by Kenia Oktavianie on Monday, March 12, 2012 at 2:00pm ·
pengkhotbah 3 :1-11
"(1) Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya. (2) Ada waktu untuk lahir, ada waktu untuk meninggal, ada waktu untuk menanam, ada waktu untuk mencabut yang ditanam; (3) ada waktu untuk membunuh, ada waktu untuk menyembuhkan; ada waktu untuk merombak, ada waktu untuk membangun; (4) ada waktu untuk menangis, ada waktu untuk tertawa; ada waktu untuk meratap; ada waktu untuk menari; (5) ada waktu untuk membuang batu, ada waktu untuk mengumpulkan batu; ada waktu untuk memeluk, ada waktu untuk menahan diri dari memeluk; (6) ada waktu untuk mencari, ada waktu untuk membiarkan rugi; ada waktu untuk menyimpan, ada waktu untuk membuang; (7) ada waktu untuk merobek, ada waktu untuk menjahit; ada waktu untuk berdiam diri, ada waktu untuk berbicara; (8) Allah menentukan waktu untuk mengasihi dan waktu untuk membenci, waktu untuk berperang dan waktu untuk berdamai. (9) Apakah untung pekerja dari yang dikerjakannya dengan berjerih payah? (10) Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya. (11) Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir.
Hari ini seseorang membawakan renungan ini dalam kelompok doa kami. Satu hal yang terbersit dalam pikiran saya setelah membaca nas ini adalah betapa manusia hidup dalam suatu roda putaran yang tidak pernah berhenti. Kehidupan seperti digambarkan dengan begitu mudah oleh menulis nas ini. Namun setelah saya perhatikan lebih dalam, kehidupan yang digambarkan oleh penulis ini sesunggunya tidak semudah yang saya pikirkan.
Kehidupan tidak berlalu begitu saja. Saya mengangkap ada letupan emosi ketika si penulis mulai menulis tentang kehidupan dan kematian, atau tentang kesukaan dan penderitaan. Kehidupan tidak semudah digambarkan seperti awal dan akhir yang berakhir begitu saja. Waktu memang berputar, tetapi ada momen- momen penting yang Tuhan izinkan terjadi dalam proses kehidupan kita.
Satu hal yang Tuhan inginkan saya terima adalah tentang "Time frame" Allah. Ia merancangkan segala sesuatu pada waktunya dengan sebuah tujuan bagi kita. Kesakitan dan penderitaan adalah hal yang memang sengaja Tuhan izinkan terjadi dalam hidup kita. Pertanyaannya adalah untuk apa? Mengapa Tuhan membiarkan kita mengalami hal- hal yang menyakitkan? Apakah hanya untuk memenuhi skenario yang Ia rancangkan? Allah akan terlihat begitu kejam ketika kita melihat hanya dari sudut pandang ini.
Saya percaya, kehidupan manusia di mata Allah tidak semata- mata hanya skenario tanpa tujuan yang diciptakan Allah. Kenyataannya Ia memperhatikan setiap detil kehidupan kita, setiap momen- momen kronos tidak kalah penting dari momen kairos. Oleh karena itu mari kita perhatikan ayat 10. Hal yang menarik adalah ayat 10 dalam bahasa Indonesia memiliki sedikit perbedaan penterjemahan dengan bahasa aslinya. Dalam bahasa Indonesia dikatakan " 10) Aku telah melihat pekerjaan yang diberikan Allah kepada anak-anak manusia untuk melelahkan dirinya" sedangkan versi bahasa Inggrisnya menyatakan demikian ; "(10) I have seen the painful labor and exertion and miserable business which God has given to the sons of men with which to exercise and busy themselves." Allah tidak semata- mata membiarkan penderitaan terjadi hanya untuk meyibukkan dan melelahkan manusia, Ia merencanakan sebuah latihan bagi manusia.
Ya, Allah melatih kita. Allah melatih saya dan anda untuk menjadi semakin serupa dengan Dia. Dan percaya tidak percaya penderitaan adalah alat yang ampuh untuk melatih kita semakin serupa dengan Dia.
Lihatlah iman- iman para martir yang justru dikuatkan ketika mereka harus mati martir. Lihatlah belas kasihan Ibu Teresha ketika justru ia terjun dalam penderitaan orang kusta. Lihatlah doa- doa orang percaya ketika mengalami kanker stadium lanjut. Mereka bukan hanya menjadi semakin serupa Kristus, tetapi bahkan mereka membuat orang lain melihat cahaya kemuliaan Kristus melalui penderitaan mereka.
ayat 11 menambahkan, "11) Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya, bahkan Ia memberikan kekekalan dalam hati mereka. Tetapi manusia tidak dapat menyelami pekerjaan yang dilakukan Allah dari awal sampai akhir." Ya, inilah yang menjadi kesulitan mengapa manusia tidak dapat mengerti penderitaan dan kesakitan yang mereka alami. Jawabannya mudah dan sederhana, yaitu karna kita tidak dapat menyelami pekerjaan, pikiran, dan perasaan Allah.
Maka sesungguhnya yang perlu kita lakukan dengan tekun adalah percaya dan mensyukuri setiap momen demi momen yang Tuhan berikan. Sekalipun kita tidak sedang berada dalam waktu menuai, percayalah untuk terus menabur. Sekalipun kita tidak sedang dalam waktu tertawa dan menari, maka menangislah dengan ucapan syukur. Sekalipun saat ini adalah waktu untuk berdiam diri dan menahan amarah, belajarlah taat menunggu waktu Tuhan untuk berbicara.
Dari semuanya, kita akan belajar bahwa kehidupan ini semata- mata adalah milik Tuhan. Setiap waktu yang kita lewati dan setiap kejadian yang kita alami, Allah berdaulat penuh. Ia merancangkan segala sesuatu, pada waktu- waktu yang terbaik. Maka bukankah sudah seharusnya kita bertanggung jawab atas setiap waktu yg Ia berikan? Bukankah seharusnya kita melewati setiap hari dengan menaruh harapan penuh pada Allah? Bahkan bukankah seharusnya kita tetap dapat bersukacita dalam kesesakan?
Allah memampukan setiap kita untuk melihat segala keburukan, dari sudut pandang yang baik.
Maka ajarlah setiap kami Tuhan, untuk menghitung hari- hari kami sedemikian rupa, sehingga kami boleh memiliki hati yang bijaksana. Sehingga kami boleh mengerti rencana Mu. Atau bahkan ketika kami tidak mengerti, ajarlah kami untuk tetap percaya, bahwa segala hal yang terjadi semata- mata akan membawa kami pada pengenalan yang lebih dalam akan Tuhan dan keserupaan dengan Engkau.
Kenia Oktavianie
12 Maret 2012
No comments:
Post a Comment