Cantik. Pujian termanis untuk seorang perempuan. Kata terindah untuk menggambarkan sosok perempuan yang menarik dan dikagumi. Kata “cantik” ini juga diberikan bagi perempuan yang dikasihi: ibu, istri, saudari, sahabat, kekasih. Uniknya, kecantikan memang merupakan mahkota perempuan. Tampaknya sudah dari semula kaum hawa dianugerahi kecantikan, sedangkan kaum adam diberi rasa untuk mengagumi dan menghargai kecantikan perempuan. Ajaibnya, ketika pujian “cantik” itu diberikan bagi seorang perempuan, ia akan merasa bahagia dan terhormat. Jelaslah bahwa “cantik” adalah penghargaan bagi seorang perempuan, sekaligus kehormatan bagi laki-laki.
Laki-laki mana yang tidak bangga jika ibu, saudari atau pasangannya dipuji orang sebagai perempuan cantik? Tidak mengherankan jika laki-laki berlomba-lomba mengejar perempuan cantik. Setiap perempuan mendamba untuk dilihat dan disebut sebagai orang yang cantik, sebab dengan disebut demikian ia akan merasa berharga. Sayang sekali jika seorang perempuan lupa bahwa harga dirinya bukan ditentukan oleh kecantikannya, melainkan sejak semula ia telah diciptakan dengan kecantikan.
Rambut yang terurai indah, kulit mulus menawan, bentuk wajah sempurna, tangan yang halus dan lembut, pinggang yang ramping, ataupun kaki yang jenjang, semua ini bagian kecantikan yang dikejar-kejar perempuan. Seringkali perempuan lupa bahwa kecantikan fisik yang dikejarnya hanya bersifat sementara. Ketika rambut memutih, kulit mulai berkerut, bentuk wajah menua, pinggang tak lagi ramping, apakah yang abadi sehingga seorang perempuan masih bisa disebut cantik?
Ketika kecantikan seorang perempuan mengakibatkan terjadinya berbagai tindak kriminalitas, pemerkosaan, percabulan, pornografi, perselingkuhan, perceraian, perpecahan keluarga dan kerusakan moral dalam masyarakat, apakah kecantikan masih bisa menjadi kemuliaan bagi seorang perempuan?
Jelaslah bahwa kecantikan fisik tidak bisa menjadi andalan. Keindahan tubuh dapat lekang oleh waktu sehingga perempuan tak lagi terlihat cantik. Jika kecantikan sedemikian pentingnya bagi seorang perempuan, maka sudah seharusnya kecantikan memiliki nilai yang kekal. Kecantikan yang bernilai kekal tidak pudar dimakan usia. Bahkan walaupun ajal menjemput, kecantikan yang kekal akan tetap terpancar. Kecantikan seperti inilah yang seharusnya dikejar setiap perempuan sejak masa mudanya.
Kecantikan yang bernilai kekal tidak didapat dari kunjungan rutin ke salon-salon ternama, transaksi belanja di berbagai butik, atau penggunaan berbagai alat kosmetik berkualitas. Kecantikan yang bernilai kekal hanya bisa didapatkan dari Sang Pencipta, satu-satunya Pribadi yang kekal. Perempuan-perempuan yang mendekatkan diri pada Sang Pencipta, memancarkan keagungan Tuhan melalui cara hidupnya. Kesalehannya membentuk cara bersikap yang santun, tutur kata yang manis, tindakan yang tegas dan bijak. Setiap perbuatannya mencerminkan kebaikan ilahi yang membawa berkat dan damai sejahtera bagi orang-orang di sekelilingnya.
Kecantikan seperti ini tidak lekang oleh waktu. Tidak lenyap bersama maut. Bahkan menjadi warisan yang indah bagi keturunan selanjutnya. Kecantikan yang sejati bukan terletak pada rambut yang terurai indah, kulit mulus menawan, bentuk wajah sempurna, tangan yang halus dan lembut, pinggang yang ramping, ataupun kaki yang jenjang. Kecantikan yang sejati terletak dalam hati seorang perempuan. Yaitu hati yang berpaut kepada Tuhan, Sang Pencipta. Sebab dari hati seorang perempuan terpancar kehidupannya. Dari hidup seorang perempuan, terpancar kecantikannya.
Kecantikan bukanlah keindahan yang ada di luar tubuh seorang perempuan, melainkan keindahan yang ada di dalam pikiran dan hatinya, dalam batin dan karakternya yang luhur. Indonesia pasti akan lebih cantik jika setiap perempuan bangsa ini mengejar kecantikan yang kekal.
Karya: Novi Kurniadi
Universitas Pelita Harapan, Tangerang
Fakultas Ilmu Pendidikan – Teachers College
Jurusan Pendidikan Dasar (PG-SD)
Angkatan 2009
*udah masuk koran Jawa Pos tertanggal 13 Januari 2011 di rubrik "For Her"
No comments:
Post a Comment