Apa yang sahabatku alami jelas berbeda dengan pengalamanku 2 tahun lalu ketika aku bergumul mengenai hubunganku dengan si ex, namun ada keserupaan. Saat itu aku masih semester 1 dan beberapa kali merasa kalo Tuhan memperhadapkan kepadaku 2 pilihan: Tuhan atau cowokku. Tuhan sepertinya bilang kalo aku gak bisa pilih salah dua2nya, harus salah satu. Itu bener2 berat banget. I was ignoring God's challenge that time.
Sampe akhirnya Desember 2009 aku pulang ke Surabaya dan ketemu dia lalu menyadari mengapa Tuhan memperhadapkan padaku 2 pillihan: Tuhan atau cowokku dan gak bisa pilih dua2nya. Kalo pilih Tuhan berarti kehilangan dia, dan pilih dia berarti kehilangan Tuhan. Saat itu aku menyadari betul bahwa selama 3 tahun pacaran sama dia, hatiku jelas lebih mengasihi dia daripada mengasihi Tuhan. Bagiku lebih penting bagaimana cowokku itu memandangku daripada bagaimana Tuhan memandangku. Oh my! Harga diriku, siapa aku, harapan masa depanku, kok kayaknya semua itu ditentukan oleh dia dan hubungan kami. Rasanya aku cuma membohongi diri dengan bilang God's everything padahal dalam hati dan hidupku sehari2, aku mau mati aja kalo gak ada dia. I said to myself, "I can't live without him. He is my future!"
Jadi Natal tahun itu aku memutuskan untuk mengambil pilihan. Aku pilih Tuhan. Itu beraaaaaaatttt banget! Masuk tahun 2010 tu bener2 penuh air mata. Udah gitu, akhir Januari, aku bertengkar hebat sama mantanku ini. Demikian hebatnya sampe dia unfriend aku di fb dan mencaci maki aku sedemikian kasarnya. Pokoke semua kata2 yang aku gak pernah denger keluar dari mulutnya selama pacaran tu tumpah ruah di fb dan menurutku sih semua temen2 kita berdua, especially temen2 SMA dulu pasti tahu dan baca status dia. Aku ngerasa terhina dan terluka waktu itu.
Sepanjang bulan Februari 2010, aku sakit2an. Psikosomatis. Selalu sakit tiap weekend. Kan kalo weekdays sibuk kuliah dan SOW (Student On Work) jadi gak gitu kepikiran dia. Praise God, tahun itu Imlek dan Valentine tu barengan satu hari. Jadi aku ga merana sendiri pas Valentine. Hari itu aku bisa ke Bekasi, maen ke rumah cc sepupu, makan2, terima angpao, gak usah sedih2. Tapi hari2 selanjutnya? Gak pernah gampang!
1 Maret 2010, dia ultah. Mama sudah berkali2 menegaskan sama aku sebelum dia ultah bahwa aku mesti nurunin gengsi dan minta maaf sama dia. Aku gak boleh menjadikan penghinaan dia mengenai aku saat itu sebagai alasan untuk gak mengampuni. Only by God's grace, aku ucapin selamat ultah ke dia sekalian minta maaf. And only by His grace alone, hari itu my ex memaafkanku dan dia sendiri juga minta maaf atas apa yang sudah diperbuatnya. Abis itu psikosomatisku berhenti.
Meski demikian, patah hati gak begitu aja cepet sembuhnya. Masih ada kisah yang lebih panjang lagi gimana aku pontang-panting ngadepin tahun 2010 karena hatiku bener2 kacau. Sekarang, setelah hampir 2 tahun putus, aku bisa say, "Thanks God". Kalo aku gak pernah patah hati, aku gak tau gimana semalem aku harus doain sahabatku dan gimana aku harus menguatkan dia.
Sampe di sini dulu deh ceritaku.... Mau denger cerita2 Thanksgiving Thursday yang lain? Atau mau sekalian join nulis Thanksgiving Thursday? Just click here
1 comment:
setuju banget. kalo kamu ga patah hati km g akan tau rasanya sakit ati tmnmu gmn and pray for her :)
"I can't live without him. He is my future!" --> this is so me too.. always thinking that my ex gonna be the last one.
but isaiah 55:8 :D
Post a Comment