAN MENGHADAP BAPA ANYTIME!

Tidak ada yang perlu ditakuti dengan kematian. Filipi 1: 21 harus menjadi prinsip kita. "Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." Jika kita hidup, mari hidup bagi Kristus. Jika kita mati, haleluya! Untung gede2an karena akhirnyaaaaaa.... pulang ke rumah Bapa :)


Monday, August 22, 2011

God's Love for Papua

Last Friday Night Fellowship (19/8) was very touching for me. Temanya adalah God's Love for Papua. Pada malam yang spesial ini, semua pelayannya mahasiswa-mahasiswi Papua dan pembicaranya adalah seorang hamba Tuhan yang merupakan penerjemah Alkitab di Papua.

Aku nggak bisa nggak mencucurkan air mata sepanjang fellowship. Ketika WL mengajarkan pujian sederhana dalam bahasa Papua, mataku sudah berkaca-kaca.

Sye Manseren wapyun be aya
Sye Manseren wapyun be aya
Rosainari ma be a mansren
Sye Manseren wapyun be aya

Sederhana, artinya cuma Yesus baik buat saya. Tapi dinyanyikan dengan kesungguhan hati dan sangat menyentuh.

Selanjutnya renungan Firman Tuhan disampaikan oleh Bapak Cahyadi. Beliau berbagi bagaimana ia dipanggil untuk melayani Tuhan hingga kisahnya melayani di Papua. Sepanjang Beliau ngomong, aku gak bisa gak nangis. Sambil denger dan nangis, aku juga memeluk Lince, anak kamarku yang seorang gadis Papua. Lince juga menangis.

Aku tidak tahu pasti apa yang membuat Lince menangis, tapi dari sharingnya bagaimana bisa masuk TC, aku tahu bahwa ia sangat mengasihi Papua. Seperti halnya Lince mengasihi Papua, Bapa di surga juga mengasihi Papua. Seperti kata Bapak Cahyadi, Tuhan pun turut menangis bersama merasakan apa yang orang-orang ini rasakan. Di Papua masih banyak orang-orang yang sakit, kurang pendidikan, tertindas dan teraniaya. Mereka butuh kasih Bapa.

Aku sangat bersyukur bisa mengetahui sedikit lagi tentang kasih Bapa. Betapa dalam Ia mengasihi rakyat Papua. Melalui sebuah lagu yang dipersembahkan para mahasiswa Papua setelah renungan Firman, aku semakin tersentuh melihat betapa lembutnya kasih Bapa.

Aku baru belajar lagu ini dari Lince semalam setelah rapat kamar.

Biarku merasakan kasih Bapa
Yang mengalir menjamah hati ini
KelembutanNya melampaui apa yang kurasa
Selalu baru di setiap pagi

Walau semakin berat beban di hati
Tantangan yang datang silih berganti
Tak sanggup diri ini menghadapi segalanya
Namun Yesus akan tetap setia

JanjiNya Dia kan tetap setia
Walaupun diriku tidak setia
JanjiNya Dia pasti menyertai
Di dalam masalah yang kualami

Air mataNya mengalir di saatku menangis
WajahNya tersenyum di saat ku sedang tertawa
Dia Yesus sahabat yang setia

Kasih Bapa bagi Papua begitu lembut menyentuhku, juga menegurku.
Aku ingat pernah berkata bahwa aku ingin ditempatkan untuk melayani di kampung halamanku, Surabaya.
Rasanya aku begitu egois, mementingkan diri sendiri. Padahal Tuhan tidak memanggilku untuk melayani diri sendiri. Ia memanggilku untuk bekerja bagi kerajaan Allah, untuk melayani orang-orang yang Bapa ingin supaya kulayani.

Belum berani aku meminta untuk ditempatkan di Papua atau di manapun juga. Tetapi satu hal, aku berdoa sambil mencucurkan air mata malam itu. "Tuhan, tempatkan aku di manapun Engkau ingin menempatkanku. Tolong aku untuk keluar dari zona nyamanku. Tolong aku untuk berani melayani Engkau."

Terima kasih, Tuhan. Sudah mengizinkanku mengenal sedikit lebih dalam lagi akan kasih-Mu.
Aku akan menutup tulisan ini dengan sebuah lagu.

Brikanku hati sperti hatiMu
yang penuh dengan belas kasihan
Brikanku mata sperti mataMu
memandang tuaian di sekelilingku

Brikanku tanganMu tuk melakukan tugasMu
Brikanku kakiMu melangkah dalam rencanaMu

Brikanku, brikanku
Brikanku hatiMu



God loves them.


"Jangan Menyerah ya Kak..."

by Diannita Dwi Pujiastuti Gazalie on Monday, August 22, 2011 at 6:01 am


"This Christmas will be GREAT!", said me to my friend yesterday.
"Why? What are you going to do?", said him
"I don't know. I just thinking that I will be so grateful this December, after passing through a lot of challenging semester."

-------

Banyak hal terjadi minggu yang lalu. Ini baru awal dan aku merasa banyak pergumulan sudah di depan. Bukan untuk lari dari padanya namun untuk dihadapi. Ketakutan dan kekhawatiran itu ada namun keyakinan atas penyertaan Tuhan itu menguatkan. Saudaraku yang aku sangat kasihi beberapa tahun lalu meneguhkanku untuk belajar percaya dengan sebuah ayat. 

"Sebab Aku ini, Tuhan, Allahmumemegang tangan kananmu dan berkata kepadamu : "Janganlah takut, Akulah yang menolong engkau."  Yesaya 41:13

1. Penciptaku, Tuhan, Allahku yang berkuasa atas bumi ini memberi jaminan kepada ciptaan lemah sepertiku. Betapa aku terkagum dan terhentak ketika aku masih terus kuatir dan takut. Tuhan Allahku sendirilah yang berfirman. Ketika Ia telah berfirman, itu artinya YA dan AMIN! 

2. Saat aku kecil, aku selalu ingin digenggam oleh Papa setiap kali menyeberang. Karena aku tahu menyeberang jalan adalah hal yang tidak mudah, sesuatu yang membingungkan, dan jika tidak berhati-hati aku akan celaka. Dalam kehidupan ini aku setiap hari seperti 'menyeberang jalan', saat-saat dimana saya harus tengok kanan dan kiri, berjaga-jaga supaya tidak tertabrak, memilih saat mana yang tepat untuk maju ke depan karena tidak mungkin saya hanya diam tanpa maju sedikitpun, dan saya harus benar-benar hati-hati supaya tidak celaka....dan ternyata saya tidak sendirian...Saya digandeng oleh-Nya. 

