Wednesday, December 7, 2011

Prepare for my second practicum [part 1]

Hari Senin lalu pengumuman praktikum dipajang di TC Hall. Untuk praktikum kedua ini, aku mendapat kesempatan mengajar siswa-siswi kelas 2 SD di Sekolah Kristen Soli Deo, BSD, Tangerang. Praktikumnya dimulai tanggal 9 Januari 2012 sampai 3 minggu kemudian. Nah, tadi pagi Bu Connie bicara dengan kami seangkatan mengenai praktikum ini, khususnya apa yang harus menjadi tujuan kami. Sekali lagi beliau mengingatkan bahwa di TC kami tidak sedang belajar menjadi guru yang smart dengan good attitude, melainkan belajar mengikut Kristus dan menjawab panggilan-Nya dengan menjadi guru.

Bu Connie membagikan CHARGE TO GRADUATES, pidato yang dibawakan DR. James T. Riady saat Commisioning pada acara graduation TC, 3 Juni 2011 lalu. Aku mau share-kan isi CHARGE TO GRADUATES di sini dan berbagi berkat sama semua pembaca. :) [sekalian jaga-jaga kalo kertasnya ilang.. hehehe..]
Berikut ini PR untuk dipergumulkan selama liburan:

Monday, December 5, 2011

Sad stories from UPH

Semalem sebelum tidur, aku sempat buka fb via hp. Jeng.. jeng.. jengg.... Status temen2 sama semua isinya: kasus bunuh diri oleh salah satu mahasiswa kampusku di Grand Indonesia.

Dalam kurun waktu kurang dari dua minggu, dua orang mahasiswa kampusku meninggal karena bunuh diri. Yang pertama lompat dari lantai 9 di kondonya sendiri, yang kedua lompat dari lantai 10 di Grand Indonesia. That's very sad! :(

Thursday, December 1, 2011

Thanksgiving Thursday: My mom always stay at home

Semalem aku baru balik ke kamar hampir jam 1 pagi. Semua penghuni kamar sudah tidur, kecuali satu orang yang lagi belajar buat UAS. Somehow, aku menyadari bahwa sekalipun berada di dalam 1 kamar, seharian kemaren tu bisa dibilang ga ada waktu untuk bercengkrama bersama roommatesku. Ada sedikit rasa bersalah mengingat padatnya kegiatanku membuat aku jadi jarang ada waktu ngobrol bersama mereka. Apalagi aku bukan sekedar anak kamar biasa aja, melainkan supervisor mereka.

Tuesday, November 29, 2011

A Moment To Remember and Be Grateful!

Pada tanggal yang sama, 5 tahun lalu, seorang cowok SMA mengajakku berkomitmen dalam sebuah hubungan yang namanya pacaran. *baru ngetik 1 kalimat, eh... di depan mataku cuma jarak 2 meter ada sejoli lagi pacaran, mesra ga ketulungan! mentang2 kampus lagi sepi gara2 quiet week* Saat itu sih aku bilang mau kasih jawabannya besok aja (sok jual mahal). Dan besoknya, pas 30 November 2006 aku bilang "yes".

Monday, November 28, 2011

Brian Doerksen and Band: Praise and Worship Concert at UPH

Jumat malam, 25 November 2011 ada konser Brian Doerksen and Band di Grand Chapel UPH. Sebelumnya aku sama sekali gak tau siapa itu Brian Doersken. Kabarnya dia sangat terkenal di Amerika. Yang pasti sih aku suka banget sama lagu2nya saat nonton konser dia. Touching banget. Christ-centered and bible-centered.

Friday, November 25, 2011

Happy Teacher's Day!

Pagi ini saat lagi pake lotion (ngomong2 lotionku itu gede banget hampir seliter tapi harganya cuma 15ribu, wangi dan top markotop abis! belinya di Watson, always discount! hehehe...), ada sms masuk ngucapin selamat hari guru. Waaaah... belum jadi guru beneran udah dikasih ucapan selamat hari guru. Hehehe....

Buat aku, dipanggil menjadi seorang guru Kristen itu bener2 panggilan yang luar biasa. Guru itu kalo di Alkitab sejajar sama bapak ibu gembala, pastor, misionaris, dan bahkan rasul! Gak percaya?? Ini buktinya:

Melayani Tuhan vs Melayani pekerjaan Tuhan

by Kenia Oktavianie on Friday, November 25, 2011 at 8:50am


Semester ini hidup saya diwarnai dengan list pelayanan yang begitu panjang. Ada begitu banyak hal yang terjadi di luar prediksi saya, ketika menerima tanggung jawab pelayanan. Deretan list yang harus saya kerjakan setiap harinya membuat saya begitu lelah. 

Inilah awalnya mengapa saya begitu bergumul tentang apa makna pelayanan yang sebenarnya. Siang itu, saya membaca artikel yang berisi pertanyaan : "Apakah saya melayani Tuhan atau melayani pekerjaan Tuhan?" Pertanyaan ini mengusik hati saya, membuat saya bergumul dan terus memeriksa hati saya. Sebenarnya apa yang selama ini saya kerjakan? Benarkah yang saya kerjakan pada hakikatnya adalah untuk menyenangkan Tuhan?

Thursday, November 24, 2011

Thanksgiving Thursday: Created in his own image

Untuk Thanksgiving Thursday hari ini, aku bersyukur banget karena setiap orang diciptakan Tuhan sesuai dengan gambaran dan rupa Allah. Di antara sekian banyak makhluk hidup, hanya manusia yang punya daya cipta. Sekalipun semua orang telah berbuat dosa dan kehilangan kemuliaan Allah, manusia tetap merupakan gambar Allah. Lihat aja, banyak orang-orang di luar sana yang ateis pun bisa menciptakan berbagai teknologi yang luar biasa. Namun mereka yang hidup di luar Kristus tidak menciptakan sesuatu bagi kemuliaan nama Tuhan, melainkan bagi keuntungan mereka sendiri. Tidak jarang yang berkarya untuk memenuhi hawa nafsu mereka sendiri. Sebagai orang yang sudah ditebus, ketika kita berkarya maka itu semua harus bertujuan untuk memuliakan Tuhan.


So God created mankind in his own image, in the image of God he created them; male and female he created them. (Genesis 1:27)

Dicipta seturut gambar dan rupa Allah, sesungguhnya manusia merepresentasikan Allah. Allah yang kreatif dan inovatif. Allah yang luar biasa di dalam segala pekerjaannya. Tidak ada yang terlalu kecil untuk Dia perhatikan serta tidak ada yang terlalu besar untuk kuasa-Nya. Aku bisa memikirkan hal ini lewat sebuah pengalaman kecil siang ini.

