Sekitar 3 minggu lalu aku sempat posting mengenai God's Heart for Nations dan menyinggung mengenai Student Missions Project. Dalam postingan itu aku bilang kalo gak bisa ikut karena harus internship 4 bulan yang tepat dimulai pada bulan Juli. Kemungkinannya Student Missions Project dan intershipku bentrok, sehingga akhirnya aku berpikir untuk tidak mendaftar, tapi bukan berarti mengabaikan panggilan untuk pelayanan misi. Yah... mungkin kapan-kapan, katakanlah tahun depan.
Namun sekalipun aku sebenarnya sudah membuang jauh-jauh pikiran untuk mendaftar Student Missions Project, selama 3 minggu ini setiap kali Saat Teduh, aku selalu menemukan sesuatu mengenai Missions. Aku rasa bukan kebetulan kalau 3 minggu terakhir aku baca Matius dan Markus yang menuliskan perjalanan hidup Tuhan Yesus selama mengajar, menyembuhkan banyak orang, sampai akhirnya mati dan bangkit lalu mengutus juga para murid untuk memberitakan Injil dan menjadikan semua bangsa murid-Nya. Setiap hari dalam setiap pasal, bahkan setiap perikopnya, aku menemukan sesuatu yang bisa dipelajari dan berkaitan erat dengan pelayanan misi. Hatiku jadi semakin yakin bahwa memang benar Tuhan menghendaki bahwa suatu saat nanti aku bisa join dalam pelayanan misi.
Sabtu lalu saat ACCESS, Ps. Andrew khotbah mengenai Conterfeits (kepalsuan) yang secara khusus menyoroti Biblicism. Biblicism adalah ketika kita menggunakan Alkitab dan Firman Tuhan sebagai pengganti hubungan kita dengan Tuhan. Hal ini terjadi saat kita mengejar banyak pengetahuan Alkitab dan bahkan menjadi cukup ahli dengan Alkitab namun sama sekali tidak melakukan Firman Tuhan. Nah, saat khotbah itu Ps. Andrew bilang kalau setiap orang harus berani untuk mengambil langkah iman yang konkret sebagai bukti kepercayaan dan ketaatannya pada Tuhan. Beliau menyinggung Student Missions Project dan berkata bahwa apapun halangannya, kalau memang kamu yakin Tuhan memanggil, kamu harus berani percaya (trust) dan taat (obey). Tapi kan jadwalku bentrok?? Ya. Tapi adakah yang mustahil bagi Tuhan? Kalau Dia memang memanggilku untuk melayani, Dia akan buka jalan.
Akhirnya Rabu lalu saat Life Group, aku memutuskan untuk mengambil application form. Pulang dari Life Group, aku nelpon ortu. Kayaknya Papa sudah tidur, jadi aku ngomong sama Mama. Menurut Mama sebaiknya aku memprioritaskan internship 4 bulan itu. Ya, aku memang memprioritaskan itu dan sama sekali tidak mau cari perkara. Ps. Andrew juga bilang kalau dia tidak ingin kami pergi melayani tapi harus mengorbankan kegiatan akademis. Aku coba jelaskan ke Mama, tapi jawaban Mama tetap tidak. Mama bilang, kapan-kapan aja.
Dengan mudahnya aku menyerah karena berpikir bahwa kalau ortu nggak setuju ya berarti memang Tuhan nggak berkehendak. Soalnya nggak bener juga kan kalau aku ambil pelayanan misi tapi nggak nurut ortu apalagi nggak ngantongi izin ortu. Di application form juga izin berupa tanda tangan ortu adalah syarat utama.
Bersyukur kemarin sore, aku ketemu sama Angela (leader Life Group sekaligus Life Changing Group). Kami banyak ngobrol seputar pergumulan hidupku dan juga... ya, Student Missions Project. Aku bilang sama dia kenapa kok nggak jadi ikutan SMP, apa kendala-kendalanya. Lalu dia nanya bagaimana aku merasa Tuhan memanggilku. Ya aku ceritain semuanya, gimana aku merasa dapat konfirmasi tiap kali Saat Teduh. Lalu dia ajak aku mikir, kalau Tuhan sampe kasih konfirmasi berkali-kali dan membuat aku senantiasa memikirkan pelayanan misi selama ini apa tujuannya? Aku bilang sama dia kalau kayaknya jelas bahwa Tuhan memanggilku. Oke, lalu kenapa aku tidak pergi? Yah, seperti sudah dibilang, jadwalnya itu lo.... Mungkin tahun depan bisa? Tahu dari mana bahwa ada kesempatan tahun depan? Situasinya tampak tidak memungkinkan. Lalu apa maksud Tuhan begitu banyak bicara mengenai misi tapi tidak ingin kamu segera melakukannya? Kalau bisa dilakukan tahun ini, kenapa harus tahun depan? Kalau seandainya Tuhan ingin aku pelayanan misi tahun depan, kenapa Dia terus-menerus kasih conviction dan konfirmasi sekarang? Aduh, aku merasa makin pusing menjawabnya. Aku bilang, sepertinya mustahil ada perubahan jadwal. Adakah yang mustahil bagi Tuhan? Gak sih.... Oke, kalau gitu kenapa ga daftar aja dulu? Percayalah bahwa Dia berkuasa dan sanggup membuka jalan. Ya, percaya sih kalau Tuhan bisa buka jalan. Masalahnya ketika Tuhan buka jalan, itu bukan berarti selalu lebih mudah. Bener juga sih, tapi gimana ortuku? Mana yang lebih penting, taat sama ortu atau sama manusia? Gimana kalau seandainya aku sudah bela-belain nurut ortu padahal memang bener ini kehendak Tuhan untuk aku terjun dalam pelayanan misi terus ternyata somehow jadwalnya bisa gak bentrok?