3. "Janganlah takut" sebab "Allah memberikan kepada kita bukan roh ketakutan, melainkan roh yang membangkitkan kekuatan, kasih, dan ketertiban" II Timotius 1:7
Saya adalah orang yang mudah takut. Ada dua hal yang saya mengerti dalam hal ini. 
- saya bersyukur diijinkan Tuhan merasakan ketakutan...karena di situ saya semakin sadar akan keberdosaan saya dan ketidakmampuan untuk hidup berdasarkan kekuatan saya sendiri. Dalam moment merasakan ketakutan, di situ saya merasa semakin harus bersandar pada Tuhan
- saya adalah anak Allah dan yang Bapa kehendaki adalah saya MEMPERCAYAI Dia. Bapa mana yang tidak sedih jika anaknya lebih mempercayai orang lain padahal nyata betul bahwa Bapa adalah pihak yang paling bisa diandalkan. 

4. Jadi...tenanglah kini hatimu. Ia akan menolong saya melalui setiap bagian dari kehidupan ini. Ia akan menolong saya dalam pergumulan namun bukan menggantikan saya menjalani pergumulan itu. Sayalah yang akan menjalaninya namun tidak sendirian. Saya tahu Allah ingin saya belajar dan percaya bahwa Guru Terbaik itu akan menolong saya untuk belajar.

Keluhan itu mudah sekali akan terlontar. Stress pun terkadang tak terhindarkan. Namun, saya dan teman-teman lain tidak boleh menyerah. Di manapun saya dan Anda ditempatkan, dunia perkuliahan, pekerjaan, pelayanan, keluarga, pertemanan, dan lain-lainnya, di situlah tempat untuk BELAJAR tidak menyerah. Terima kasih untuk pribadi yang berkata padaku semalam, "JANGAN MENYERAH YA KAK!" 

Ya... Saya TIDAK AKAN MENYERAH... 

Sunday, August 21, 2011

BERJALAN



by Diannita Dwi Pujiastuti Gazalie on Sunday, August 21, 2011 at 6:19pm

Satu hal yang sayasyukuri selama hidup di TC adalah kebiasaan BERJALAN. Hal yang tidak biasa saya lakukan di kota saya. Rumah saya tidak terlalu besar, jadi untuk makan sayatidak perlu berjalan melalui lapangan dan gedung. Puji Tuhan, orang tua punya sebuah toko sederhana  yang menjual keperluan sehari-hari, sehingga untuk berbelanja tidak perlu berjalan bagaikan ujung dengan ujung untuk mencapai hypermart. Ya, karena saya tidak punya  kendaraan apapun di sini kecuali kaki pemberian Tuhan ini, maka jika masih bisa dijangkau dengan kaki ini, maka lingkungan di sini mengajar saya untuk BERJALAN.

Perlahan-lahan saya menyukai kegiatan ini. Diawali dari semester 1 saat pelajaran Spiritual Formation, Ms. Anne, dosen saya mengingatkan tentang DOA NAFAS. Doa nafas adalah doa yang dipanjatkan di waktu-waktu ketika kita sedang beraktifitas dan tidak duduk diam seperti posisi berdoa pada umumnya. Bagi saya, doa nafas menjadi bagian dari kerohanian saya…dan saya terbiasa melakukannya saat saya sendirian dan sedang BERJALAN.

Rumput-rumput di lapangan itulah yang menemani saya. Hati ini selalu bersyukur setiap kali berjalan melewatinya. Saat pagi, ia menjadi teman sayauntuk berdoa dan berkata, “Selamat pagi Bapa. Terima kasih untuk hari baru ini. Pimpin saya hari ini selangkah demi selangkah seperti saat saya melangkah pagi ini.”
Saat hari mulai sore, matahari terbenam, saya kembali ke asrama dan kemudian seringkali ingatan tentang sepanjang hari ini tentang hal-hal baik yang Tuhan kerjakan, kesadaran atas pekerjaan-pekerjaan Tuhan yang luar biasa atas diri orang-orang yang saya kasihi di sini, dan tantangan-pergumulan yang hari ini dating…dan kemudian bersyukur, “Terima kasih untuk mengijinkanku menyadari semua hal ini dan tolonglah saya untuk beriman atas pimpinan-Mu”

 Dan…saat senja itu berakhir digantikan malam…maka saya berjalan dan menatap ke langit berharap ada cukup banyak bintang di sana untuk ku pandang dan menikmati keindahannya, lalu kemudian berdoa, “Seringkali saya diijinkan untuk berjalan sendirian. Saya tahu ini bukan tanpa tujuan.  Saya bersyukur untuk momen-momen seperti ini karena saya bisa berbicara pada-Mu.”

Terkadang hanya berkata, “Tuhan tolong saya, Tuhan tolong saya” atau bernyanyi lirih, “Tenanglah kini hatiku, Tuhan memimpin langkahku. Di tiap saat dan kerja, tetap ku rasa tangan-Nya. Tuhanlah yang memimpinku, tanganku dipegang teguh. Hatiku berserah penuh, tanganku dipegang teguh.”  Bagi saya pribadi, doa-doa seperti ini penting dan telah membangun kehidupan kerohanian saya.

Seseorang yang saya temui secara tidak sengaja di sebuah booth Department of Art pada UPH Festival tahun lalu telah meneguhkan saya untuk senantiasa melakukan ini. Dia berkata, “Tidak banyak orang yang mengingat-ingat Tuhan di sepanjang harinya.” Maka dari itu, saya ingin menjadi bagian orang yang disebut ‘tidak banyak’ itu. Saya ingin mengingat-ingat Tuhan di sepanjang hari saya. Saya ingin Ia terlibat langsung di setiap aktifitas saya sepanjang hari itu. Saat saya berjalan, makan, antre, kuliah, belanja, berbincang-bincang, dan aktifitas-aktifitas lainnya.

Saat saya bisa berjalan dan menaikkan doa, saya tahu tidak ada hal yang terlalu sepele atau kecil untuk dibicarakan dengan Tuhan. Saya punya banyak detail-detail dalam kehidupan saya dan saya yakin benar Tuhan yang besar itu ada dalam perkara-perkara kecil dalam hidup saya, termasuk saat saya sedang BERJALAN. Selamat menikmati waktu-waktu Anda untuk BERJALAN…  :-) 


My Love Language

I have take a love language test! :)
This is my result:


Quality Time
In Quality Time, nothing says “I love you” like full, undivided attention. Being there for this type of person is critical, but really being there—with the TV off, fork and knife down, and all chores and tasks on standby—makes you feel truly special and loved. Distractions, postponed activities, or the failure to listen can be especially hurtful.

Do you want to try? Click here to get the test.

In my opinion, hasilnya sangat akurat. Hehehe...
Memang bener deh kalo quality time is my love language. Gak butuh ucapan gombal2, asal ada perhatian penuh yang nggak terbagi, aku akan merasa sangat special dan dicintai. Kalo misal aku ngomong panjang lebar trus orang yang aku ajak omong malah berhenti dengerin karena ada sesuatu dan lain hal yang lebih menarik buat dia, sering aku merasa nih orang gak bener2 sayang.

