Tuesday, November 29, 2011

A Moment To Remember and Be Grateful!

Pada tanggal yang sama, 5 tahun lalu, seorang cowok SMA mengajakku berkomitmen dalam sebuah hubungan yang namanya pacaran. *baru ngetik 1 kalimat, eh... di depan mataku cuma jarak 2 meter ada sejoli lagi pacaran, mesra ga ketulungan! mentang2 kampus lagi sepi gara2 quiet week* Saat itu sih aku bilang mau kasih jawabannya besok aja (sok jual mahal). Dan besoknya, pas 30 November 2006 aku bilang "yes".



Sekarang, 5 tahun dari hari itu.... Aku jomblo sementara dia sudah setahunan ini pacaran sama yang lain.... Bukan salah dia sih, kan aku yang mutusin.... hehe.. (*jadi inget seorang temen cowok yg patah hati pernah bilang gini, "Dasar ya kalian tuh cewek2 hobinya mutusin cowok!" wkwk.. maap la.. maap.. yg mutusin juga sakit kok..*)

Aku rasa sulit ya untuk bisa melupakan hari itu. Kalau ingat hari itu, pasti ingat juga hari-hari lain selama 3 tahun pacaran. Setiap kenangan yang indah rasanya muter lagi di otakku kayak film drama korea. Nggak tau kenapa, kenangan yang buruk bersama dia sama sekali nggak aku inget. Yang keinget bener2 cuma yang manis2 dan itu bikin aku nangis setahun lalu, tepatnya 30 November 2010. Ngomong2, besok itu 30 November 2011 tapi aku nggak akan membiarkan diriku galau! :)

12 November lalu saat ultah ke-21, temen2 seangkatan pada ngumpul mau doain aku dan mereka nanya aku mau didoain apa. Berhubung kami tinggal seatap di asrama, mereka rata2 sudah tahu kalo 2 tahun lalu aku putus dan sejak saat itu sampe sekarang aku masih jomblo. Mereka tahu juga kok saat2 aku lagi patah hati, di tengah2 kuliah tahu2 nangis. Hehehe.... Jadi aku jawab ke mereka, "Tolong doain pemulihan hatiku." Sekalian aku minta mereka doain biar aku gak galau2 lagi menjalani sepanjang sisa bulan November ini. Soalnya bagiku November itu the sweetest month dalam hubunganku dulu sama si mantan.

Tahun lalu, sulit bagiku untuk menjalani setiap hari dalam bulan November 2010. Saat itu aku gak pengen inget apapun tapi mantanku malah kirim message dan itu bikin produksi air mata meningkat. Bener2 kondisi hatiku lemah banget. Saking lemahnya, aku masih sempat teriak2 sama Tuhan minta balik sama si dia. *sekarang aku jadi geleng2 kepala inget kelakuanku sendiri* Saat itu aku dapet jawaban dari Tuhan sampe diulang 5x (dari bookmark yg dikasih temen2 pas ultah ke-20, bahan Saat Teduh, bacaan Alkitab di Chapel, dan dua lagi aku lupa). Jawabannya ada di 1 Samuel 16:7.

Tetapi berfirmanlah TUHAN kepada Samuel: "Janganlah pandang parasnya atau perawakan yang tinggi, sebab Aku telah menolaknya. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati."

Tahu kenapa Tuhan memberikan jawaban seperti itu untukku?

  1. Aku lihat mantanku itu bukan dari siapa dia (karakternya), melainkan dari apa yang kelihatan dari luar.Aku inget dulu bangga banget punya cowok kayak dia. Tinggiiiiiiii sekaliiiiii... Nah, aku suka tuh yang tinggi2 gitu, pake kacamata (kesannya smart!). Selain itu dia kelihatannya "mapan". Hehehe... Mapan apaan ya, masih SMA lo waktu itu.... Kalo ortunya gak ngasih duit jajan kita gak bisa ngedate karena kurang biaya. Ciakakaka... Tapi entah kenapa kesannya dia tu "mapan" gitu... Apalagi kalo orang gak kenal trus cuma lihat gadgetnya atau barang branded yang dia pake.... Ya kesannya "mapan". Itu juga yang dibilang oleh beberapa orang temenku yang gak kenal sama dia. Pernah nih, satu temen cewek curhat ke aku soal cowoknya trus di tengah2 curhat dia bilang kira2 kayak gini, "Kamu sih enak ya Nov... Cowokmu gak masalah sama duit... Cowokku tuh dari keluarga gak punya, susah kalo mau ngedate... Pake duitku dulu juga gak mau, gengsi dia..."

