Wednesday, October 5, 2011

Seorang Ayah yang Baik Mencerminkan Sifat Bapa di Surga

Beberapa hari lalu aku baca di blog-nya Ce Shinta, tulisan dia yang judulnya "Mencari Ayah yang Baik untuk Anak-anakku". Tulisan ini membuat aku berpikir bahwa seorang ayah memiliki peran penting dalam kehidupan anak-anaknya. Oleh sebab itu, penting bagi gadis2 muda agar nggak sekedar nyari cowok yang nyantol di hati, namun sungguh2 memikirkan dan mencari seorang ayah yang baik bagi anak2nya kelak.

Menurutku, seorang ayah yang baik haruslah mencerminkan sifat Bapa di surga. Bagaimana seorang anak bisa menerima kasih Bapa jika ia tidak lebih dulu menerima kasih dari ayahnya? Pengenalan seseorang akan Bapa di surga juga sangat dipengaruhi dengan bagaimana ia mengenal ayahnya.

Contoh nyata:

  1. Aku mengenal Bapa di surga sebagai Allah yang memelihara dan menyediakan segala sesuatu. Inilah caraku menggambarkan siapa Bapa. Memang benar bahwa Alkitab menyebutkan bahwa Bapa di surga senantiasa memelihara kita (baca Matius 6). Tapi aku belajar sifat Bapa yang satu ini justru dari Papaku sendiri. Bagiku, Papa adalah orang yang senantiasa memelihara dan menyediakan segala sesuatu yang kubutuhkan. Mudah bagiku untuk percaya bahwa Bapa di surga sungguh2 memeliharaku, karena aku sudah melihat cerminan-Nya di dalam diri Papaku.
  2. Aku tahu betapa pedihnya hati Bapa ketika aku terluka dengan melihat bagaimana pedihnya hati Papaku sendiri saat aku patah hati. Kalau aku tidak pernah mendapati bagaimana Papa bersedih ketika hatiku sedih, mungkin aku juga sulit untuk percaya bahwa Bapa yang di surga juga merasakan kesedihanku.
  3. Aku yakin bahwa Bapa di surga senantiasa menjagaku. Aku sendiri merasakan bagaimana Papa sudah menjagaku sepanjang umurku. Sebagai seorang ayah, dia senantiasa memastikan bahwa putrinya aman dan selamat baik secara fisik maupun psikis. Kalau seorang cowok mendekatiku, apapun komentar Papa mengenai cowok itu membuatku merasa dilindungi dan dijaga. Kalau Papaku yang adalah manusia berdosa sanggup mengasihi dan menjagaku sedemikian rupa, terlebih lagi Bapaku yang di surga!
Aku mengenal juga teman yang tumbuh besar tanpa sosok ayah dan mengalami kesulitan untuk menerima dan mempercayai kasih Bapa dalam hidupnya. Awal pertobatannya sih dia bisa terharu sama kasih Bapa dan bener2 komitmen untuk hidup bener dan melayani Tuhan. Lalu badai hidup menghantam hidupnya. Pacarnya mutusin dia, di kampus dia bentrok sama temen2nya, dan hasil karyanya diinjak2 orang lain. Abis itu dia berhenti ke gereja, berhenti melayani, berhenti Saat Teduh, dan kualitas hidupnya langsung merosot drastis. Terakhir ngomong sama dia sih katanya dia tahu kok kalo dia mesti balik sama Tuhan. Tapi dia bilang belum siap. Katanya sih dia gak nyalahin Tuhan. Oke, anggep aja bener lah dia gak nyalahin Tuhan, lah terus kenapa mesti meninggalkan Tuhan? Bagiku sih jawabannya jelas: sulit baginya untuk percaya pada kasih Bapa.

Semakin jelas bagiku sekarang betapa penting peran seorang ayah dalam hidup anak2nya. Tidak setiap ayah bisa mencerminkan sifat2 Bapa yang di surga. Hanya ayah yang takut akan Tuhan yang bisa mencerminkan sifat2 Bapa di surga.

Sekalipun bukan orang besar dan hebat, aku bersyukur bahwa Papaku seorang yang takut akan Tuhan. Dari Papa, aku belajar untuk membangun hubungan pribadi yang dekat dengan Tuhan. Sejak kecil, hampir setiap pagi saat aku ngintip ke kamar ortu, aku melihat Papa duduk di ranjangnya bersaat teduh.

Sejak kecil, aku berani memimpin doa dan suka berdoa (bahkan kadang2 kepedean) karena Papa selalu bilang bahwa Tuhan Yesus mendengarkan doa anak2. Ini juga salah satu alasan kenapa aku mau ngambil jurusan pendidikan dasar, ngajar anak TK-SD. Aku pengen anak2 didikku tuh tahu bahwa walaupun mereka masih kecil, Tuhan Yesus mau mendengarkan doa mereka.

Aku ingat saat kelas 5 SD, ada Bible Camp di sekolah. Saat itu semua ortu murid diminta ngirim surat buat anaknya. Surat itu dibagikan dan dibaca tiap anak secara pribadi pada sesi di malam kedua Bible Camp. Sampai hari ini tiap kali ingat surat itu, aku selalu meneteskan air mata. Papa yang nulis surat itu (karena Mama nggak suka ngarang2 gitu dan sering bingung kalo bikin surat, jadi biasanya Papa yang nulis2 surat, termasuk surat izin tidak masuk sekolah. Hehe..). Di surat itu Papa mengungkapkan kasihnya padaku. Beliau juga minta maaf kalau ada banyak hal yang aku inginkan tidak bisa ia penuhi (waktu itu sih aku mikirnya, banyak mainan yang Papa gak bisa belikan). Tapi Papa bilang bahwa Bapa yang di surga bisa memberikan lebih dari yang kuminta. Dalam surat itu, Papa mencantumkan Pengkhotbah 12:1a, "Ingatlah akan Penciptamu pada masa mudamu." Ayat ini jadi peganganku sampe sekarang (kan sekarang masih mudaaaaa.. hehe..)

30-40 tahun lagi dari sekarang, aku ingin melihat anak2ku tumbuh sebagai orang2 yang sungguh2 mengenal dan mengasihi Tuhan sebab ayah mereka mencerminkan sifat2 Bapa.


Papa and Me

1 comment:

Anonymous said...

Pasti senang n bahagis memiliki ayah seperti kamu :)

Post a Comment