Selama 9 bulan melayani sebagai Supervisor di dormitory, ada banyak hal yang aku pelajari. Minggu ini ada sebuah pelajaran berharga yang sepertinya tidak akan aku lupakan. Ketika kita melayani sebagai suatu tim, bukan lagi diri kita yang nampak. Terkadang itu menyenangkan (terutama saat kinerja kami dihargai), namun ada saatnya menyakitkan (ketika kinerja kami dicela).
Salah satu fasilitas yang ada di dormitory adalah kulkas. Ada 3 buah kulkas untuk sekitar 140 mahasiswi yang tinggal di lantai 5 TC Dormitory. Bayangkan 3 buah kulkas untuk 140 orang! Betapa penuh dan sesaknya! Tidak mudah berbagi bersama 139 gadis lainnya. Secara pribadi aku nggak suka nyimpen makanan atau minuman di dalam kulkas kecuali terpaksa harus disimpan dalam kulkas. Itupun dalam jangka waktu kurang dari seminggu.
Demi kenyamanan bersama, peraturan penggunaan kulkas pun dibuat. Setiap makanan dan minuman yang disimpan dalam kulkas harus diberi label nama, nomor kamar, dan tanggal penyimpanan. Pada waktu-waktu tertentu, bahkan bisa tanpa pemberitahuan, para supervisor akan membersihkan kulkas (sebenarnya bukan tugas kami, melainkan Cleaning Service. Tapi para Cleaning Service biasanya nggak tega membuang makanan yang bahkan sudah tidak layak), menyortir makanan yang layak untuk disimpan dalam kulkas, serta menyita makanan-minuman yang tidak beridentitas.
Awal bulan lalu diadakan sebuah inspeksi mendadak (tanpa pemberitahuan sebelumnya) terhadap 3 buah kulkas tersebut. Namun sebelum inspeksi dilakukan, para supervisor sudah sepakat untuk memperingatkan anak-anak mereka tanpa memberitahu hari dan jam inspeksi. Jadi beberapa hari sebelumnya aku juga sudah kirim SMS sebagai peringatan untuk para mahasiswi yang kulayani. Saat itu aku nggak ikut karena nggak bisa bangun pagi. Zzzzz.. Salah sih, itu seharusnya nggak jadi excuse. Seharusnya aku belajar untuk mendisplin diri bangun lebih pagi.
Oke, kembali ke inspeksi kulkas. Sebagian makanan yang berjamur, kadaluarsa, berbau menyengat, singkatnya yang tidak layak konsumsi sudah dibuang oleh teman-teman Supervisor yang lain. Namun ada beberapa makanan yang mereka sita karena sama sekali tidak beridentitas. Makanan-makanan tersebut dibawa ke kamar RA (Resident Assistant) dan entah bagaimana, mereka makan bersama. Tidak lama kemudian beredar gosip di lantai 5 yang bahkan merambah ke lantai 6. Ada beberapa makanan yang hilang pasca inspeksi dan asumsi publik sih pastinya semua itu disita dan dinikmati oleh RA-Supervisors. Jelas ini memicu kemarahan warga (hahahaha... kayak koran aja... ;p).
Akhirnya Selasa lalu kami memutuskan untuk membuka sebuah forum terbuka dalam rangka klarifikasi, pengakuan dosa, dan permohonan maaf. Ini suatu ide yang aku dukung secara penuh sekalipun aku nggak ikut-ikutan ambil bagian dalam makanan-makanan yang disita. Aku sama sekali tidak menyangka bahwa dampaknya bisa sangat menyakitkan. Sebagian besar mahasiswi angkatan 2008 melayangkan protes keras disertai kata-kata tajam yang blak-blakan. Rasanya aku nggak tahu mau taruh muka di mana. Mau ngomong apapun sepertinya sudah tidak berguna. Yang ada sih, aku merasa diri sebagai orang yang paling berdosa, bahkan walaupun aku sama sekali tidak terlibat dalam acara makan-bersama-makanan-yang-disita.
Dan yaaa, sekalipun tidak ikut makan, aku juga berdosa. Bisa-bisanya aku membiarkan diri tidak bangun lebih pagi hari itu! Aku juga tidak bisa memberikan suatu pertanggungjawaban. Sepanjang forum selama dua jam, kerjaku cuma pimpin doa pembukaan, diam dan mendengarkan sementara para supervisor lain mencoba menjawab dan menanggapi berbagai protes dan pertanyaan.
Dari hari itu aku harus menanggung:
Salah satu fasilitas yang ada di dormitory adalah kulkas. Ada 3 buah kulkas untuk sekitar 140 mahasiswi yang tinggal di lantai 5 TC Dormitory. Bayangkan 3 buah kulkas untuk 140 orang! Betapa penuh dan sesaknya! Tidak mudah berbagi bersama 139 gadis lainnya. Secara pribadi aku nggak suka nyimpen makanan atau minuman di dalam kulkas kecuali terpaksa harus disimpan dalam kulkas. Itupun dalam jangka waktu kurang dari seminggu.
Demi kenyamanan bersama, peraturan penggunaan kulkas pun dibuat. Setiap makanan dan minuman yang disimpan dalam kulkas harus diberi label nama, nomor kamar, dan tanggal penyimpanan. Pada waktu-waktu tertentu, bahkan bisa tanpa pemberitahuan, para supervisor akan membersihkan kulkas (sebenarnya bukan tugas kami, melainkan Cleaning Service. Tapi para Cleaning Service biasanya nggak tega membuang makanan yang bahkan sudah tidak layak), menyortir makanan yang layak untuk disimpan dalam kulkas, serta menyita makanan-minuman yang tidak beridentitas.