Thursday, November 17, 2011

Thanksgiving Thursday: Two Gentlemen in My Life

Hari ini tepat di tengah-tengah dua hari ulang tahun dari dua pria paling istimewa dalam hidupku. Hehehe.... Kemarin hari ultah Titi yang ke-18 dan besok hari ultah Papa yang ke-57. Sungguh bersyukur sampai sekarang kedua pria ini masih ada di sisiku. Sekalipun aku tidak bisa memberikan pelukan dan ciuman lagi di hari ultah mereka (karena kuliah jauh dari rumah >.<), namun aku tetap bersyukur.

Wednesday, November 16, 2011

A gift for the fatherless

Kemarin siang saat mengembalikan buku ke perpus, aku sekalian lihat-lihat koleksi buku perpus sambil menunggu jam kuliah. Nah, di deretan Christian literature aku menemukan buku Kidung Natal yang Dicintai Anak-anak. Iseng-iseng, aku baca bukunya.

Buku ini isinya beberapa lagu Natal dengan sebuah kisah untuk renungan. Kisahnya tidak selalu mengenai latar belakang lagunya, tapi untuk lagu Silent Night ditulis pengarangnya dan bagaimana lagu ini tercipta. Aku coba uraikan di sini. Ada hal menarik yang lebih dari sekedar lagu Natal.

Saturday, November 12, 2011

My 21st birthday

Thank you for all birthday wishes, prayers, cakes, jelly, biscuits, noodles, gifts, hugs, kisses, etc. I'm joyful for I know that I loved by the King of kings and also loved by all of you


Wednesday, November 9, 2011

We need each other to grow together

Semalam saat sedang ngobrol santai dengan teman2 sekamar, entah bagaimana kami sepakat untuk setiap pagi bangun jam 5 untuk Saat Teduh, kemudian stretching, sit up, dan push up pada pukul 5.30. Setiap paginya setiap orang dapat giliran in charge untuk bangunin teman2 sekamar.

Tuesday, November 8, 2011

Sleep in Heavenly Peace

Kemaren sore saat latihan choir, kami menyanyikan lagu Night of Father's Love. Bisa dibilang sih ini lagu Silent Night yang diaransemen. Nah, salah satu bagian lirik yang diulang-ulang itu sleep in heavenly peace.

Semalam sebelum tidur, terus terngiang2 di kepalaku sleep in heavenly peace. Terus pikiranku jadi terusik. Gimana sih sleep in heavenly peace itu? Kalo kita lihat gambar atau patung miniatur bayi Yesus memang sih kelihatan sleep in heavenly peace. Tapi seringkali kita lupa bahwa saat itu bayi Yesus tidak punya bantal untuk meletakkan kepalanya.

Friday, November 4, 2011

S.E.M.A.N.G.A.T

by Diannita Dwi Pujiastuti Gazalie on Thursday, November 3, 2011 at 6:35am

  At about 6 years ago, I watched Korean Drama series on TV and found a new words and became so intense to say it – JIAYOU! I still remembered that the woman frequently said to the man whom she loved, when he was tired or burdened for many duties, she said “JIAYOU!” with full of cheer and smile.

Pelayanan Dapur Pertama

Setiap minggunya, selalu ada 2 orang yang provide some snacks untuk refreshment abis Bible Study pas Life Group. Nah, kemarin itu giliranku sama Tia. Karena Sabtu lalu Mr. Met menguliahi kelas kami dengan "Healthy Food", jadi kami berdua memutuskan untuk menyediakan healthy food juga. Apalagi selama ini tuh seringnya kalo refreshment tu makan keripik2 gitu.... Kenapa gak sekali2 kita makan buah2an aja?

Jadi Rabu siang, Tia milih semangka sama melon gede yang lagi discount di Foodmart, trus aku pilih Es Mony buat refreshment kita. Selesai belanja, kami berdua sama2 mikir kalo sebaiknya nih makanan dibawa ke kondo dan buahnya dipotong2 abis itu nitip di kulkas sono sekalian. Si Tia langsung BBM Angela, tapi dia lagi ngelesin. So, dia hubungi si Alex.  Kebetulan saat itu Alex lagi mau pulang dari Starbucks.

Singkat cerita, akhirnya aku nyampe kondo juga, tapi gak bareng sama si Tia karena dia mesti ngelesin. Nah, selama di kondo, aku harus potongin tuh semangka dan melon gede sendirian. Alex bingung gimana mau motongnya. Dia cuma bantu sediain kotak, pisau, telenan. Gak ada pilihan lain selain tarik napas dalam2 dan mulai potongin tu buah.

Seumur2 aku gak pernah motongin semangka sama melon segede gajah. Rasanya beraaaaaaaaaat.  Kalo melon sih masih oke lah ya meskipun berjuang sampe keringetan juga. Nah kalo semangka itu, bener2 dah.... Susah banget buat orang yang gak pernah motong semangka. Berat dan juga kayaknya gak bisa pas gitu lo motongnya. Sampe pake dua pisau lo. Waktu bisa kebelah jadi dua, aku dah seneng banget. Hehehee...

Ini akhirnya berhasil potong jadi dua bagian. Bagian satunya aku taruh dulu di tempat lain.
Nah, buah semangka yang separuh ini aku belah lagi. Kali ini aku berjuang lagi. Hasilnya gak rapi banget.


Tuh, bisa dilihat hasilnya. Susah payah tu motongnya. Sampe pake dua pisau gede. Hehehe...
Pas motong bagian yang ini, jariku kegores dikit sampe berdarah. Jadinya mesti pake hansaplast deh..



Setelah sekitar sejam motong2, aku baru nyadar bahwa bagian jariku yang lain juga kegores2 meskipun gak sampe berdarah. Bener2 aku capek banget dan kewalahan sampe keringetan segala. Hahahaaa... Tapi aku sangat menikmati lo! Ini merupakan pelayanan dapur pertamaku buat orang lain sekalipun cuma motong2  buah. Ada rasa puas tersendiri apalagi waktu malemnya after bible study lihat temen2 melahap buah2an itu. Hehehee....

Mengingat umurku sudah hampir 21 tahun, kayaknya kalo liburan nanti aku harus lebih banyak belajar urusan dapur. Apalagi sebagai seorang wanita dewasa, penting banget melakoni pelayanan dapur ini. Tokoh2 wanita di Alkitab pun melakukan hal yang sama. Mereka menjamu keluarga mereka sendiri, hamba2 Tuhan, bahkan menjamu Tuhan dengan memasak makanan.

Marta pernah melayani sebuah perjamuan untuk Tuhan Yesus.
Lidia mengundang Paulus dan Silas untuk tinggal di rumahnya. Kemungkinan besar dia juga memasak bagi mereka.
Perempuan dalam Amsal 31 bangun kalau masih malam, lalu menyediakan makanan untuk seisi rumahnya.

