Tuesday, March 6, 2012

Your money management is related to your relationship with God

Tadi sore komunitas doaku di TC (TC HoPe, singkatan dari TC House of Prayer), bahas soal pengelolaan keuangan dan kaitannya terhadap hubungan pribadi kita dengan Tuhan. Keduanya terkait, bahkan nggak bisa dipisahkan satu sama lain. Berikut ini beberapa hal yang aku dapatkan:

  1. Hidup dan diri kita adalah milik Tuhan. Termasuk uang kita adalah milik Tuhan. Kita bukan lah pemilik, melainkan pengelola. Ini prinsip yang paling mendasar.

  2. Prinsip kedua adalah mengasihi Tuhan dengan segenap hati termasuk dalam hal keuangan. Dalam pengelolaan keuangan, Tuhan harus menjadi prioritas.
    Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumah-Ku dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. (Maleakhi 3:10)
    Seorang ibu dari latar belakang keluarga yang kekurangan secara finansial bertanya kepada seorang pendeta apakah ia harus memberi perpuluhan. Sang pendeta menjawab, "Bu, tanpa memberikan perpuluhan saja ibu sudah kurang. Apalagi jika memberikan perpuluhan, uang ibu tentu semakin berkurang. Baik memberi maupun tidak, sama-sama kurang. Tidak mudah untuk memberi perpuluhan. Ini bukan masalah cukup atau tidak cukup uang kita, melainkan apakah kita mau memprioritaskan Tuhan dan taat kepada-Nya. Bukan berarti ada jaminan 100% akan perbaikan finansial jika ibu memberi perpuluhan, namun Tuhan sendiri yang berfirman, 'ujilah Aku apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan'."

  3. Prinsip ketiga: kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Coba baca Matius 6:1-4. Itu perikop yang mengatur mengenai pemberian sedekah. Kalau Tuhan Yesus sampai khotbah mengenai pemberian sedekah, itu berarti Dia menghendaki supaya kita menggunakan uang untuk menolong orang lain yang berkekurangan. Selain itu juga untuk mendukung hamba-hamba Tuhan. Dari surat Paulus pada jemaatnya di Filipi (baca Filipi 4:10-13), kita bisa mengetahui bahwa jemaat gereja Filipi memberikan sebagian uang mereka untuk mendukung pelayanan Paulus.

  4. Di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. Adakah hati kita nyangkut di surga atau kecantol sama bisnis, simpenan di bank, beraneka barang branded di mal, dan resto-resto favorit? Menariknya, Tuhan sendiri yang menyatakan bahwa tidak seorangpun bisa mengabdi kepada Tuhan dan Mamon. Tuhan semesta alam membandingkan diri-Nya dengan uang! Wow! Kalau setan masih bisa diusir dalam nama Tuhan Yesus, kalau uang? Setiap orang percaya harus dengan berani memilih dan memutuskan mau mengabdi kepada Tuhan atau kepada Mamon!

  5. Cinta akan uang adalah akar segala kejahatan (1 Timotius 6:10). Ini bukan cuma prinsip, melainkan fakta mutlak. Bukti berbagai kejahatan yang terjadi karena cinta uang bisa dilihat di berbagai berita baik di TV, internet, media cetak, maupun twitter sekalipun.

  6. Prinsip untuk pengelolaan keuangan untuk keperluan pribadi: mencukupkan diri dalam segala hal.
    Janganlah kamu menjadi hamba uang dan cukupkanlah dirimu dengan apa yang ada padamu. Karena Allah telah berfirman: "Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau." (Ibrani 13:5)
  7. Taat membayar apa yang harus dibayar. Bacalah Matius 17:24-27, maka kamu akan menemukan bahwa Tuhan Yesus membayar bea untuk bait Allah. Bacalah Matius 22:15-22, maka kamu akan menemukan bahwa Tuhan Yesus sendiri mengajarkan untuk memberikan kepada Allah apa yang menjadi milik Allah dan kepada kaisar apa yang menjadi milik kaisar.

  8. Prinsip yang tidak kalah pentingnya untuk dipegang baik-baik adalah janji pemeliharaan Tuhan bagi umat-Nya. Apa saja janji-janji tersebut?
  • Pertama, janji akan terbukanya tingkap-tingkap langit kalau kita setia kasih perpuluhan. (Maleakhi 3:6-12)
  • Kedua, janji bahwa Tuhan akan memperhitungkan sedekah yang kita berikan dengan tersembunyi, bukan untuk dipuji orang (Matius 6:1-4).
  • Ketiga, janji pemeliharaan Tuhan akan kebutuhan pokok seperti makanan dan pakaian (Matius 6:19-24) juga segala sesuatu asalkan kita mencari terlebih dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya.
  • Keempat, janji bahwa Tuhan tidak akan membiarkan dan meninggalkan kita yang tidak menjadi hamba uang dan senantiasa mencukupkan diri dengan apa yang ada (Ibrani 13:5).
Masih ada prinsip-prinsip teknis yang bisa kita pegang dan jalankan, seperti membuat catatan keuangan, menabung/investasi, membuat anggaran/budget untuk belanja tiap bulan, dan lain sebagainya. Namun hal-hal ini tidak akan bisa kita jalankan tanpa berpegang pada prinsip-prinsip pengelolaan keuangan yang Firman Tuhan ajarkan.

Cara seseorang mengatur dan mengelola keuangan menunjukkan bagaimana sebenarnya kualitas hubungan pribadinya dengan Tuhan. Demikian pula sikap seseorang saat menghadapi pergumulan finansial juga mencerminkan seberapa bergantungnya ia kepada Tuhan.

Secara pribadi aku merasa sangat tertegur saat membaca bagian-bagian Firman di atas. Aku jadi menyadari bahwa Saat Teduh dan waktu-waktu doa pribadi yang rutin tidak berarti hatiku sungguh-sungguh mengasihi Tuhan. Justru lewat hal-hal yang konkret dalam kehidupan sehari-hari seperti bidang keuangan, aku bisa mengukur sedalam apa cintaku sama Tuhan. Ternyata masih sangat dangkal... (T-T) hiks....

Bersyukur deh hari ini bisa ditegur oleh Firman Tuhan. Pulang dari TC HoPe tadi sore, aku buka dompet, keluarin semua bon sama kalkulator lalu mulai ngitung. Hehe... Semoga bukan euforia sehari, melainkan untuk seterusnya seumur hidupku pengelolaan keuanganku bisa terus terkontrol dengan bijaksana sebagai suatu cerminan akan cintaku kepada Tuhan.

No comments:

Post a Comment