Tapi begitu aku get full attention, wah... laen kali aku bakal ngomong lagi, curhat lagi... Hehehe...
Rasanya nyaman, aman, diterima, diistimewakan, dan dikasihi.

Menariknya, Tuhan Yesus menunjukkan kasih-Nya pada Bapa si surga dengan "Quality Time". Alkitab mencatat:
Pagi-pagi benar, waktu hari masih gelap, Ia bangun dan pergi ke luar. Ia pergi ke tempat yang sunyi dan berdoa di sana. (Markus 1:35)




Jadi inget definisi attentiveness yang ditulis di Chapter One Mini Skripsi-ku:
Attentiveness is showing the worth of a person or task by giving my undivided concentration.
Source: click here



Aku sendiri punya kebiasaan saat teduh tiap pagi. Tapi... "Sudahkah aku memberikan undivided attention to God?"

Saturday, August 20, 2011

Apa yang harus dilakukan waktu single?


Aku baru baca note-nya Ce Grace Suryani, pengarang buku Tuhan Masih Menulis Cerita Cinta. Bagus banget! Aku nemuin di sini 


  Gals, lebih bae gue jawab pertanyaan ini dulu baru jawab pertanyaan “How Do I KNOW?”. Coz kalo apa yang kita lakukan sewaktu masih single itu bener, akan lebih mudah buat kita untuk ‘know’ when the time comes …
                Udeh ada buanyaaakk buku yang bahas soal ini. Ntar di bagian bawah gue kasih beberapa compulsory reading (alias daftar bacaan WAJIB) buat yang pengen tahu lebih banyak hehehe.

  1. STOP LOOKING  alias Berhenti Mencari-cari
: O Well, sebelon jelasin lebih lanjut, gue mau elu orang liat beberapa bagian Alkitab ini dulu.

TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan dengan dia." (Kejadian 2 : 18)

Berkatalah Abraham kepada hambanya yang paling tua dalam rumahnya, yang menjadi kuasa atas segala kepunyaannya, katanya: "Baiklah letakkan tanganmu di bawah pangkal pahaku, … Tetapi engkau harus pergi ke negeriku dan kepada sanak saudaraku untuk mengambil seorang isteri bagi Ishak, anakku. Kejadian 24 : 2,4

Lalu Naomi, mertuanya itu, berkata kepadanya: "Anakku, apakah tidak ada baiknya jika aku mencari tempat perlindungan bagimu supaya engkau berbahagia? Rut 3 : 1

3 bagian Alkitab di atas, itu adalah awal mula dari 3 kisah cinta. Kisah Cinta Adam – Hawa, Ishak – Ribka, Boas – Ruth. Nah sekarang pertanyaannya, apa kesamaan dari 3 ayat di atas?? :P

Ayo dicari … Hehehe.

Kesamaan dari 3 ayat di atas adalah, ketiga kisah cinta di atas, di mulai dari inisiatif orang yang berotoritas atas Adam (Tuhan), Ishak (Abraham – ayahnya), Ruth (Naomi – mertuanya). Bukan Adam yang mencari-cari Hawa. Bukan Ishak yang gelisah karena masih single. Bukan pula Ruth yang jelalatan cari the potential husband. Semua kisah itu diawali dari Tuhan dan orang yang berotoritas atas mereka yang melihat bahwa mereka MEMBUTUHKAN pasangan!

Seringkali, hal pertama yang kita lakukan ketika kita single adalah CARI SENDIRI. Tanya kanan kiri. Doain si anu sampe si ono. Padahal kita sendiri belum tau, sebenernya kita SUDAH SIAP MENIKAH atau belum? Ohhh di mata kita mungkin sudah, tapi apakah di mata Tuhan, di mata orang tua, kita sudah cukup dewasa untuk menikah? Apakah  kita sudah cukup matang, punya kesediaan rela berkorban, punya kedewasaan untuk memaafkan?  

Jangan-jangan, kita masih terlalu manja, egois, moody, pendendam, sulit mengampuni, sulit beradaptasi, semaunya sendiri (semua daftar di atas adalah daftar sifat yang HARUS ADA kalo kalian pengen punya pernikahan seperti di neraka). Coba kalian pikir, Tuhan itu sayang sama anak-anak-Nya. En Tuhan juga sayang sama calon pasangan kalian. Nah, kalo Tuhan liat, kita masih keras kepala, ngga bisa diatur, sok tahu, sombong, Tuhan tahu kalo dibiarin ketemu sekarang, kesian calon pasangan kita. Bukannya kita jadi berkat buat mereka, yang ada malah jadi kutuk!! Bukannya bikin mereka jadi org yg lebih bae, lebih dekat dengan Tuhan, yang ada mereka justru stress dengerin rengekan dan keluhan kita yang tiada henti.

So, gals. STOP MENCARI, sebaliknya, datanglah kepada Tuhan dan bertanya sama Tuhan, “Tuhan, apakah menurut-Mu saya sudah siap menikah? Apakah saya sudah siap membahagiakan calon pasangan saya? Bentuklah aku dulu, Tuhan.”

Ketika Tuhan melihat kita sudah SIAP, maka Tuhan sendiri yang akan mempertemukan pada waktu-Nya.
2。 Cari dahulu Kerajaan Allah dan Kebenaran-Nya
Nah, trus apa yang perlu dicari pas lagi single? Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya! Apa itu Kerajaan Allah? Ada banyak definisi guys.Kalo buat gue secara sederhana, kerajaan Allah itu tempat di mana Allah jadi RAJA. Makanya namanya Kerajaan Allah, bukan kerajaan gue.

Sekarang, kita perlu check, hidup kita itu udeh dalam  Kerajaan Allah belon? Tuhan udeh bener-bener jadi RAJA belon atas hidup kita? Atau Tuhan cuman kita anggap jadi sinterklas buat ngabulin permohonan, atau Tuhan jadiin tukang mak comblang cuman ditanyain, “Dia bukan orgnya, Tuhaaann?!?!” 

Hal pertama yang harus jadi prioritas para single dan semua orang percaya adalah mencari DAHULU Kerajaan Allah. Jadilan Allah itu RAJA dalam hidup kita.

Salah satu cara konkritnya adalah, cari tau apa PANGGILAN mu. Jadi guru kah? Jadi penulis kah? Jadi chief kah? Gumulkan, tanya sungguh2, kalo perlu doa puasa. Jangan berhenti sampe Tuhan bukakan apa panggilanmu. It may takes few days, few months or even few years .. but yang pasti kalo kita mencari PASTI menemukan, kalo kita bertanya PASTI mendapat jawaban. : )

Kenapa itu penting? Karena salah satu cara nanti kita bisa tahu, apakah orang ini cocok atau ngga buat kita yah dari apakah dia bisa mendukung panggilan kita atau tidak??

