Tuesday, October 18, 2011

Am I Disappointed with God?

Jumat pagi lalu untuk pertama kalinya aku menjalani konseling. Sebenernya ini sudah kerinduan sejak beberapa minggu lalu, namun baru kesampaian Jumat kemarin.

Awalnya, aku nggak merasa bahwa diriku butuh konseling. Sampai sekitar dua bulan lalu aku mendapati seorang anak kamarku mimpi buruk. Ia sudah memimpikan hal yang sama selama bertahun2 dan belum pernah menemukan jalan keluarnya. Selain itu, dia juga sering mengigau saat tidur.

Memang lebih mudah buat ngelihat orang lain butuh konseling daripada lihat diriku sendiri. Hehehee.... Namun saat aku lihat anak kamarku itu, aku juga ngaca dong! Sudah beberapa tahun terakhir aku sering mengigau saat tidur dan 2 tahun belakangan ini my roommates selalu ngomong kalo aku tuh gak sekedar ngoceh saat tidur, namun juga ketawa ngakak sekenceng2nya di tengah malam. Aku sih gak pernah nyadar! Percaya gak percaya deh mereka ngomong gitu..... Dan aku masih gak merasa bahwa ini sesuatu yang perlu dibereskan.

Namun saat aku memikirkan betapa anak kamarku butuh konseling, Roh Kudus mengingatkanku pada Matius 7:3, "Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu tidak engkau ketahui?"

Okeeee.... Sepertinya aku juga butuh konseling ya.... Jadi aku bilang sama anak kamarku itu, "Yuk, kita konseling bareng2." Tujuan awalnya sih ya biar dia mau dikonseling karena merasa punya temen senasib. Aku masih gak merasa bahwa diriku butuh konseling.

Jadwal konseling di TC sempat cukup padat karena konselor terbatas dan juga adanya mahasiswa2 yang wajib konseling. Selama masa2 penantian akan konselor dan jadwal konseling baru, aku beberapa kali mengalami mimpi yang membuatku tidak tenang. Aku curhat ke seorang sahabat mengenai mimpi2ku itu dan dia setuju dengan dugaanku bahwa sepertinya ada hal2 yang unconcious (tidak disadari) di dalam diriku.

Something's wrong within me..... Masa sih? Aku masih gak terima.

Sampe suatu Jumat pagi ketika morning devotion, Bu Connie menjelaskan bahwa konseling adalah suatu cara bagaimana seorang Kristen mengerjakan keselamatannya. Gak semua bisa dibereskan dengan doa. Tuhan ingin kita menjalani proses untuk menjadi serupa Kristus setiap hari. Terkadang, kita kesulitan untuk mengenal diri kita, sehingga kita sangat butuh konseling.

Singkat cerita, akhirnya ada konselor baru dan aku langsung bisa konseling Jumat pagi lalu. Pertemuan pertama aku baru share mengenai latar belakang hidupku. Konselorku cuma bilang kalo aku tuh orangnya sangat pemikir. Yap, itu bener. Katanya, aku menganalisa banyak hal dan banyak orang, termasuk merasionalisasikan hal2 yang sulit untuk aku terima. Itu membuat aku akhirnya menolak untuk mengakui bahwa aku kecewa sama Tuhan.

In conclusion: I have been disappointed with God for... years? months? days?

Aku merasa konselorku bener..... Tapi masa iya sih?? Aku? Kecewa sama Tuhan?

Sabtu malam lalu sebelum tidur, aku coba berdoa sama Tuhan dan bilang kalo aku kecewa pada-Nya. And guess what? I was crying! Malam itu aku juga banyak mikir mengenai berbagai hal dalam hidupku.. Am I really disappointed with God?

Seminggu yang lalu saat lagi curhat dengan seorang sahabat, aku ingat dia bilang bahwa kita nggak bisa memungkiri kenyataan kalo lagi kecewa sama Tuhan. Kita tahu bahwa seringkali Tuhan tampaknya sengaja membiarkan kita berada dalam kesulitan dan kesedihan. Ingat kisah Lazarus? Tuhan Yesus sudah mendengar bahwa Lazarus sakit, namun Ia sengaja mengulur waktu dua hari. Kemudian Ia datang, turut menangis bersama Maria dan Martha yang berduka atas meninggalnya Lazarus, dan jreng.. jreng.. jreeeeeeng... Dia menunjukkan kuasa-Nya dengan membangkitkan Lazarus!

Tuhan Yang Maha Kuasa tampaknya sengaja membiarkan Lazarus mati..... Tuhan yang sanggup membangkitkan orang mati turut menangis dengan mereka yang berduka.... Lalu Dia menunjukkan kuasa-Nya. Mengapa? Mengapa Dia demikian sengaja membiarkan Lazarus mati? Inilah jawaban Yesus dalam Yohanes 11: 15, "sebab demikian lebih baik bagimu supaya kamu dapat belajar percaya".

Satu hal yang menjadi penghiburan bagiku, di tengah2 ketidakmengertianku akan "kesengajaan"-Nya, adalah fakta bahwa Yesus Kristus turut menangis bersamaku saat aku menangis. Dia mengerti dan memahami betapa sedihnya dan terlukanya aku. Lebih dari itu, Dia ingin aku percaya kepadanya.

Trust in the Lord with all your heart and lean not on your own understanding. (Proverbs 3:5)




*Btw, aku masih gak melihat hubungan antara ketawa saat tidur dengan kecewa pada Tuhan.

2 comments:

silviana said...

bener bgt nov. kita gak kan pernah sempurna mempercayaiNya justru ditengah kelemahan dan ketidaksempurnaan itu kita sadar bahwa untuk dapat mempercayaiNya pun sungguh adalah anugrah..

aku juga diharuskan ikut konseling nih.. heheh pray for me nov.. aku berdoa juga untukmu.. ^^

Novi Kurniadi said...

Iya pi.. :)
Aku juga berdoa untukmu kok..
Ayo ikut konseling.. Tinggal atur jadwal aja :)

Post a Comment