Cukup sering aku bilang, "Gak bisa masak, gak bakat." Ya siapa lah yang bisa masak kalo gak pernah mau coba belajar masak? Masak bukan soal bakat atau gak melainkan soal bagaimana sebagai seorang wanita Kristen aku harus melayani. Kalopun gak masak2 buat orang lain, minimal kan suatu hari nanti aku harus masak buat suami dan anak2. Kalo nunggu waktu married baru mulai sama urusan dapur, itu sih telat banget. Start-nya justru mulai dari sekarang waktu masih muda, seger, ayu, dan single! Hehehe....

Jadi ini rencanaku untuk liburan: BELAJAR MASAK SAMA MAMA. Wkwkwkwk...

Tuesday, October 25, 2011

Biarku Merasakan Kasih Bapa

Beberapa waktu belakangan ini aku jadi semakin menyadari betapa pentingnya peran dan kasih seorang ayah di dalam hidup anak-anaknya. Khususnya dalam hidup seorang perempuan muda.

Sabtu lalu saat ikut ACCESS, seusai khotbah, Pastor Andrew meminta setiap kami berkumpul dengan Life Group masing2 dan sharing mengenai hubungan dengan ortu. Saat itulah aku menyadari bahwa sekalipun hubunganku dengan ortu baik2 saja dan selama ini aku cukup dekat dengan mereka, namun tetap ketidaksempurnaan ada dalam hubungan kami. Secara khusus antara aku dan Papa. Selama ini aku mengira bahwa aku lebih butuh Mama daripada Papa, karena aku anak perempuan. Padahal aku membutuhkan peran dan keterlibatan mereka berdua secara seimbang.

Mungkin juga Papa berpikir bahwa sudah seharusnya aku lebih dekat dengan Mama. Setiap kali telepon ke rumah, selalu Mama yang jawab. Setiap kali aku ada pergumulan, Mama lah yang maju dan bicara dari hati ke hati denganku. Aku tidak menyalahkan Papa. Wajar kalau ia berpikir demikian. Bagaimanapun sekarang aku seorang gadis yang beranjak dewasa dan tidak semua hal bisa disharingkan dengan Papa yang merupakan ortu lawan jenis. Selain itu, sejak kuliah di luar kota, aku jadi tidak punya waktu berdua saja dengan Papa. Kalau aku pulang ke Surabaya, kami menghabiskan waktu bersama2 sekeluarga, tidak berduaan.

Aku kaget saat mendapati sore itu air mataku mengalir cukup deras. Secara tidak sadar, kebutuhan emosionalku tidak terpenuhi dengan sempurna. Aku butuh lebih banyak peran dan keterlibatan Papa dalam hidupku. Tanpa peran dan keterlibatannya yang aktif, sulit bagiku untuk benar-benar menjadi seorang wanita dewasa, baik secara spiritual, mental, karakter, maupun emosional.

Seorang dosen yang mengajar mata kuliah Child and Adolescent Development pernah berkata bahwa seorang gadis yang tumbuh dengan tercukupi kebutuhan emosionalnya seringkali cenderung tidak merasa dirinya butuh pacar. Kecuali kalo lagi jatuh cinta dan sudah waktunya menikah. Hehe.... Terus terang, selama ini aku bertanya-tanya, mengapa hubungan yang baik dengan Papa tidak membuatku merasa bahwa kebutuhan emosionalku sudah tercukupi? Terakhir kali aku dekat dengan seorang cowok bukan karena aku betul2 naksir dia (yang bener aja.. @.@) tapi karena secara tidak sadar aku berharap dia bisa memenuhi kebutuhan emosionalku.

Aku merasa ada bagian emosional dalam diri setiap gadis yang Tuhan rancang untuk hanya bisa diisi oleh figur seorang ayah. Seorang gadis akan menemukan rasa amannya di dalam hubungan dengan seorang ayah. Seorang gadis akan tumbuh menjadi wanita dewasa yang mampu membangun hubungan yang sehat dengan lawan jenis (baik teman atau calon pasangan hidup dan bahkan suaminya) hanya jika ia sudah memiliki hubungan yang sehat dengan ayahnya. Hubungan yang sehat di sini berarti ayah berperan dan terlibat secara aktif dalam pertumbuhan putrinya.

Pagi ini untuk waktu 15 menit lamanya aku bicara dengan dorm parent-ku, Pak Stenly, mengenai seorang gadis yang kulayani. Gadis ini tampaknya ceria dari luar, namun sesungguhnya sangat merindukan kasih seorang ayah. Ia masih punya ayah, namun kehilangan keintiman dengan ayahnya dan seringkali di tengah2 banyak orang ia masih merasa sendiri dan kesepian. Ia beberapa kali berpacaran dan menurut pendapatnya tidak satupun dari mantan2nya yang meninggalkan kesan khusus. Hal ini tidak mengherankan karena bagiku jelas sekali yang ia cari dari hubungan dengan mantan2nya bukan cinta antara lelaki dan perempuan, melainkan kasih dan figur seorang ayah.

Aku teringat pada beberapa gadis lain yang juga tumbuh besar dengan ayah yang pasif, ayah yang disfungsi, dan bahkan tanpa ayah. Besar kebutuhan emosional mereka, namun jarang sekali disadari. Dalam kasusku, aku punya hubungan yang cukup dekat dengan Papa dan sangat menyadari betapa aku sangat dikasihi olehnya namun tidak menyadari betapa aku sangat membutuhkan peran dan keterlibatan Papa lebih banyak dari yang ada sekarang.

Sebetulnya sejak liburan Juli lalu, aku sudah memutuskan untuk lebih banyak sharing ke Papa (selama ini Papa juga tahu pergumulanku tapi melalui hasil sharing dengan Mama). Lebih dari sekedar sharing, aku rasa aku butuh untuk lebih banyak mendengarkan Papa daripada Mama (sudah terlalu banyak dengerin Mama.. hehe..). Aku ingat saat menceritakan pada Papa bagaimana mantanku menawarkan untuk menjemput di bandara (padahal dia sudah punya cewek lain). Saat itu Papa memberikan komentar. Walaupun hanya satu kalimat, itu saja sudah cukup membuatku merasa aman dan dilindungi, tahu pasti bahwa Papa menjagaku juga secara emosional. Ketika Papa memutuskan untuk berdiri di depan pintu saat seorang teman cowok menjemput atau mengantarku pulang, ada rasa aman tersendiri karena tahu bahwa Papa memikirkan keselamatan.

Namun lebih dari sekedar kasih, peran, dan keterlibatan Papa yang mampu memberiku identitas sebagai wanita dewasa; aku butuh kasih, peran, dan keterlibatan Bapa di surga yang memberiku identitas sebagai wanita kepunyaan-Nya. Tanpa kasih, peran, dan keterlibatan Bapa di surga dalam hidupku, aku tidak mungkin bisa bertumbuh semakin serupa Kristus hari demi hari.