Gue tau panggilan gue thn 2005. Jadi tukang ceritanya Tuhan. cerita apa yang Tuhan lakukan dalam hidup gue. Itu panggilan gue.  Trus jadilah tiap gue deket sama cowok, or mereka mulai pdkt, gue pasti tanya, “Eh loe kan temenan ama gue neh. Kalo loe deket sama gue, ada resikonya loh. Loe bisa masuk ke dalam tulisan-tulisan gue. Loe keberatan kagak?”

Mungkin kalian mikir, ah masak iya ada yang keberatan. Tapi beneran ADA loh yang keberatan. :p  Ada beberapa godly man yang sempet deket sama gue trus bilang, “Loe berani yah cerita-cerita kehidupan pribadi loe di muka umum. Kalo gue sih ngga nyaman.” Begitu dia bilang begitu, gue langsung AHA!! He’s not the one. Hahaha. COREEETTTT … :p

Tepen sebaliknya, dia malah getol suruh gue nulis. Hahaha.

Selan itu guys, BIASANYA Tuhan baru kasih jodoh setelah kita ADA di dalam panggilan Tuhan. Karena fungsi utama penolong itu yang untuk menolong kita MENGGENAPI rencana Tuhan atas hidup kita!! Fungsi pasangan itu tuh itu. Bukan cuman mesra-mesra ngga jelas. So, kalo kalian belon tau apa panggilan kalian, GUMULI dulu itu!!

Setelah itu, cari kebenaran Tuhan! Baca Alkitab!! Baca buku-buku rohani! Baca buku2 pernikahan, parenting. Cari kebenaran Tuhan sebanyak-banyaknya. Tanamkan itu semua dalam hati kalian. Percaya deh, once kalian punya pacar, kalo kalian dah tau banyak kebenaran Tuhan, pacaran itu LEBIH GAMPANG :p bukan karena ngga ada masalah, tapi karena kalian lebih tau gmana cara ngatasin masalah itu.

3。 Ada di Tempat yang Benar!          
Maksudnyeee?? Maksud gue begini … Siapa diantara kalian yang pengen punya suami yang Godly Man?!!? Bukan GT-Man loh ya tapi Godly Man hehehe.

Pasti banyak yang ngacung tangan sambil bilang, “GUEEEE”

Nah, gue tuh ye, kadang ketemu ce-ce yang bertanya, “Duhh zaman sekarang susah yaa cari co yang sungguh-sungguh sama Tuhan!” ternyata setelah gue ngobrol sama mereka, selidik punya selidik, ternyataaaa mereka itu org2 kristen. Tapi … cuman ke gereja SEMINGGU SEKALE, kagak ikut pelayanan, ngga gaul sama anak-anak yang cinta Tuhan . >.

Kalo kayak gitu caranya gals, sampe maranatha Tuhan Yesus datang yang kedua kali, KAGAK BAKAL KETEMU!! Gubraks duenk duenk duenkk deh!!

: O LOH emank kenape cik?!

Neh, loe orang pikir ye … co yang Godly, cinta Tuhan, rajin bekerja, bae, kagak kasar, kagak suka mukul, cinta keluarga, kira-kira cari ce yang kayak apa?? Yang kayak mereka lah!! Yang Godly juga. Yang punya hati berkobar-kobar buat Yesus en jiwa-jiwa, yang rajin bekerja juga, yang cinta ama keluarganya juga!!
Nah sekarang, kalo kita ke gereja cuman kebaktian abis itu langsung pulang, kagak pernah ikut persekutuan, kagak pernah ikut pelayanan, diajakkin besuk menolak, temen-temennya semua kagak ada yang cinta Tuhan, sehari-hari kagak pernah tuh bawa-bawa Tuhan dalam pembicaraan, nulis status FB isinya semuanya keluhan, “Jalan macet laahh”, “boss bawel lah”, klien ngga tau diuntung laahh”, “doseen killerrr tugas segunung laahh”,  

Kira-kira klo ada Godly man ngeliat ce kayak gitu, tertarik ngga ya dia??  Kalo dia bener-bener co Godly, trus ngeliat kita dateng gereja pake rok mini, tank top en tali BH keliatan kemana-mana, yakin gals, kalian dilirik pun kagak!! Kenape? Kalo dia bener-bener Godly, dia berarti mo jaga kekudusannya dia, mana mau dia sama cewek yang ngumbar body kemane-mane!!! Dia juga pengen cewek yang sama-sama serius jaga kekudusan!

Gue ngga bicara co godly = co pelayanan loh ya. Tapi co yang bener-bener cinta Tuhan en serius sama Tuhan.
                Kalo kalian pengen punya suami yang cinta Tuhan kalian juga kudu cinta Tuhan! Kalian pengen punya suami yang suka membaca Firman, kalian juga harus suka baca Firman. Kalo ngga, kagak nyambung bowww!! 
                So pastikan kalian juga ada di lingkungan yang tepat. Aktif di gereja. Aktif di persekutuan kampus. Cari komsel! Bertumbuh di situ. Ikut dalam group-group pelayanan yang sesuai minat dan panggilan kalian. Anak jalanan kek, kelas menulis kek, kelompok memasak kek.


4。Perbaiki Hubungan dengan ORTU!! 
Gals ... sekali lagi ortu tuh punya peran pentinnnggg banget dalam hal pasangan hidup. So mumpng masih single, DEKATKAN hubungan kalian dengan ortu. Sering2 ngobrol dengan mereka. Kalo dulu pernah ada masalah, bereskaannn ... En gue bener-bener menyarankan untuk kalian bikin perjanjian Ayah Anak dengan Papa kalian. 

cerita lengkap di http://www.facebook.com/note.php?note_id=10150275292047962 

5. Prepare Yourself To Be  A Good Wife
Belajar masak. Belajar kerjaain kerjaan rumah tangga. Ngosek WC, nyetrika kemeja cowok, ngelipat baju cowok (mulai deh dgn latihan setrikain baju en celana bokap!!), belajar bikin laporan keuangan. En satu lagi BELAJAR JAHIT! Itu penting bangeeettt gue nyesel sel sel kagak bisa jahit   >.<     

So daripada meratapi masa single kagak jelas, masuk ke dapur noh! Belajar sama si iyem! Belajar milih sayur, milih papaya yang manis, milih daging yang bagus!

Belajar menenangkan cowok lagi marah, lagi sedih. En juga … BERESKAN LUKA-LUKA HATI! Ibaratnya loe mau pergi naek pesawat, loe kudu check bagasi loe over kagak! Nah kita semua itu punya banyak yang namanya emotional baggage. Entah itu luka hati karena ortu, mantan pacar, guru dll. Beresin itu semua selama masih single!! Cari konselor Kristen yang bisa dipercaya, konseling sama dia. Itu tuh penting bgt. Coz kalo kalian ngga beresin itu semua ketika masih single, heeemmm  kalian harus beresin itu setelah married en itu lebih sulittt …

6.Siap Setiap Saat!
Kalian harus belajar en prepare dari sekarang karena kalian ngga akan pernah TAU kapan kalian ketemu dengan calon pasangan kalian.  