Ada harga yang harus dibayar untuk mengikut Kristus. Harga yang cukup mahal. Terkadang itu berarti berhubungan dengan keluargamu. Kristus sendiri bilang bahwa jikalau seseorang datang kepada-Nya dan tidak membenci keluarganya, dia tidak layak bagi Kristus. Membenci di sini bukan berarti memusuhi atau tidak lagi mengasihi keluarga. Maksudnya adalah bahwa setiap murid Kristus harus mengasihi Dia lebih daripada mengasihi anggota keluarga kita. Cinta kita sama anggota keluarga tidak seharusnya melebihi cinta kita kepada Allah.
Jadi bagaimana? Dibutuhkan kepercayaan dan ketaatan kepada Tuhan di tengah-tengah situasi seperti ini. Dalam ketidakpastian dan kemustahilan, jauh lebih sulit untuk percaya dan taat. Apalagi kalau terancam konflik dengan keluarga dan berbagai hal lainnya. Sulit. Pertanyaaannya apakah aku mau belajar percaya dan taat?
Akhirnya aku ambil keputusan untuk tetap daftar meskipun belum mengantongi izin ortu. Rencananya aku tetap apply, lalu ngomong lagi sama ortuku, coba jelasin lagi dan minta mereka mendoakan hal ini juga selama seminggu. Dengan penuh pergumulan, kemarin aku isi formulir dan tulis esai yang diminta. Aku mau belajar taat dan percaya sekalipun tidak ada kepastian nantinya bakal bisa ikutan SMP atau nggak. Berat? Sangat berat! Sejujurnya pergumulanku lebih dari sekedar izin ortu dan jadwal bentrok. Mungkin ntar juga harus izin ke pihak TC dan Residence Life, yang pasti nggak gampang juga. Belum lagi biaya yang harus dikeluarkan.
Walaupun sudah mengambil keputusan untuk tetap mendaftar, aku terus bergumul memikirkan apa benar Tuhan sungguh-sungguh memanggilku untuk pelayanan misi ini. Sekalipun sebenarnya banyak konfirmasi dan penguatan yang sudah aku dapatkan, namun Tuhan masih bersabar dan memberiku satu tanda lagi. Saat Sunday Celebration tadi, tepatnya saat pengumuman, diputar video Adult Missions Project kemarin. Tepat saat scene yang menunjukkan Children Ministry, tanpa bisa dicegah, air mataku mengalir. Aku merasa tergerak untuk bisa ketemu dan melayani anak-anak ini secara langsung. Dari situ aku tahu bahwa kalau melalui sebuah video yang biasa dan sama sekali tidak mengharukan (lah cuma dokumenter doang!), hatiku bisa tersentuh sedemikian, itu jelas merupakan pekerjaan Roh Kudus.
Selesai Sunday Celebration, aku ngomong sama Ps. Andrew dan minta beliau mendoakanku. Setelah itu aku serahkan formulir dan essay-ku padanya. Abis itu rasanya legaaaaaaaaaaaaaaaaaaa sekaliiiiiiiiiiii. Lebih tenang walaupun masih belum ngantongi izin ortu dan belum ngadepin tantangan-tantangan lainnya.
Pulang dari Gereja, aku coba telepon ortu. Belum ngomong apa-apa, ortuku sudah bilang, "Mau ngomong soal pelayanan misi ya?" Loh? Aku merasa saat berdoa bagi mereka, sesungguhnya Tuhan sedang mempersiapkan orang tuaku. Kami bicara panjang lebar, dan aku mencoba menjelaskan sejelas-jelasnya mengenai pelayanan misi ini: bahwa nggak masalah kalau aku cuma ikutan misinya separuh aja karena harus praktikum dan pokoknya ini praktikum gak akan diganggu gugat, terus soal biaya gak usah kuatir karena ntar akan cari sponsor (jadi ortuku juga nggak usah terbeban gitu), dan pasti aman kok soalnya begini dan begitu (apalagi memang Ps. Andrew juga sudah pengalaman banget soal pelayanan misi), lalu aku juga izin gak pulang liburan karena kalau ikutan SMP berarti butuh persiapan dan training juga, dll.
And then.... ortuku bilang.....
"Ya, kalau gitu pergilah."
OH MY!!!
WOOOOOOW!!! Amazing!!!! Speechless dah!
Aku say thanks lah ke ortuku dan bilang kalo tadi tu Ps. Andrew sudah doain mereka juga.
Kata Mama, "Bilang lah sama Ps. Andrew, doanya sudah terkabul. Terima kasih." Hahahaaaa.. :)
Oke, stooooooooooop! Gak bisa ketawa lama-lama. Masih harus make sure Papa sms Ps. Andrew dulu dengan format yang aku kirim. Selain itu masih ada segudang tantangan lain. Masih harus terus mempergumulkan di dalam doa.
Intinya panggilan pelayanan misi tidak mudah untuk diresponi tapi harus dengan serius dipergumulkan terus-menerus. Bagaimana mungkin kita menjadi orang Kristen tanpa melaksanakan Amanat Agung-Nya?
2 comments:
Kesaksian yang luar biasa :)
Cuma ini yang bisa kubilang :D
Thanks Paulus :)
Post a Comment