Saturday, September 3, 2016

Menyambut anak, menyambut Tuhan

Seminggu terakhir saya merasa kewalahan menghadapi beberapa siswa yang tidak fokus dan tidak taat di kelas. Jadi saya membawa mereka ke dalam doa. Bukan hanya mereka, melainkan juga diri saya sendiri. Rasanya sulit untuk bersabar, bahkan sudah habis akal untuk membuat mereka fokus mengikuti kegiatan pembelajaran di kelas. Saya tidak menyangka, Tuhan memakai tantangan ini untuk menegur kehidupan rohani saya secara pribadi.

Belakangan ini begitu sering saya menjadi tidak fokus kepada Tuhan dan apa yang Dia ingin untuk saya lakukan. Ada banyak hal yang saya pikirkan dan kerjakan, yang lebih menyita perhatian. Namun Tuhan sangat sabar dan tetap menuntun saya untuk mengarahkan diri kepada-Nya. Dia menegur saya dengan lembut, tapi tegas. Saya merasa bersyukur dan dengan rela hati mau belajar untuk fokus, karena saya tahu bahwa Dia mengasihi saya.

Demikian juga dengan beberapa anak-anak balita di kelas saya. Seringkali mereka lebih suka sibuk sendiri dan melakukan hal-hal yang mereka sukai daripada memperhatikan gurunya mengajar, apalagi melakukan apa yang saya minta. Namun Tuhan ingin supaya saya menjadi guru yang seperti Kristus, sangat sabar dan konsisten menuntun anak-anak untuk bisa fokus dan taat. Tuhan ingin supaya  saya menegur mereka dengan lembut, tapi tegas sehingga mereka mau fokus dan taat. Yang lebih penting lagi, mereka butuh merasakan kasih Tuhan dari guru kelasnya.

Saya ingat suatu hari murid-murid Tuhan Yesus mempertengkarkan siapakah yang terbesar di antara mereka. Saat itu mereka tidak fokus pada kemuliaan Tuhan, sebaliknya mereka fokus pada diri sendiri. Lalu Tuhan Yesus menempatkan seorang anak kecil di tengah-tengah mereka dan berkata,

Lukas 9:48 (TB) 
"Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku; dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia, yang mengutus Aku. Karena yang terkecil di antara kamu sekalian, dialah yang terbesar."

Tidak ada yang lebih mulia dan lebih pantas untuk mendapatkan perhatian utama selain daripada Kristus. Namun melalui mereka yang kecil, tidak fokus, bahkan tidak taat, Tuhan mengajar saya untuk fokus mencari kemuliaan Tuhan, bukan diri saya sendiri. Saya tidak perlu lagi merasa terganggu, bahkan marah jika anak-anak ini tidak memperhatikan saya. Di dalam anugerah Tuhan, tidak penting lagi bagi saya untuk terlihat sebagai guru yang professional. Jauh lebih penting bagi Tuhan agar saya menyambut dengan kasih setiap anak kecil ini seperti saya menyambut Kristus. Dengan demikian mereka dapat melihat Kristus melalui saya dan Dia boleh dimuliakan.

No comments:

Post a Comment