Buat Ribka, hari itu mungkin just another day. Hari biasa dimana dia biasa ambil air. Siapa yang tau pertemuan dengan 1 org itu mengubah hidupnya!! En demikian juga dengan kalian guys! We’ll never know!! Kita ngga pernah tau, siapa tau tante-tante yang lagi kerepotan bawa belanjaan di depan kita itu calon mertua kita … we’ll never know.

But jangan trus tiap kali pergi, pergi dengan pikiran, “Wah jangan-jangan today is the day!” -.- bisa stress kalian hahahaha. Santai aja, take it easy, tapi selalulah siap sedia untuk dipakai Tuhan kapanpun Tuhan mau memakai kalian. En lakukan itu tanpa pamrih ya hehehe.

Oke sebagai penutup gue kasih beberapa buku buat referensi
  1. Lady In Waiting
  2. Boys Meets Girls
  3. When God Writes Your Love Story
  4. So, You’re Getting mArried 
Kalo buku no 1 dan 2 aku dah baca.. Kalo no 3 belum, tapi tau bukunya kayak apa.. Tinggal beli atau cari pinjeman temen.. Kalo buku yang 4 kagak tau.. Siapa pengarangnya ya?

Committed to Love: SAVE your FIRST KISS!

Diberkati banget sama tulisan Ce Lia di blognya ini.Klik di sini.

Friday, August 19, 2011

I Can Tell Only What The Lord Tells Me

Saat Teduh pagi ini aku baca 1 Raja-raja 22. Itu kisah ketika Raja Ahab dan Raja Yosafat mau maju perang melawan Ramot-Gilead. Sebelum perang, Raja Yosafat minta supaya semua nabi dipanggil sehingga mereka bisa memberikan petunjuk apakah harus maju perang atau tidak. Akhirnya Raja Ahab panggil 400 nabi dan mereka semua mengatakan supaya maju aja.

Jawab raja Israel kepada Yosafat: "Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha bin Yimla." Kata Yosafat: "Janganlah raja berkata demikian." (1 Raja-raja 22:8)

Akhirnya dipanggilah si Mikha bin Yimla.

Suruhan yang pergi memanggil Mikha itu, berkata kepadanya: "Ketahuilah, nabi-nabi itu sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik." 

Tetapi Mikha menjawab: "Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya, apa yang akan difirmankan TUHAN kepadaku, itulah yang akan kukatakan." (1 Raja-raja 22:13-14)


Versi English: But Micaiah said, “As surely as the LORD lives, I can tell him only what The Lord tells me."

Tepat seperti yang dikatakan Tuhan, itulah yang Mikha katakan. Lengkapnya baca aja di 1 Raja-raja 22 ya. Intinya kalo maju perang sama aja celaka. Jelas bukan nubuatan yang baik. Abis ngomong kayak gitu, Mikha mendapatkan 'ucapan terima kasih' atas Firman yang sudah disampaikannya.

Sesudah itu tampillah Zedekia bin Kenaana, ditamparnyalah pipi Mikha serta berkata: "Mana boleh Roh TUHAN pindah dari padaku untuk berbicara kepadamu?" (1 Raja-raja 22:24)

Ouch! Udah nyampein Firman dengan benar, malah ditabok! Balasan yang tidak adil! Kan bukan Mikha yang  mau ngasih kekalahan? Jelas-jelas Tuhan lo yang nanya, "Who will entice Ahab into attacking Ramoth Gilead and going to his death there?" (verse 20)

Bahan Saat Teduh pagi ini mengingatkanku akan suatu hal. After 2nd anniversary 4th cohort, si Joe atau siapa gitu (kayaknya sih pasti Joe deh.. hehe..) ngasih julukan ke aku "Queen of Messenger" karena selama ini akulah informan sejati di kalangan 4th cohort (dan UPH Choir juga sih..). Jadi kalo ada perubahan jadwal kuliah, make-up class, perubahan due date assignments, gathering, meeting, etc, temen2 pada SMS ke aku dan aku nyebarin ke semua orang.

Anyway, thanks to the Lord.... Aku jadi ngerti bahwa jadi seorang messenger tu never be easy! Gak semua orang suka dengan apa yang kita sampaikan. Kalo aku SMS, "Teman2, hari ini gak ada kelas ya." Bisa dipastikan bahwa teman2 akan balas kayak gini, "HOOREEE! YEESSSS! THANKS NOV! :) :) :)"
Tapi kalo aku SMS, "Teman2, kelas besok pagi dipindah ntar siang jam 1 di ruang 1 ya." maka balasan SMS yang aku terima kira-kira kayak gini, "APAAN SIH?? KOK SEENAKNYA NGUBAH JADWAL?!!!" Padahal bukan aku loh yang ngubah2 jadwal kuliah... Aku kan cuma ngasih info via SMS.. Kok malah kena omel :( huhuhuuuu T_T

Memang sih aku belum pernah merasakan kayak yang Mikha rasakan. Paling-paling ya aku cuekin aja kalo ada temen yang ngomel karena isi SMS yang aku kirim. Toh apa yang aku beritakan bukan perkara besar gimana, gak nyangkut hidup dan mati. Jadi walaupun ga suka sama info yang aku SMS-in, mereka biasanya ngomel sekilas dan ga akan ngaruh ke aku, apalagi sampe ngaruh ke friendship between us.

Ngomong-ngomong, waktu aku ngetik ini, aku terima telepon dari salesgirl sebuah merk susu kalsium. Duh, males banget nanggepinya. Aku nanggepin dengan dingin. Waktu ditanya aku minum tu susu pa gak, aku bilang kagak. Trus ditanya lagi, kalo beli susu itu buat siapa. (Ini gara2 aku sok tertarik sama SPG-nya waktu itu dan ngambil produk susu itu terus ninggalin susunya di kasir.. hehehe... Biar Mbak SPG-nya ga ngoceh lama2 gitu lo..) Dengan ngawur aku jawab buat temen aja (padahal gak ada).

Setelah telepon berakhir, aku balik lagi ngetik. Lalu jadi mikir, "Kira-kira Mbak SPG yang nelepon aku tadi gimana ya perasaanya?" heheheee.. Responku sama dia jelas-jelas tidak manis walaupun tidak kasar juga. Tapi cukup dingin dan keliatan banget kalo merasa terganggu. Meskipun begitu, si Mbak SPG ini tetep ngomong dengan sopan dan ramah. Inilah persisnya yang dilakukan Mikha setelah ditampar. Tetapi Mikha menjawab: "Sesungguhnya engkau akan melihatnya pada hari engkau lari dari satu kamar ke kamar yang lain untuk menyembunyikan diri." (1 Raja-raja 22:25)

Memang selanjutnya ketika raja Israel menyuruh orang untuk menangkapnya, Mikha mengucapkan perkataan yang lebih keras.
"Jika benar-benar engkau pulang dengan selamat, tentulah TUHAN tidak berfirman dengan perantaraanku!" (1 Raja-raja 22:28)
Walaupun perkataannya ini lebih keras, namun bukan berarti dia gak sopan. Mungkin bisa saja si Mikha ini sakit hati juga. Udah ditampar, ditangkep lagi! Manusiawi kan kalo ia marah? Tetapi tidak satupun kata-katanya yang tidak sopan terhadap raja. Kalo nyebelin hati raja sih iya (kan ga sesuai dengan maunya sang raja), tapi bukan berarti tidak sopan.