  2. Tuhan telah menolaknya.
    I'm sure for this. Sudah jelas dan pasti Tuhan menolak dia jadi pasangan hidupku. Itu gak usah ditanya2 lagi. Tuhan itu ingin pasangan hidup yang tebaik bagi anak2nya. Aku gak akan jabarkan satu2, karena itu nanti pasti nyinggung karakter pribadi mantanku. Intinya sih, Oktober 2010 lalu Tuhan menunjukkan dengan jelas padaku dari beberapa memoriku tentang keputusan2 yang diambil ini cowok dalam hidupnya. Keputusan2 dan pilihan2 hidupnya menunjukkan bahwa sekalipun dia orang Kristen, dia tidak merajakan Kristus sebagai Tuhan atas hidupnya. Kristen tidak cukup hanya sekedar status agama. Aku inget masih menawar Tuhan, "Ya kan manusia bisa bertobat.... Bisa berubah...." Tapi kalau memang bukan dia yang Tuhan kehendaki untuk menjadi pasanganku, sekalipun dia akhirnya ntar bener2 hidup jadi seseorang yang serupa Kristus, tetep aja gak akan jadi.
    Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah Firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu. (Yesaya 55:8-9)
  3. Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah.
    Ini yang seringkali aku lupakan. Mata Tuhan itu melihat melampaui segala batas. Semua telanjang di hadapan-Nya.
    Dan tidak ada suatu makhlukpun yang tersembunyi di hadapan-Nya, sebab segala sesuatu telanjang dan terbuka di depan mata Dia, yang kepada-Nya kita harus memberikan pertanggungan jawab. (Ibrani 4:13)
    Aku harus percaya pada pandangan dan perspektif Tuhan serta Firman-Nya, bukan pada apa yang dilihat mataku. Aku inget pernah tertipu mengira seorang cowok sangat godly, ternyata... gubraaaak... ke gereja aja kagak!!

  4. Tuhan melihat hati.
    Dua tahun menjomblo, aku banyak dapet kesempatan untuk tahu hati manusia kayak apa yang berkenan di hadapan Tuhan melalui kelas2 teologi, chapel, sermon di gereja, buku2 Kristen, internet (tapi ini mesti diseleksi dulu.. hehe..). Bukan cuma hati calon PH yang Tuhan lihat, tapi juga hatiku. Masa-masa single ini adalah kesempatan emas buat aku serahkan hatiku pada Tuhan. Membiarkan Dia yang memulihkan dan membentuk hatiku sesuai dengan apa yang Dia inginkan sampai siap dipersatukan sama hati yang lain bukan untuk kesenangan kami berdua melainkan untuk puji hormat dan kemuliaan Tuhan. Belakangan aku merasa Tuhan lagi banyak ngorek2 isi hatiku sehingga aku gak bisa ngapa2in selain ngaku secara terbuka di hadapan Tuhan sambil nangis2 dan ngerasa malu.
Thanks God! :-)
Aku menyesal dulu pernah pacaran tanpa melibatkan Tuhan dan juga berdosa di hadapan-Nya termasuk mencintai si mantan lebih daripada mengasihi Tuhan.
Tapi aku tidak menyesal untuk segala sesuatu yang sudah terjadi dan juga saat memutuskan hubungan sama dia. Karena akhirnya aku tahu bahwa hubungan dengan Kristus jauh lebih berharga daripada hubungan dengan siapapun juga.

Kecuali amnesia, aku sepertinya nggak bisa melupakan apa yang sudah terjadi sepanjang masa pacaran itu. Juga nggak mungkin untuk lupa sama orangnya. He was my 1st important person! Tapi SANGAT MUNGKIN untuk tidak mencintai dia lagi, tidak bersedih hati lagi, tidak merasa kehilangan lagi. Dan yang paling penting, di dalam Tuhan Yesus, LEBIH DARI MUNGKIN untuk BERSYUKUR saat mengingat semuanya itu.

Aku menulis ini sebagai suatu peringatan akan apa yang terjadi dalam hidupku dan masih menjadi pergumulanku. Juga sebagai suatu kesaksian bagi mereka yang pernah patah hati dan masih bergumul akan pemulihan hatinya. Aku menutup tulisan ini dengan ayat favoritku selama patah hati.

TUHAN itu dekat kepada orang-orang yang patah hati, dan Ia menyelamatkan orang-orang yang remuk jiwanya.
(Mazmur 34:19)

2 comments:

Paulus Teguh said...

Wah bagus nih.... hahaha
Tapi hati-hati lho, ntar kalau mantanmu baca ini, bisa marah tuh dia... hahaha...

Lucu juga kamu ini, terutama tulisan-tulisan yang dikecilkan itu.... hahahaha...

Kita harus berdamai dengan masa lalu, bukan melupakan masa lalu. Kalau berusaha melupakan, itu sia-sia; karena sewaktu-waktu kita pasti bakal ingat lagi.

Terimalah semua masa lalumu itu sebagai anugrah Tuhan. Tanpa semua masa lalumu, kamu tidak akan menjadi orang seperti sekarang ini.

Ingat Mazmur 23? Tuhan tidak hanya menuntun kita di padang berumput hijau, namun juga dalam lembah kekelaman. :)

Novi Kurniadi said...

Hahaha.. kayaknya sih gak akan baca.. kalopun baca ya sudah.. harusnya dia tau kami beda prinsip dan doktrin..

Thanks Paulus :)

Post a Comment