Awal bulan lalu diadakan sebuah inspeksi mendadak (tanpa pemberitahuan sebelumnya) terhadap 3 buah kulkas tersebut. Namun sebelum inspeksi dilakukan, para supervisor sudah sepakat untuk memperingatkan anak-anak mereka tanpa memberitahu hari dan jam inspeksi. Jadi beberapa hari sebelumnya aku juga sudah kirim SMS sebagai peringatan untuk para mahasiswi yang kulayani. Saat itu aku nggak ikut karena nggak bisa bangun pagi. Zzzzz.. Salah sih, itu seharusnya nggak jadi excuse. Seharusnya aku belajar untuk mendisplin diri bangun lebih pagi.
Oke, kembali ke inspeksi kulkas. Sebagian makanan yang berjamur, kadaluarsa, berbau menyengat, singkatnya yang tidak layak konsumsi sudah dibuang oleh teman-teman Supervisor yang lain. Namun ada beberapa makanan yang mereka sita karena sama sekali tidak beridentitas. Makanan-makanan tersebut dibawa ke kamar RA (Resident Assistant) dan entah bagaimana, mereka makan bersama. Tidak lama kemudian beredar gosip di lantai 5 yang bahkan merambah ke lantai 6. Ada beberapa makanan yang hilang pasca inspeksi dan asumsi publik sih pastinya semua itu disita dan dinikmati oleh RA-Supervisors. Jelas ini memicu kemarahan warga (hahahaha... kayak koran aja... ;p).
Akhirnya Selasa lalu kami memutuskan untuk membuka sebuah forum terbuka dalam rangka klarifikasi, pengakuan dosa, dan permohonan maaf. Ini suatu ide yang aku dukung secara penuh sekalipun aku nggak ikut-ikutan ambil bagian dalam makanan-makanan yang disita. Aku sama sekali tidak menyangka bahwa dampaknya bisa sangat menyakitkan. Sebagian besar mahasiswi angkatan 2008 melayangkan protes keras disertai kata-kata tajam yang blak-blakan. Rasanya aku nggak tahu mau taruh muka di mana. Mau ngomong apapun sepertinya sudah tidak berguna. Yang ada sih, aku merasa diri sebagai orang yang paling berdosa, bahkan walaupun aku sama sekali tidak terlibat dalam acara makan-bersama-makanan-yang-disita.
Dan yaaa, sekalipun tidak ikut makan, aku juga berdosa. Bisa-bisanya aku membiarkan diri tidak bangun lebih pagi hari itu! Aku juga tidak bisa memberikan suatu pertanggungjawaban. Sepanjang forum selama dua jam, kerjaku cuma pimpin doa pembukaan, diam dan mendengarkan sementara para supervisor lain mencoba menjawab dan menanggapi berbagai protes dan pertanyaan.
Dari hari itu aku harus menanggung:
- biaya penggantian makanan yang dimakan (penyitaan bukan berarti kami bebas memakan sesuka hati, jadi kamu harus ganti. Bahkan yang tidak ikutan makan harus bayar juga)
- tatapan tajam para mahasiswi di lantai 5
- pandangan negatif mengenai kinerja supervisor lantai 5
- rasa malu yang besar
- celaan yang dilontarkan
- dll
Di dalam hati jelas aku teriak-teriak. "Aku nggak nglakuin itu! Please, jangan kasih aku tatapan tajam kayak gitu! Kira-kira dong kalo mencela orang! Jangan sembarangan pukul rata semuanya!"
Oh my....
It was and is hard to bear.
Bersyukur sih selama ini anak-anak di dua kamar yang aku layani masih bicara dan bersikap baik seperti biasa, seakan-akan peristiwa ini tidak terjadi. Sepanjang pengetahuanku, mereka jarang menyimpan makanan di kulkas, dan cukup mengikuti prosedur yang berlaku sehingga sama sekali tidak mengalami masalah dengan inspeksi tersebut. Mereka juga sama sekali tidak memberikan komentar. Itu membuatku merasa lebih nyaman berada di kamar daripada berkeliaran di lorong lantai dan menerima tatapan tajam semua orang.
Sepertinya Minggu besok saat rapat kamar aku akan coba bahas, ingin tahu juga apa pendapat mereka. Bukan kapasitasku untuk membela diri, karena sekalipun aku bekerja sendirian di dua kamar yang kulayani, namun di lantai 5 ini aku bekerja dalam tim. Kalau seorang dipuji, aku ikut senang. Kalau seorang dicela, aku pun ikut merasakan celaan tersebut.
Suatu pelajaran berharga bagiku bahwa dalam sebuah tim pelayanan kita tidak hanya berbagi suatu kasih dan kerinduan untuk melayani, melainkan juga segala jenis kesulitan. Prinsip yang sama juga berlaku dalam kehidupan sebuah keluarga. Jika satu orang menderita, maka seluruh anggota keluarga menderita. Satu orang bersukacita, seluruh keluarga bersorak-sorai. Yang paling menakjubkan, prinsip ini berlaku di dalam cara kerja Allah untuk menyatakan kasih dan keadilan-Nya.
Sebab, jika oleh dosa satu orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran, akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus. (Roma 5:17)
Aku bersyukur dalam masa lent season ini ada suatu peristiwa yang mengingatkanku pada maha karya Tuhan dalam hidup manusia. Bukan kita orang pertama yang berbuat dosa, namun kita harus lahir sebagai orang berdosa. Syukur kepada Tuhan, oleh karena satu orang benar dan kudus yaitu Allah yang telah menjadi manusia, kini kita boleh dibenarkan, beroleh kasih karunia dan anugerah kebenaran, bahkan hidup dan berkuasa di dalam Kristus Yesus!
No comments:
Post a Comment