Hari ini aku dapat pelajaran penting untuk jadi seperti Mikha. Ada yang lebih penting dari sekedar jadi "Queen of Messenger" buat temen-temen seangkatan ataupun temen2 choir. Yaitu to be God's messenger. That's our calling as Christians! Remember The Great Commision? :) You also a messenger for God.

Dua prinsip penting yang aku pelajari sebagai God's messenger:
  1. I can tell only what the Lord tells me.
  2. Tetep ngomong dengan sopan dan ramah apapun respon pendengar atau penerima berita.
Can we do these two things? Yes, we can.
Tuhan yang memampukan Mikha adalah Tuhan yang sama yang akan memampukan kita! :)

Spread the gospel, speak the truth, never be afraid!

Sunday, August 14, 2011

Pelayan yang Tidak Dihargai

Sejak jadi Spv, aku baru merasakan pelayanan 24 jam setiap hari, seminggu penuh, sebulan full, dan untuk jangka waktu setahun ke depan. Melayani anak-anak yang Tuhan percayakan kepadaku berarti siap memberikan hati, waktu, tenaga, telinga, mungkin juga sedikit uang, setiap saat. Belum lagi tuntutan dari pihak Residence Life yang harus aku penuhi. Ditambah jadwal meal service. Betul-betul bukan tanggung jawab yang sepele.

Hari Kamis lalu, saat SOW Induction, dijelaskan lagi kalo Spv itu perhitungan jam kerjanya 20 jam seminggu. Dari dulu juga begitu dan nggak ada seorangpun yang protes. Sekalipun Bu Mini atau siapapun juga bilang kalo kami itu kerja 7x24 jam seminggu dan kayaknya kurang pantes dihargai dengan hanya 20 jam seminggu, tapi itu sama sekali bukan masalah. Memang kami mau melayani. Kalau jam kerja kami diperhitungkan 20 jam seminggu, itu adalah bonus.

Masalahnya, saat SOW Induction itu, seseorang menambahkan arti yang lain dari perhitungan 20 jam seminggu tersebut. Perhitungannya gini: seminggu ada 5 hari kerja, Senin-Jumat. Untuk sehari kerja, Spv dihargai 4 jam. Jadi, 5x4 = 20. Rincian seperti ini membuat kami para Spv jadi terluka. Terus Sabtu-Minggu kalo kita melayani anak-anak kamar, itu dianggap apa? Apa bedanya kami dengan mahasiswa lain yang kerja administrasi?

Yang lebih tidak adil lagi... Anak BPH HMJ dan MPM dihitung 30 jam seminggu. Kalo mereka lagi punya gawe event gede sih ya masuk akal seminggu bisa kerja sampe 30 jam. Tapi kalo lagi ga ada event?? Paling
seminggu rapat sejam atau dua jam dan itu tetap dihitung 30 jam! Gak make sense!

Sedih dengernya... Upah seorang Spv begitu rendah. Pekerjaan kami melayani 24 jam penuh setiap hari selama setahun dianggap sepele nampaknya.

Siang ini adalah jadwalku untuk meal service. Pada jam lunch itu, sambil meal service aku baca buku "Improving Your Serve" karangan Charles Swindoll. Ada bab yang sangat bagus sekali, membahas mengenai bahaya menjadi seorang pelayan. Bab ini mengangkat tokoh Gehazi, pelayan Elisa. Dengan sangat gamblang, pengarang menjelaskan perasaan-perasaan Gehazi sebagai pelayan.

Ada kisah ketika anak seorang perempuan Sunem mati, Elisa menyuruh Gehazi mendatangi anak itu, menaruh tongkat di atas anak itu. Gehazi melakukan persis seperti yang diperintahkan kepadanya. Tetapi tidak terjadi apa-apa. Ketika Elisa datang, barulah anak itu sembuh. Kesannya sia-sia Gehazi datang dan menaruh tongkat  di atas anak itu. Toh kalo bukan karena Elisa, anak itu juga tidak akan hidup lagi. Lalu buat apa Elisa menyuruhnya melakukan hal tersebut? Buat apa Gehazi repot-repot?

Suatu ketika Gehazi repot-repot masak, tanpa sengaja makanan yang direbusnya mengandung racun. Lalu Elisa menyuruhnya memasukkan tepung. Singkat cerita, setelah itu tamu-tamu Elisa justru memuji Elisa, bukannya si Gehazi yang repot masak. Yang repot siapa, yang dipuji siapa...

Kisah lain ketika Naaman yang kusta datang pada Elisa minta disembuhkan. Gehazi adalah orang yang bertugas menyampaikan pada Naaman agar beliau menenggelamkan diri dalam Sungai Yordan. Bagian Gehazi ini betul-betul tidak enak. Ia harus menyampaikan pesan buruk tersebut pada Panglima Raja Aram ini. Hasilnya, Naaman ngomel. Gehazi yang menjadi sasaran; padahal ia cuma pembawa pesan saja.

Meskipun ngomel panjang lebar, akhirnya Naaman memilih untuk mengikuti perkataan Elisa (yang disampaikan Gehazi) yaitu untuk menenggelamkan diri dalam Sungai Yordan. Ia sembuh dan sebagai ucapan terima kasih, ia menawarkan hadiah yang luar biasa mahal dan banyak pada Elisa DAN Gehazi. Jadi bukan cuma Elisa yang dihargai, Gehazi juga. Tetapi apa yang dikatakan Elisa?

"Demi TUHAN yang hidup, yang di hadapan-Nya aku menjadi pelayan, sesungguhnya aku tidak akan menerima apa-apa."

Ow.. ow.. Kalo Elisa doang yang gak mau sih ga papa.. Tapi...


berpikirlah Gehazi, bujang Elisa, abdi Allah: "Sesungguhnya tuanku terlalu menyegani Naaman, orang Aram ini, dengan tidak menerima persembahan yang dibawanya. Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya aku akan berlari mengejar dia dan akan menerima sesuatu dari padanya." (2 Raja-raja 5:20)

Memang benar Gehazi serakah. Namun sebenarnya cukup manusiawi, mengingat karir pelayanannya selama ini tampaknya kurang dihargai. Sekarang Naaman dengan senang hati mau memberikan penghargaan sebesar-besarnya. Kenapa kesempatan seperti ini harus ditolak? Dengan senang hati Gehazi mengejar berkatnya. Ketika Elisa menanyakan Gehazi apa yang sudah diperbuatnya, Gehazi menyangkal. Demi upah yang ia rindukan, Gehazi berbohong. Kemudian akhirnya sungguh tragis.