Air mata adalah bahan untuk menenun pelangi yang terindah


by Kenia Oktavianie on Tuesday, October 25, 2011 at 9:45am




Pagi ini saya terbangun karena suara seseorang menangis di kamar asrama saya. Sedikit kaget, karena tangisannya begitu kencang di pagi hari yang masih sangat sunyi. Selidik punya selidik, saya mengetahui penyebab ia menangis, ternyata salah satu keluarganya meninggal dunia.

Kejadian pagi ini  membuat saya berpikir tentang air mata. Saya teringat pembicaraan saya beberapa hari yang lalu dengan seorang teman. Ia membagikan percakapannya dengan seorang ibu yang suaminya di rawat di rumah sakit karena stroke. Ibu ini menyampaikan pengamatannya selama ia menjaga suaminya berbulan- bulan di rumah sakit. Ia menemukan bahwa orang yang kebanyakan di rawat di rumah sakit karena penyakit stroke adalah seorang laki- laki. Lalu ibu ini membuat sebuah analisa yang menurut saya masuk akal.

Ya, kebudayaan kita menuntut laki- laki untuk tetap kuat dalam kondisi apapun. Jangan menangis kalau kamu benar- benar seorang laki- laki, mungkin kata- kata inilah yang seringkali kita dengar dari mulut orang tua. Hal ini membuat sebagian besar laki- laki yang hidup dalam pola didikan seperti ini bertumbuh menjadi pribadi yang memendam perasaan dan kesedihan. Akibatnya tingkat stress meningkat, dan timbul penyakit karena emosi yang tertahankan. Mungkin inilah yang menyebabkan wanita lebih kuat, mereka lebih bebas mengekspresikan perasaan mereka tanpa tekanan.

Hal ini membuat saya berpikir, sesungguhnya apa yang salah dengan air mata? Bukankah Allah menciptakan air mata untuk suatu tujuan? Dan benarkah ada perbedaan antara pria dan wanita dalam hal menangis? Apakah air mata mengindikasikan kelemahan?

Saya berusaha mencari beberapa penelitian ilmiah tentang air mata. Salah satu yang saya dapatkan adalah ini,  "Seseorang yang menangis bisa menurunkan level depresi karena dengan menangis, mood seseorang akan terangkat kembali. Air mata yang dihasilkan dari tipe menangis karena emosi mengandung 24% protein albumin yang berguna dalam meregulasi sistem metabolisme tubuh dibanding air mata yang dihasilkan dari iritasi mata" (indohot.org). Luar biasa bukan? Allah memang menciptakan air mata dengan sebuah tujuan!

Lalu apa yang salah dengan air mata? Apakah air mata mengindikasikan kelemahan?
Alkitab sendiri menyatakan dengan gamblang, pria- pria gagah perkasa yang menangis. Tengoklah Daud, prajurit hebat yang berhasil; mengalahkan Goliat. Dia menangis. Bahkan di dalam mazmur jelas menyebutkan, "Lesu aku karena mengeluh; setiap malam aku menggenangi tempat tidurku, dengan air mataku aku membanjiri ranjangku." Daud menangis, bahkan setiap malam.

Ayub menangis dalam kesengsaraannya, "mukaku merah karena menangis, dan bulu mataku ditudungi kelam pekat (ayub16:16). Petrus menagis karena menyadari ia telah berbuat dosa dengan mengkhianati Yesus. Yusuf menangis ketika ia bertemu kembali dengan saudara- saudaranya. Dan Yesus pun menangis (Yohanes 11:35).Ya, pria- pria itu menangis

Lalu apa yang salah dengan tangisan dan air mata? Tidak ada bukan?  Setiap orang berhak untuk menagis, tidak perduli gender, usia, atau jabatan sosial. Mengapa? Karena kita masih  manusia. Bukankah tangisan adalah reaksi dari perasaan yang alami, sama halnya dengan teratawa?Bahkan pengkhotbah 7:3 mengatakan, " Bersedih lebih baik dari pada tertawa, karena muka muram membuat hati lega.'"

Air mata mengindikasikan kelemahan? Apa yang salah dengan itu? Bukankah setiap manusia memang lemah? Bukankah ini manusiawi? Air mata justru menunjukkan kerapuhan kita sebagai manusia yang terbatas dan kebutuhan kita akan Pribadi yang tidak terbatas.

Lagi pula bukankah segala sesuatu ada waktunya, "ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari (Peng 3:4). Berikanlah waktu pada kesedihan, jika memang itu yang sedang kamu alami. Tidak ada yang salah dengan itu, Allah menciptakannya untuk suatu tujuan yang mulia. Penyangkalan akan kesedihan, sesungguhnya malah membuat manusia jatuh ke dalam ketimpangan emosi yang lebih parah.

Ada penggalan kata- kata indah yang saya baca di buku karya Max Lucado,

Air mata melegakan otak yang panas,
seperti hujan pada awan -awan bermuatan listrik.
Air mata melepaskan kesengsaraan hati yang tak terpikulkan,
seperti luapan air yag mengurangi tekanan banjir pada bendungan
Air mata adalah bahan yang dibuat di surga untuk menenun pelangi yang terindah.

Pada akhirnya, Allah memang mengizinkan kita menangis, dan itu wajar karena kita masih manusia. Bahkan Ia mengahargainya. Namun sebagai seorang Kristen yang dewasa, alkitab mengatakan dalam 1 tes 4:13b, "supaya kamu jangan berdukacita seperti orang-orang lain yang tidak mempunyai pengharapan." Dalam tangisan karena dukacita yang terdalam pun, ketahuilah bahwa pengharapan di dalam Allah tidak pernah berubah.

Pujilah Tuhan untuk setiap kesempatan untuk menangis, Pujilah Tuhan untuk setiap kesempatan berduka cita. Pujilah Tuhan untuk pengharapan yang Dia berikan.

Jadi, sedang ingin menangis? Lakukan saja.. Tidak ada yang salah dengan itu :) Allah menghargainya.


25 Oktober 2011
Kenia Oktavianie


Monday, October 24, 2011

Looking for my calling

Aku punya English writing assignment untuk dikumpulkan hari Rabu ini. Tugasnya itu tell about what you're looking forward to for your practicum next semester. Reflect on what you learned from last year too. Aku bersyukur dapet tugas ini, membuatku berpikir lebih dalam tentang panggilanku.
Sebenernya sudah mantep sih aku mau jadi guru Kristen, tapi guru seperti apa dan bagaimana, itu masih belum tahu dan harus terus dipergumulkan.
Jadi aku coba buat kira2 kayak gini..... Cukup singkat, karena cuma diminta 1 halaman trus double space juga.


