Saturday, September 24, 2011

Forgiveness for Parents and Family

Sore ini untuk kedua kalinya aku ikutan ACCESS, ibadah kaum muda-nya HMCC (Harvest Mission Community Church) yang diadakan di Resto STPPH, lantai 1 gedung D, UPH. Temanya yaitu Family Matters (part 1) yang dibawain sama Pastor Andrew Jun.

Sebagai introduction khotbah, Ps. Andrew meminta kami untuk pair with someone and sharing about our parents' relationship.
1. Apa sih memori tentang hubungan kedua ortumu yang kalo bisa tuh mau kamu delete aja?
2. Sharingkan hal apa dari hubungan kedua ortu yang kamu appreciate dari mereka. (Sampe2 mau dicontoh di masa depan nanti.)

Tadinya waktu mikir pertanyaan nomor 1, aku agak bingung. Apa ya ada gitu memori yang aku ingin delete dari hubungan Papa dan Mama? Sempat bingung juga jawabnya. Aku tahu bahwa hubungan mereka sebagai suami istri juga gak sempurna, tapi bisa dibilang mereka itu harmonis. Justru aku bersyukur pernah melihat mereka bertengkar. Dari situ aku tahu bahwa pernikahan itu tidak mudah. Selain itu aku juga bisa melihat bagaimana cara mereka menyelesaikan masalah dan belajar dari mereka.

Balik lagi ke khotbah Ps. Andrew :)
Setelah introduction, Ps. Andrew menjelaskan kalo keluarga kita, secara khusus ortu itu gak sempurna. Mereka berbuat salah dan kasih contoh yang mungkin kurang baik untuk ditiru. Kita sebagai anak perlu sekali mengampuni mereka atas apa yang terjadi di antara mereka berdua. Kalo kita gak ada pengampunan untuk kesalahan dalam hubungan kedua ortu, ntar waktu married kita akan cenderung melakukan kesalahan yang sama. Bagaimana cara kita memperlakukan suami/istri dalam pernikahan, sangat dipengaruhi oleh cara orang tua kita saling memperlakukan satu dengan lainnya.

Selanjutnya Ps. Andrew bahas Efesus 4:21-23. Emang sih itu tentang suami-istri. Buat kita yang single ini sekilas kayak nggak relevan gitu sih... tapi sebenernya relevan banget. Firman ini penting bukan cuma untuk persiapan masa depan, melainkan juga untuk pengampunan dan pemulihan terhadap ortu dan juga untuk kita ngerti gitu lo apa maksud Firman Tuhan menganalogikan hubungan Kristus dan jemaat dengan hubungan suami-istri.

Sampe di sini baru aku ngerti dan baru keinget kalo ada hal-hal tertentu dalam pernikahan Papa dan Mama yang tidak ingin aku tiru kalau nanti masuk pernikahan. Ada hal-hal tertentu dari Mama yang juga tidak ingin aku tiru (ini karena aku juga akan jadi istri nantinya). Memang benar kalau ada kesalahan dalam pernikahan Papa dan Mama ya harusnya itu antara mereka aja, gak perlu melibatkan anak-anak. Meskipun aku tidak pernah merasa bahwa aku perlu marah dan kecewa kalau mereka bertengkar (soalnya toh akhirnya mereka selalu damai dan mesra lagi... hehehe... ), tapi aku HARUS mengampuni kesalahan yang ada dalam hubungan mereka.

Sekali lagi, like what Ps. Andrew said, walaupun rasanya aku tidak pernah berpikir atau merasa terluka kalau ada kesalahan antara hubungan suami-istri Papa dan Mama, aku harus melepaskan pengampunan untuk kesalahan dalam hubungan mereka. Denger khotbahnya Ps. Andrew ini aku jadi berpikir bahwa ada kalanya dalam pertengkaran ortu, anak terluka melihat mereka bertengkar, tapi gak ngerasa terluka. Mungkin aja lo suatu saat ketika Papa dan Mama berkonflik, tanpa sadar aku terluka. Kenapa tanpa sadar? As I said before, mereka selalu bisa damai dan mesra lagi. Hehehehe....

So, after that aku berdoa secara pribadi di hadapan Tuhan melepaskan pengampunan buat Papa dan Mama untuk luka hatiku yang tanpa kusadari terjadi karena mereka. Untuk setiap saat Papa gagal mengasihi Mama seperti Kristus mengasihi jemaat, aku mengampuninya. Untuk setiap saat Mama gagal tunduk pada Papa sebagai kepalanya, aku mengampuninya.

Yang menakjubkan, setelah doa, bukan cuma lega, melainkan ada pandangan baru mengenai Papa dan Mama. Baru beberapa menit lalu aku chatting dengan Papa yang menceritakan sebuah konflik yang baru-baru ini terjadi antara Papa dan Mama. Aku tahu betul kelemahan mereka berdua sebagai suami-istri. Namun setelah berdoa melepaskan pengampunan atas kesalahan-kesalahan dalam pernikahan Papa dan Mama, Tuhan benar-benar mengubahku!
Di dalam kelemahan Papa sebagai seorang suami, aku bisa berdoa dan mendukungnya tanpa ada pikiran yang menghakimi.
Di dalam kelemahan Mama sebagai seorang istri, aku bisa berdoa dan mendukungnya tanpa ada pikiran yang menghakimi.


Jujur, ada kalanya ketika mereka berkonflik, ada pikiran yang menghakimi ortu. Misal, "Ya Papa sih begini.. Jadinya gitu deh sama Mama...." atau sebaliknya, "Gara-gara Mama gini sih, jadinya Papa ngamuk...." Akibatnya, kadang kala ketika mereka berkonflik, aku ngomong sama Papa, "Ya Mama memang gitu sih Pa.... Susah lah tu orang...." dan ngomong sama Mama, "Ya susah Ma.. Papa seh blablablabla...." Lah? Jadinya malah ngadu domba ortu. Dosa deh... :(

Setelah berdoa dan melepaskan pengampunan untuk setiap kesalahan dan ketidaksempurnaan dalam hubungan pernikahan Papa dan Mama sebagai suami-istri, pikiran-pikiran itu yang Tuhan gantikan dengan cara pandang yang positif dan mendukung. Mereka memang tidak luput dari kelemahan, tapi bukan itu yang harusnya dipermasalahkan. Sebagai anak, aku harus mengampuni dan mendoakan mereka hari demi hari supaya makin bertambahnya hari, pernikahan mereka boleh semakin diberkati dan menjadi berkat. :)

By the way, aku sangat mengapresiasi bagaimana kedua ortuku berusaha menyelesaikan masalah betapapun tidak sempurnanya mereka. Aku sangat mengapresiasi kerinduan mereka untuk terus mau belajar menjadi suami dan istri serta ortu yang baik. Bahkan Papa sempat mengambil kelas Father's Wise dan Mama mengambil kelas Mother's Wise. Padahal pengetahuan mereka soal hubungan pernikahan dan parenting secara alkitabiah tuh gak kurang-kurang. Lebih dari semuanya itu, yang sangat amat aku apresiasi dan aku syukuri adalah bagaimana mereka berdua menempatkan Kristus sebagai kepala keluarga kami.

Thanks God, for giving me parents like them.
Thanks for their humble heart to learn and love each other in Christ.

No comments:

Post a Comment