"tetapi penyakit kusta Naaman akan melekat kepadamu dan kepada anak cucumu untuk selama-lamanya." Maka keluarlah Gehazi dari depannya dengan kena kusta, putih seperti salju.

Seandainya Gehazi tahu bahwa segala jerih payahnya walaupun tampak kurang dihargai di mata manusia namun sangat berharga di mata Allah, mungkin saja dia bisa menahan diri untuk tidak menjadi serakah. Mungkin juga ia justru bersyukur sebab kurangnya pujian akan hasil pelayanannya justru bisa menjauhkan dia dari keangkuhan.

Itulah kira-kira uraian isi sebuah bab yang aku baca tadi siang. Betul-betul menyentuh. Relevan dengan apa yang aku alami. Sekarang aku jadi merefleksikan, apakah aku akan tetap melayani dengan setia ketika tidak seorangpun memuji?

Tadi sore, anak kamarku si Martha cerita bahwa temannya ngomong tentang aku kira-kira kayak gini, "Spv-mu siapa? Kak Novi ya? Oh, dia kan baik banget!"

Denger kayak gitu, jadi semangat deh aku jadi Spv.. hehehe.. Tapi kalo nggak seorangpun memujiku... Apa aku masih mau dengan setia jadi Spv yang baik banget???

Saat rapat kamar tadi, anak kamarku mengeluh. Mereka yang ngangkat galon buat satu lantai, orang lain yang ngabisin. Ke mana anak-anak lantai yang lain? Kok kayaknya cuma kita-kita yang repot ngangkatin galon. Yang lain kayaknya nggak peduli! Padahal kita sama-sama butuh air!

Aku sangat berterima kasih, anak-anak kamarku mau ngangkatin galon walaupun seharusnya bukan giliran kamar kami yang repot ngangkatin galon. Lalu aku sharingkan apa yang aku baca tadi siang. Seringkali tampaknya ketika kita melayani, pelayanan tersebut bisa jadi tidak dihargai orang. Tapi memang seharusnya tujuan kita melayani bukan untuk mengejar pujian dan penghargaan dari orang lain, melainkan mengejar upah surgawi yang berasal dari Allah. (Jadi inget khotbah Sunday Chapel pagi ini, menyimpan harta di surga. Hehehe..)

Ketika aku mengetikkan semua ini, aku sendiri sedang mendapat suatu teguran dari Tuhan. Seorang pelayan dilihat semua orang bukan supaya beken dan dipuji-puji, melainkan supaya nama Tuhan dipermuliakan. Seorang pelayan repot-repot kerja bagi Tuhan, tetapi pujian dan kemuliaan hanya bagi Tuhan!

Ada sebuah puisi yang bagus.. Yang menjadi pertanyaan refleksiku juga... Puisi ini karangan Ruth Harms Calkin. Judulnya, Aku Bertanya dalam Hati.


Tuhan, Engkau mengetahui, bagaimana aku melayani-Mu
Dengan semangat yang bernyala-nyala tatkala menjadi pusat perhatian.
Engkau mengetahui betapa semangatnya aku berbicara untuk-Mu di pertemuan kaum wanita.
Engkau mengetahui betapa sukacitanya aku ketika memimpin sebuah kelompok persekutuan.
Engkau mengetahui kesungguhan antusiasku di sebuah kelompok pelajaran Alkitab.
Namun aku bertanya dalam hati, bagaimanakah aku akan bereaksi
Jikalau Engkau menunjuk ke sebuah baskom air
Dan memintaku untuk mencuci kaki berkulit kasar
Dari seorang wanita tua yang keriput dan bungkuk
Hari demi hari
Bulan demi bulan
Di sebuah kamar di mana tak seorang pun melihat
Dan tak seorang pun tahu.



May you be blessed! :)


Kamar 503-504

Tuesday, August 9, 2011

BerkatMu cukup di dalam hidup kami

Seminggu terakhir, Tuhan bekerja di dalam hidupku, turut merasakan pergumulanku. Sekarang aku berpikir untuk mulai bersaksi tentang pergumulan yang aku alami ini. Awalnya aku ragu. Ada rasa malu. Karena kalau aku bersaksi, berarti aku menceritakan dosaku ke orang lain. Tetapi baru akhir minggu ini aku baca di buku "Meningkatkan Pelayanan Anda", kalo seorang pemimpin Kristen tidak perlu takut mengungkapkan kegagalannya. Mengapa? Karena ketika kita bersaksi, kita menyaksikan Kristus yang memampukan orang berdosa untuk hidup benar!

Jadi ini kisah lengkapnya..


Sebagai supervisor, aku tidak boleh melakukan pekerjaan lain. Sebagai mahasiswa beasiswa, aku tidak boleh mencari uang untuk kantong pribadi. Itu merupakan perjanjian, tanda tangan pake meterai.Setelah balik dari liburan, seorang teman menawarkan pekerjaan. Ngelesi anak SPH. Dua bersaudara gitu. Gajinya gak gede sih.. Tapi lumayan buat uang saku. Apalagi aku kan nggak perlu bayar untuk tempat tinggal dan makanan, kuliah juga gratis. Jadi walaupun gaji gak gede, itu juga sudah lumayan.Tadinya aku ragu untuk mengambil pekerjaan ini. Alasannya karena aku sudah pasti melanggar peraturan kalo terima pekerjaan ini. Tapi temenku bilang, "Lumayan buat uang saku dan buat ditabung." Kemudian aku ingat malam sebelumnya ngobrol sama temenku yang lain soal gaji guru yang pasti kecil. Aku pikir-pikir lagi, "Lumayan buat tabungan masa depan." Jadi akhirnya aku bilang, "Oke".

Seminggu ngelesin, aku merasa nggak damai. Lalu aku doa, "Tuhan, kalau Engkau tidak berkenan, pecat aja aku." Kesannya sih bener aja doanya. Padahal nggak. Intinya sih, aku mau kerjaan ini. Gak papa melanggar peraturan asal gajinya lumayan untuk kantongku.

Minggu kedua, aku nggak bisa ngelesin karena sibuk mau nyanyi di Gala Concert dan ikutan Jakarta Choir Competition. Eh, Selasa sore Papa kirim SMS. Papa minta maaf karena cuma bisa transfer sekitar 15% dari uang sakuku sebulan. Trus dua hari kemudian baru Papa kirim lagi sekitar 15% juga. JDEEERRRR!!!! Balasan SMS-ku ke Papa sih baik2 aja. Aku bilang sama Papa, kalo nggak masalah. Aku masih bisa hidup sampai transferan berikutnya. Padahal abis baca SMS itu mataku langsung berkaca-kaca.