Looking for my calling

I will have my second practicum in January for three weeks. Sometimes, when I think about it, I feel a little bit afraid but not really worried because I have already experienced it. The time between my first and second practicum has been more than one year, so I’m afraid I forgot everything that I learned before and be nervous again. On the other hand, I know that the practicum is not scary as I thought before.
My first practicum was at Sekolah Lentera Harapan Tabita, Koja, Jakarta Utara. It is a small school and students come from low economic background. I was very egocentric and thought about becoming a teacher in a big school with good facilities and high technologies. But I saw them day by day, I realized that God was very concern with this kind of school, with so many students from low economic background. So since that time, I think God gave me a passion to serve in this kind of school.
I taught K-3 students for my first practicum. It was really nice and my students were really cute. I liked to teach them, but not really loved to teach Kindergarten students. It was tiring for me, both physically and mentally. Physically, I have to be more active, like jumping and dancing for many times. Mentally, I didn’t really know how to communicate with them using simple sentences. Although it was tiring, I give thanks to God for the school that He had chosen for my first experience in teaching.
There are many people called to be teachers, but I believe that every person has his own calling. That’s why on my second practicum, I’m looking forward to know what my specific calling as a Christian teacher is. Does God really want me to be a Christian teacher for students with low economic background? Which grade is God calling me to teach and serve in the future?

Written by Novi Kurniadi (4 ED1 / 30720090013)

Friday, October 21, 2011

Need Counseling?

Aku baru aja nyelesaiin 3 sesi konseling. Dimulai dari Jumat lalu, Rabu, kemudian pagi tadi. Lega deh, karena aku jadi lebih kenal diriku sendiri sekarang.

Sebenernya aku sudah cukup kenal diriku sendiri kok. Konselorku juga bilang bahwa refleksi yang aku buat juga mencerminkan pengenalanku sama diri sendiri. Cuma seringnya tuh aku ignore perasaan2ku yang negatif dan berusaha merasionalisasi segala sesuatu. Misal, aku kecewa sama Tuhan. Nah, aku ignore perasaan itu. Padahal ya normal kok kecewa sama Tuhan. Daud aja pernah ngambek. Tapi toh itu gak mengubah kenyataan bahwa ia adalah a man after God's heart kan? Jadi aku harus lebih menerima dan mengakui perasaan2ku (terutama yang negatif). Kalo aku terus2an ignore perasaan2ku itu, manifestasinya bisa mengigau bahkan tertawa saat tidur! Hehehe.... Wajar kok punya perasaan2 negatif. Manusiawi lah.

Tuesday, October 18, 2011

Am I Disappointed with God?

Jumat pagi lalu untuk pertama kalinya aku menjalani konseling. Sebenernya ini sudah kerinduan sejak beberapa minggu lalu, namun baru kesampaian Jumat kemarin.

Awalnya, aku nggak merasa bahwa diriku butuh konseling. Sampai sekitar dua bulan lalu aku mendapati seorang anak kamarku mimpi buruk. Ia sudah memimpikan hal yang sama selama bertahun2 dan belum pernah menemukan jalan keluarnya. Selain itu, dia juga sering mengigau saat tidur.

Memang lebih mudah buat ngelihat orang lain butuh konseling daripada lihat diriku sendiri. Hehehee.... Namun saat aku lihat anak kamarku itu, aku juga ngaca dong! Sudah beberapa tahun terakhir aku sering mengigau saat tidur dan 2 tahun belakangan ini my roommates selalu ngomong kalo aku tuh gak sekedar ngoceh saat tidur, namun juga ketawa ngakak sekenceng2nya di tengah malam. Aku sih gak pernah nyadar! Percaya gak percaya deh mereka ngomong gitu..... Dan aku masih gak merasa bahwa ini sesuatu yang perlu dibereskan.

Namun saat aku memikirkan betapa anak kamarku butuh konseling, Roh Kudus mengingatkanku pada Matius 7:3, "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu tidak engkau ketahui?"

Okeeee.... Sepertinya aku juga butuh konseling ya.... Jadi aku bilang sama anak kamarku itu, "Yuk, kita konseling bareng2." Tujuan awalnya sih ya biar dia mau dikonseling karena merasa punya temen senasib. Aku masih gak merasa bahwa diriku butuh konseling.

Jadwal konseling di TC sempat cukup padat karena konselor terbatas dan juga adanya mahasiswa2 yang wajib konseling. Selama masa2 penantian akan konselor dan jadwal konseling baru, aku beberapa kali mengalami mimpi yang membuatku tidak tenang. Aku curhat ke seorang sahabat mengenai mimpi2ku itu dan dia setuju dengan dugaanku bahwa sepertinya ada hal2 yang unconcious (tidak disadari) di dalam diriku.

Something's wrong within me..... Masa sih? Aku masih gak terima.

Sampe suatu Jumat pagi ketika morning devotion, Bu Connie menjelaskan bahwa konseling adalah suatu cara bagaimana seorang Kristen mengerjakan keselamatannya. Gak semua bisa dibereskan dengan doa. Tuhan ingin kita menjalani proses untuk menjadi serupa Kristus setiap hari. Terkadang, kita kesulitan untuk mengenal diri kita, sehingga kita sangat butuh konseling.

Singkat cerita, akhirnya ada konselor baru dan aku langsung bisa konseling Jumat pagi lalu. Pertemuan pertama aku baru share mengenai latar belakang hidupku. Konselorku cuma bilang kalo aku tuh orangnya sangat pemikir. Yap, itu bener. Katanya, aku menganalisa banyak hal dan banyak orang, termasuk merasionalisasikan hal2 yang sulit untuk aku terima. Itu membuat aku akhirnya menolak untuk mengakui bahwa aku kecewa sama Tuhan.

In conclusion: I have been disappointed with God for... years? months? days?

Aku merasa konselorku bener..... Tapi masa iya sih?? Aku? Kecewa sama Tuhan?

Sabtu malam lalu sebelum tidur, aku coba berdoa sama Tuhan dan bilang kalo aku kecewa pada-Nya. And guess what? I was crying! Malam itu aku juga banyak mikir mengenai berbagai hal dalam hidupku.. Am I really disappointed with God?

Seminggu yang lalu saat lagi curhat dengan seorang sahabat, aku ingat dia bilang bahwa kita nggak bisa memungkiri kenyataan kalo lagi kecewa sama Tuhan. Kita tahu bahwa seringkali Tuhan tampaknya sengaja membiarkan kita berada dalam kesulitan dan kesedihan. Ingat kisah Lazarus? Tuhan Yesus sudah mendengar bahwa Lazarus sakit, namun Ia sengaja mengulur waktu dua hari. Kemudian Ia datang, turut menangis bersama Maria dan Martha yang berduka atas meninggalnya Lazarus, dan jreng.. jreng.. jreeeeeeng... Dia menunjukkan kuasa-Nya dengan membangkitkan Lazarus!

Tuhan Yang Maha Kuasa tampaknya sengaja membiarkan Lazarus mati..... Tuhan yang sanggup membangkitkan orang mati turut menangis dengan mereka yang berduka.... Lalu Dia menunjukkan kuasa-Nya. Mengapa? Mengapa Dia demikian sengaja membiarkan Lazarus mati? Inilah jawaban Yesus dalam Yohanes 11: 15, "sebab demikian lebih baik bagimu supaya kamu dapat belajar percaya".

Satu hal yang menjadi penghiburan bagiku, di tengah2 ketidakmengertianku akan "kesengajaan"-Nya, adalah fakta bahwa Yesus Kristus turut menangis bersamaku saat aku menangis. Dia mengerti dan memahami betapa sedihnya dan terlukanya aku. Lebih dari itu, Dia ingin aku percaya kepadanya.

Trust in the Lord with all your heart and lean not on your own understanding. (Proverbs 3:5)




*Btw, aku masih gak melihat hubungan antara ketawa saat tidur dengan kecewa pada Tuhan.

Ketaatan yang tak bertangguh

by Kenia Oktavianie on Tuesday, October 18, 2011 at 9:37am

1 Raja- raja 13: 1-34

"Sebab beginilah diperintahkan kepadaku atas firman TUHAN: Jangan makan roti atau minum air dan jangan kembali melalui jalan yang telah kautempuh itu.'"

Alkisah seorang abdi Allah dari Yehuda datang menemui raja Yerobeam untuk menyampaikan pesan Tuhan. Singkatnya Ia berhasil membuat sang Raja tertegur, bahkan mengadakan banyak mukjizat. Tetapi ada satu hal yang Tuhan perintahkan kepada abdi Allah ini, yaitu untuk jangan minum roti atau minum air, dan jangan kembali melalui jalan yang telah ia tempuh. Awalnya, abdi Allah ini taat tanpa pertangguhan. 

Raja membujuk abdi Allah ini sedemikian rupa : "(7) Kemudian berbicaralah raja kepada abdi Allah itu: "Marilah bersama-sama dengan aku ke rumah, segarkan badanmu, sesudah itu aku hendak memberikan suatu hadiah kepadamu." Namun kembali dengan tegas abdi Allah ini menolak bahkan ia berkata, "Sekalipun setengah dari istanamu kauberikan kepadaku, aku tidak mau singgah kepadamu; juga aku tidak mau makan roti atau minum air di tempat ini."  Saya berpikir betapa lur biasanya ketaatan abdi Allah ini. Ia tidak bertangguh sedikit pun.

Namun di tengah jalan, ia bertemu dengan seorang nabi Tuhan yang sudah tua. Dengan segala bujuk rayunya, nabi tua ini berusaha memprovokasi abdi Allah. ""Akupun seorang nabi juga seperti engkau, dan atas perintah TUHAN seorang malaikat telah berkata kepadaku: Bawa dia pulang bersama-sama engkau ke rumahmu, supaya ia makan roti dan minum air." Tetapi ia berbohong kepadanya.

Lalu apa yang terjadi? Ya, Abdi Allah ini percaya. Ia lebih mempercayai perkataan nabi tua ini dibanding perintah Allah. Yang bahkan untuk setengah kerajaan pun ia perjuangkan mati- matian.
Singkat cerita, Ia mulai kompromi dan menjadi tidak taat. Akhir hidupnya mengenaskan. Ayat 24 menyebutkan, "Orang itu pergi, tetapi di tengah jalan ia diserang seekor singa dan mati diterkam. Mayatnya tercampak di jalan dan keledai itu berdiri di sampingnya; singa itupun berdiri di samping mayat itu."

Sungguh mengenaskan bukan? Akhir hidup seorang hamba Tuhan yang seharusnya pulang dengan sorak sorai karena berhasil mengerjakan misi Tuhan. Ingatlah, dia baru saja menegur raja, baru saja membuat mukjizat, baru saja menolak separuh kerajaan. Tetapi kebodohan macam apa yang dibuatnya? Dia luluh hanya karena seorang nabi tua yang membohonginya. Betapa memalukan, betapa ia terlihat sebagai seorang pecundang. Bagi Allah sebuah ketidaktaatan adalah dosa, apapun alasannya. Dia tidak bisa kompromi.

Bagaimana dengan kita? Apakah kita sering terjebak dalam lubang yang sama? Terjebak dengan nabi- nabi tua yang berusaha memperdaya kita. "Hanya sedikit saja, hanya sebentar saja, percayalah ini tidak akan merusak hidupmu.", "Orang lain tidak akan tau koq.", "Setelah ini bisa bertobat kan? Jadi ya lakukan saja." Apa anda sering mendengar suara- suara ini?  Suara- suara nabi tua yang penuh dengan kata- kata manis yang menjebak. Dosa- dosa yang kita pikir bisa "dikompromikan".

Yang menyedihkan, bagi Allah setiap ketidaktaatan adalah dosa. Itulah sebabnya mengapa Adam dan Hawa harus mati kekal hanya karena memakan buah. Itulah mengapa Musa tidak dapat masuk ke tanah kanaan hanya karena memukul batu. Itulah mengapa Uza mati ketika ia berusaha menyelamatkan tabut suci.

Tapi memang seperti itulah kenyataannya. Setiap ketidaktaatan dibayar dengan mahal. Itulah mengapa Yesus harus mati di kayu salib. Ya, upah sebuah ketidaktaatan yang dilakukan manusia. Dosa memang diampuni, tapi konsekuensi selalu ada.

Saya bergumul secara pribadi. Betapa sering saya mengkompromikan dosa. Menganggap kebohongan- kebohongan kecil dapat diterima. Menganggap sedikit kata- kata kotor atau penghakiman adalah hal yang biasa. Menyia- nyiakan waktu sebagai hal yang dapat dimaklumi. Tetapi darimana saya tau? Kebenarannya Yesus tetap mati bagi saya setiap hari karena "dosa - dosa yang dapat ditolerir" itu.

Ya, bagi Allah. Setiap ketidaktaatan adalah dosa. Sudah cukupkah kita bergumul akan bagian- bagian yang kelihatan remeh ini? Apakah kita terus mencoba bertumbuh dan menang atas setiap dosa sekalipun dengan jatuh bangun? Atau malah tertawa dan menganggap ini adalah biasa?

Bagi Allah, setiap ketidaktaatan adalah dosa. Ini serius, karena ini Yesus mati di atas kayu salib.