Aku tau kok keluargaku lagi bergumul dengan masalah keuangan. Tapi aku nggak nyangka sampai kayak gini. Masa uang sakuku tinggal sekitar 15% aja? Sementara aku enak2an di kampus semewah UPH, keluargaku di rumah pasti lagi susah. Apalagi Papa. Aku gak tega rasanya. Hati Papa yang mana yang ga hancur, saat ia tidak bisa memenuhi kebutuhan anaknya? Hatiku hancur. Aku yakin bukan hal yang mudah bagi Papa untuk kirim SMS itu ke aku.

Sore itu kebetulan lagi ada perkenalan TC Ministry ke mahasiswa baru. Pas nyanyi lagu "BejanaMu", air mataku langsung tumpah. Gak ada yang nanyain sih.. Semua mikirnya aku lagi penyembahan. Hehehe.. Padahal lagi sedih. Abis itu mentee-ku SMS dan bilang kalo dia lagi sedih. Jadinya aku pergi menghibur dia. Malemnya latihan gala concert. Gak sempat lagi buat kau untuk mikirin masalah ini. Malemnya aku sudah sangat lelah. Sebelum tidur aku doa dan baca Alkitab. Tuhan langsung jawab pergumulanku saat itu juga. Di 2 Samuel 21. Intinya sih Tuhan ingin aku melepaskan pekerjaanku seperti Daud menyerahkan Mefiboset. (Pergumulanku yang ini ada udah aku tulis secara lengkap di: 
http://novi-kurniadi.blogspot.com/2011/08/carilah-dahulu-kerajaan-allah-dan.html)

Dapet jawaban seperti itu, aku yang tadinya ngantuk malah jadi nggak bisa tidur. Sebaliknya malah nangis sekenceng2nya. Tuhan ingin aku melepaskan pekerjaanku. Soalnya itu nggak bener. Jelas-jelas melanggar aturan. Apalagi aku pelayan Tuhan. Masalahnya Tuhan, kalo aku nggak dapet uang saku dari ortu, dari mana lagi aku bisa dapet duit kalo nggak dari ngelesi? Kan lumayan Tuhan.. Kalo Papa Mama nggak bisa transfer duit, mereka nggak perlu susah karena kan sudah ada penghasilan...

Tapi Tuhan kita memang Allah yang Maha Kudus. Tidak sedikitpun ia mau kompromi dengan dosa!
Besok paginya Dia menggerakkanku untuk baca Matius 6 dan aku sangat ditegur. Terutama pada ayat 24. "Tak seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon."


Tangisanku makin kenceng. Aku baca lagi perikop di bawahnya.


Tuhan bilang, burung pipit dipelihara. Bunga bakung didandani. Dan serasa sangat ditegur pada kalimat, "hai kamu yang kurang percaya". Trus ayat 33 berbunyi, "Carilah dahulu kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." Kenapa aku kasih warna merah untuk kata "kebenaran"? Karena itu yang ngena banget! Tuhan ingin aku hidup benar. Sekalipun itu berarti bayar harga yang mahal.There is a high price for a righteousness.
(Lengkapnya: http://novi-kurniadi.blogspot.com/2011/08/carilah-dahulu-kerajaan-allah-dan.html)




Jumat malam lalu aku terima SMS dari Papa Mama. Mereka bilang kalo mereka mengerti pergumulanku. Mereka ingin aku tetap melakukan apa yang benar dan gak perlu kuatir tentang hari esok. Biarkan Tuhan yang memegang hari esok. Setelah baca SMS mereka, aku langsung berkaca-kaca, lega.
Hari Sabtunya aku langsung bereskan. Bayar mahal untuk hidup benar. Bukan karena aku kuat. Tapi karena kuasa Tuhan yang memampukan. Herannya, aku nggak merasa sayang untuk melepaskan pekerjaanku ini. Gak merasa sayang untuk kehilangan gaji yang lumayan. Yang lebih penting lagi, tidak ada rasa takut. Walaupun tidak ada kepastian akan hari esok, namun tidak ada kekuatiran. Tuhan mengaruniakan damai sejahtera!

Saat ini aku ingat Pdt Hanny Layantara pernah bilang, "Berkat Tuhan ada di atas kepala orang benar. Kita orang benar tidak perlu kejar-kejar berkat. Kita harus mengejar hidup yang benar di hadapan Tuhan."
Persis setelah aku melepaskan pekerjaan ini, aku diberkati. Bukan dengan materi. Melainkan:
  1. Kemampuan untuk hidup dan melakukan apa yang benar.
  2. Meninggalkan dosaku (=melanggar aturan supervisor dan perjanjian beasiswa).
  3. Hidup dalam damai sejahtera, tanpa kekuatiran, walaupun berada di tengah-tengah krisis finansial keluarga.
  4. Mampu bersaksi menceritakan bagaimana Kristus mengubahku.
  5. Dibebaskan dari penghakiman. Awalnya aku merasa terus-menerus terdakwa. Sebagai pelayan Tuhan, bisa-bisanya aku melanggar aturan demi duit. Demi keadaan kecepit! Aku sempat merasa tidak layak, tidak ada apa2nya dibanding teman2 supervisor yang lain. Tetapi kuasa pengampunan Tuhan membebaskanku. Sekarang aku nggak lagi merasa terdakwa.
Berkat-berkat yang aku peroleh jauh lebih berharga daripada uang. 

Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya ituTetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. (Matius 6:32-34)
Nggak sampai 24 jam yang lalu aku menyadari bahwa merupakan sebuah anugerah untuk mengalami krisis finansial yang keluargaku hadapi sekarang. Aku melihat bagaimana Tuhan sungguh memelihara. Walaupun lagi krisis, kami tidak kekurangan! Memang tidak ada kepastian akan hari esok. Tapi justru itulah nilai anugerahnya! Karena tidak adanya kepastian akan hari esok, kami sekeluarga belajar menggantungkan hidup kepada Tuhan hari demi hari.

Aku akan tutup kesaksian ini dengan sebuah lagu. Lagu ini pernah aku nyanyikan di radio dan memenangkan sebuah setrika. Hehehe.. Ini bagian reff-nya:

Terima kasih Tuhan untuk hari ini
BerkatMu cukup di dalam hidup kami
KebaikanMu nyata
Sempurna tiap hari
Terima kasih, terima kasih Tuhan


Ngomong-ngomong, sebelum nulis blog ini aku sudah cek rekeningku. Papa sudah kirim sisa uang bulananku. Puji Tuhan! Walaupun uang sakuku agak telat bulan ini, tapi ada. Kabar dari Mama, kerjaan mereka sudah ada peningkatan walaupun sedikit dan masih susah. Thanks, God.