18 Oktober 2011
Dengan gentar dan penuh kesadaran.
Kenia Oktavianie

Saturday, October 15, 2011

Bagaimana Seharusnya Memikirkan Pria-Pria Muda


Beberapa waktu lalu, ada temen yang curhat  sama aku mengenai hubungannya dengan teman2 cowok. Baru2 ini aku baca di blog A Daughter of Vision mengenai bagaimana seharusnya gadis2 Kristen memikirkan lawan jenisnya. Berikut ini aku coba terjemahkan dari: http://adaughterofvision.blogspot.com/search/label/Relationships%20With%20Young%20Men dengan bantuan Om Google (biar cepet dan gak ribet sendiri, tpi u know om google so well la.. kadang2 kan agak ngaco gitu.. jdi aku edit2 lgi biar lbh enak dibaca..). 
Ada beberapa frasa yang aku biarkan tetap menggunakan bahasa Inggris karena aku nggak tahu gimana nerjemahinnya secara tepat ke bahasa Indo. Hehe.. Tenang aja, tetap bisa dimengerti kok.
Btw, lebih enak baca bahasa Inggrisnya deh. Lebih ngerti. Kalo diterjemahin rada aneh sih.... Tapi ya ga papa lah.. Biar banyak yang bisa baca, jadi aku terjemahin.. hehe..
Penulis artikel ini namanya Sarah, masih sangat muda, anak SMA, tapi homeschooling gitu. Meskipun masih muda, tulisan2nya sangat biblical dan membangun.
Aku kasih warna kuning pada beberapa bagian yang menurutku merupakan point-point penting dan ada beberapa yang aku tambahin comment-ku sendiri dengan warna ungu.
Semoga memberkati :)

Sejumlah perempuan muda telah menanyakan pada kami tentang hubungan dengan pria muda. Mereka ingin tahu bagaimana seorang wanita muda harus berinteraksi dengan orang-orang dari lawan jenis, or should she at all?

Catatan: Setiap anak perempuan harus mencari bimbingan orangtuanya dalam hal ini. (maksudnya dalam hal menjalin persahabatan sama lawan jenis). Dia harus tahu apa yang ayahnya (dan ibu) pikirkan tentang percakapan dengan orang asing, teman-teman, pelamar, dan pelamar potensial. Saran dalam artikel ini mengandaikan ayahmu menyetujui percakapan murni dan interaksi dengan laki-laki muda, dan bahwa saran-saran kami hanya akan diterapkan dalam situasi dan cara yang telah disetujui ayahmu. Jika pemikiran di bawah ini mewakili praktik yang berbeda dari apa yang ayah atau orang tua telah tetapkan untukmu, terus ikuti arahan yang telah diberikan oleh orang-orang dalam otoritas yurisdiksi atas dirimu.

Isu mengenai bagaimana orang-orang muda dengan pantas dapat berinteraksi dalam cara yang murni dan nyaman telah dipertimbangkan oleh pikiran yang matang dan lebih bijaksana dari kita. Namun, kami ingin menyampaikan beberapa pemikiran sebagai dua orang muda yang saat ini menavigasi perairan ini diri kita sendiri, dan setelah mendengarkan perspektif banyak teman, baik laki-laki dan perempuan, tentang masalah ini.
Dalam posting ini kami akan menawarkan beberapa pengamatan yang dikumpulkan dari orang-orang muda yang paling matang kami tahu (dengan dosis berat saran dari orang yang lebih tua dan sudah menikah, terutama orang tua kami).

Secara umum diketahui bahwa orang Kristen seharusnya berinteraksi sebagai saudara dan saudari dalam Kristus, but during the highly-charged season of eligibility, orang-orang muda di gereja yang khas tidak yakin bagaimana melakukan ini.

Bahkan di family-integrated gereja, cowok dan cewek sering tidak tahu bagaimana untuk berinteraksi nyaman sebagai saudara dan saudari. Kita biasanya melihat ini dinyatakan dalam salah satu dari dua cara: either flirting and posturing,or shying demurely away from any interaction with the other sex. Kedua gejala mungkin tampak berlawanan, tapi mereka berdua berasal dari akar masalah yang sama: kegagalan untuk memikirkan yang lain sebagai "[saudara atau] saudari, dengan penuh kemurnian" (1 Tim 5:2.)

Dengan kata lain memikirkan lawan jenis hanya untuk masalah pernikahan. (maksudnya tuh kalo mikirin temen2 cowok tuh cuma: cocok apa gak buat dijadiin pacar/suami). Masalah ini dapat diperkuat oleh fakta bahwa sebagian besar dari kita tidak tahu bagaimana seharusnya hubungan saudara-saudari seiman terlihat, sehingga tidak memiliki dasar atau kerangka untuk to transfer over to our spiritual brothers. Ayah kami selalu mengajarkan kami bahwa memahami hubungan persaudaraan dapat membantu kita memahami mengapa pria dan wanita dalam Tubuh Kristus yang disebut sebagai saudara dan saudari, and give us the wisdom to gracefully maneuver a season so (potentially) fraught with complexity.

Jelas, harus ada beberapa perbedaan antara bagaimana kita memperlakukan anggota keluarga dan cowok-cowok muda di luar keluarga. (caraku memperlakukan adik cowokku dan temen cowokku harus beda). Because this “eligibility” phase can be volatile, orang muda harus ekstra bijaksana dalam cara mereka menangani hubungan-hubungan ini - tidak terlalu khawatir tentang konvensi, tetapi selalu berpikir hati-hati tentang bagaimana untuk mengasihi orang-orang di sekitar mereka, mengingat bagaimana bersikap dengan tepat dalam segala situasi, dan tunduk pada bimbingan yang ditetapkan oleh orangtua mereka.

Pada artikel ini, kita tidak akan berusaha untuk menetapkan kode etik, atau aturan "keterlibatan" antara kedua jenis kelamin - aturan dan perlindungan adalah untuk keluarga Anda sendiri untuk menentukan sewaktu Anda mencari Kitab Suci. Apa yang ingin kita jelajahi di sini adalah sikap saudari-saudari seiman terhadap pria-pria muda. Ingat, pola-pola perilaku kita dimulai dalam hati dan pikiran. Kita tidak bisa memperlakukan laki-laki muda sebagai saudara sampai kita menganggap mereka sebagai saudara. It does not follow that we should throw propriety to the wind and embrace all young men with unconstrained sibling familiarity, but we can identify and follow many of the sameprinciples that we do with our own brothers, without the same level of intimacy.

Apa artinya untuk memikirkan laki-laki muda sebagai saudara?

Apa prinsip-prinsip kasih saudari-saudari seiman yang berlaku untuk laki-laki muda lainnya?

Seorang saudari harus melihat keluar untuk kepentingan terbaik saudaranya. Tentu saja dia tidak ingin melihatnya terluka, ditipu, atau sakit hati karena kecewa. 

Seorang saudari berdoa untuk saudaranya, untuk masa depan istri dan keluarganya(bukan malah berdoa, "Tuhan... aku naksir dia.. kasih dia dong buat jadi suamiku..." that's a selfish prayer!)

Seorang saudari  mengerti bahwa ia adalah seorang manusia yang tidak sempurna, dengan kekurangan dan kelemahan yang harus dilihat dengan kemurahan hati, kesabaran dan pengertian.(bukan dengan seenaknya ngejudge cowok2 yang bikin ilfeel, apalagi sampe ngomong, "amit2 dah gak mau gue sama cowok kayak gitu")

Seorang saudari melihat saudara sebagai sesama manusia diciptakan dalam citra Allah - tidak lebih dan tidak kurang. 

Seorang saudari harus menyadari bahwa seorang saudara akan mempertanggungjawabkan pada Tuhan untuk setiap kata-katanya, setiap pikirannya, setiap perbuatan yang dia lakukan - termasuk dalam berurusan dengan perempuan. This should put the fear of God into her to not want to see stumbling blocks put before him. (Nah loh.. Setiap perkataan, pikiran, dan perbuatan cowok2 sama kita cewek2 ini akan dipertanggungjawabkan di hadapan Tuhan. Sudah seharusnya dengan takut akan Tuhan kita sebagai cewek2 berhati2 supaya gak menjadi batu sandungan buat saudara2 kita.)

Seorang saudari harus menyadari bahwa pria muda seharusnya mencari Kerajaan Allah terlebih dahulu (seperti yang kita baca dalam Matius 6:23). Kita seharusnya tidak dengan sengaja mengalihkan perhatian mereka. Kita harus membangun mereka dalam jenis hubungan yang akan mendorong mereka dalam fokus mereka untuk melayani Tuhan, dalam upaya jantan mereka, bukan jenis hubungan yang akan memberi makan kelemahan mereka dan kesombongan. Young women can fuel or even ignite a man’s penchant for mere “interaction” – bantering, toying, dallying, trivial exchanges about nothings — a shallow (and selfish) substitute for hearty friendship and substantial conversation. (Yang dimaksud dengan mengalihkan perhatian ya dengan sengaja bikin cowok2 naksir dirimu. Seharusnya sebagai cewek2, kita menolong cowok2 fokus sama Tuhan, bukan sama diri kita yang cantik, manis, imut.)

Apa yang pria-pria muda katakan

We have an advantage many girls would love to have – we have five brothers, yang semuanya berbicara secara terbuka dengan kami tentang apa yang mereka lakukan dan tidak menghargai dalam memperlakukan perempuan-perempuan muda dan teman-teman mereka. Saudara-saudara kami telah memberitahu kami bahwa mereka merasa lebih mudah untuk memikirkan dan memperlakukan seorang wanita muda sebagai saudari dalam Kristus, ketika dia bertindak seperti seorang saudara perempuan dalam Kristus. (kalo sebagai cewek kita gak bertindak sebagai saudari di dalam Kristus, jangan harap cowok2 akan memperlakukan kita sebagai saudari2! Yang ada mereka nanti malah tebar pesona dan bikin kamu ke-ge-er-an, abis itu patah hati!) Solid young men can usually discern fairly quickly whether a girl is unselfishly looking out for the best interests of her Christian brothers, or views them simply as prospective marriage material – or worse, as objects to sport with. Mereka cenderung merasa lebih nyaman dengan gadis yang clearly has no designs or expectations, and uneasy speaking to a girl who seems focused on her eligibility, the matrimonial possibilities, the deep significance of their interaction… (Among other things, the guys can be concerned that their brotherly friendliness will be misconstrued as a mark of intention.)

Menurut saudara-saudara kami, mereka menghargai bila:

Seorang gadis tampak nyaman dan santai. 

A girl talks to them in the same spirit that their sisters do.

Seorang gadis adalah pembicara yang baik, berpendidikan dan memiliki hal-hal menarik untuk dikatakan. (Bisa ngomongin macem2 - Topiknya gak melulu topik cewek yang muter2 urusan menjahit, diet, pakaian, film cewek, diri sendiri, dll)

Seorang gadis memiliki minat yang tulus dalam hal-hal dari Allah, dan keinginan untuk berbicara mengenai hal-hal tersebut dan mendiskusikannya. (Godly men love godly women!)

Mereka tidak menghargai ketika:

Seorang gadis tampak berlebihan sadar diri dan terganggu oleh fakta bahwa PRIA MUDA YANG MEMENUHI SYARATNYA SEDANG BERBICARA PADANYA! (maksudnya tuh kamu sebagai cewek lebay salah tingkah and overacting karena cowok idamanmu lagi ngomong sama kamu.)

A girl exhibits leech-like behavior – however flattering it was intended to be.

Seorang gadis terlalu ramah, over-agresif.

Seorang gadis menunjukkan kalau dia sengaja menghindari cowok-cowok, lengkap dengan menghindari kontak mata dan bersembunyi di balik tameng. (Be yourself girls!!)

Kesimpulan
Knowing how to interact with all purity is a test – parents and young people have had to deal with this throughout history, sometimes trying to solve problems through strict societal conventions and rigid codes of conduct.

Standar dan aturan kesopanan harus dianggap. Masalahnya adalah, mereka tidak pada akhirnya memperbaiki masalah. Hanya mengobati sikap hati kita - budidaya kasih agape, kebijaksanaan, perhatian, dan persepsi dan intuisi untuk membedakan kebutuhan saat itu - akan membantu kita bertindak sepantasnya sebagai saudari-saudari di dalam Kristus.

Girls, cobalah mempertimbangkan setiap cowok yang kamu kenal sebagai suami masa depan wanita-wanita yang sudah Tuhan pilih. Bahkan, kamu dapat berdoa untuk istri-istri mereka sekarang (note: not match-making), dan jangan lupa untuk berdoa bagi teman laki-laki, bahwa Tuhan akan membimbing dan melindungi mereka dalam memilih seorang istri.

Cobalah untuk bertindak seperti saudari, bukan calon pasangan hidupDon’t be obsessed with your own eligibility, or theirs either, for that matter. Tanpa pamrih, interaksi yang jujur ​​dengan laki-laki muda memiliki potensi untuk mendidik, merangsang, mendidik, mengilhami dan mendorong kedua belah pihak. Jangan mempersulit, atau menghalangi, persahabatan ini dengan bermain game tebak2an psiko-romantis. (maksudnya kamu sebagai cewek2 jangan coba2 menodai persahabatan dengan lawan jenis dengan main TTM atau HTS-an)

Dan akhirnya, girls - rileks! Bersukacitalah. Percaya pada kedaulatan Allah. Bersyukurlah untuk kesempatan bersahabatan dengan anak-anak Allah. Ingat bahwa pria-pria muda ini merupakan  jiwa-jiwa yang berharga dibeli oleh darah Kristus, and fellow soldiers in His cause. Mari kita membangun persahabatan yang akan terus berlanjut lama setelah masa lajang berlalu, bahkan sampai kekekalan.(bukan sekedar persahabatan selagi jomblo dan belum punya pacar, melainkan persahabatan yang kekal di dalam Tuhan)

Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. (Yohanes 13:34)