Ketika hari-hari menjelang sidang semakin dekat, Tuhan mengingatkan aku sebuah ayat dari Filipi 4:7.
And the peace of God, which surpasses all understanding, guard your hearts and minds through Christ Jesus.
Bisa keinget lagu ini gara-gara inget satu lagu yang beberapa kali dinyanyikan di gereja. Ini lagunya:
Bener-bener lagu dan ayatnya menguatkan banget pada detik-detik menjelang sidang, Kamis, 4 April 2013. Aku cukup kaget juga waktu lihat Majalah Pearl bulan April-Mei punya tema serupa. Hehe... Itu seakan-akan bener-bener konfirmasi bahwa aku membutuhkan damai sejahtera dari Tuhan yang melampaui segala akal. Itu sebabnya ketika ada yang mau doain, aku minta didoakan supaya ada damai sejahtera.
Saat itu dalam pikiranku, damai sejahtera dibutuhkan supaya aku bisa tenang, gak grogi waktu sidang, trus bisa menjawab pertanyaan demi pertanyaan dengan lancar. Apalagi selama persiapan sidang bahkan ketika simulasi, aku mendapati banyak kekurangan di skripsiku. Lebih tepatnya banyak kekacauan sih... Namun ketika Roh Kudus mengingatkanku pada ayat ini, itu semata-mata bukan sekedar supaya aku menjadi tenang, melainkan karena Tuhan sendiri memegang kontrol dan Dia tahu dengan pasti yang aku butuhkan untuk menghadapi tantangan di hari sidang. Dia tahu persis bahwa lulus sidang bukan segalanya. Adalah jauh lebih penting untuk benar-benar punya damai sejahtera yang melampaui segala akal, supaya hati dan pikiranku terjaga di dalam Kristus.
Aku bersyukur sebelum sidang ada banyak dukungan yang boleh aku terima. I thank to my God everytime I remember them!
Jam 11 siang, Kamis, 4 April 2013, aku masuk ke ruang sidang. Presentasi berjalan dengan luar biasa grogi. Beberapa kali salah ngomong, trus salah mencet pointer-nya. Ketika waktunya menjawab pertanyaan, terus terang sekalipun aku jawab semuanya, tapi ada banyak hal yang dibahas oleh dosen penguji yang benar-benar krusial. Memang banyak ketidaksempurnaan. Tapi aku sudah merasa lebih siap menghadapi kalau kekacauan dalam skripsiku dibongkar.
Namun aku sama sekali tidak siap untuk mengetahui hasilnya. Setelah sekitar setengah jam berdiskusi, para dosen penguji memutuskan bahwa status kelulusanku harus dipending, dan MUNGKIN (bisa ya bisa gak dong?) aku harus sidang ulang. Selain itu ada banyak major revision, bahkan aku harus ganti judul. Kaget, aku cuma bisa mengangguk-angguk aja, dan selama dalam ruangan aku berusaha mencerna apa yang terjadi. Setelah para dosen penguji keluar, baru deh teman-teman menghambur masuk dan air mataku keluar.
Bener-bener nggak nyangka.....
Hari itu aku bener-bener merasa terpukul. Temen-temenku yang lain lulus, tapi aku? Memang belum dinyatakan fail, tapi bagiku saat itu rasanya bener-bener gagal total. Terus terang aku ngrasa minder, jadi ngrasa kalau skripsiku paling kacau.... Somehow, I feel stupid....
SMS demi sms dukungan dari temen-temen bukannya nambah semangat malah makin ngrasa down karena terima banyak ungkapan keprihatinan.
Siang itu yang bisa bikin lega adalah ketika beberapa orang dateng ke kamar untuk duduk dan dengerin aku nangis. Mereka juga sempat lihat-lihat skripsiku yang jelas-jelas nggak mau aku sentuh hari itu and of course, offering help. Yang jelas sih, aku merasa sangat terhibur mendapati mereka mau ngasih waktu and undivided attention to support me that day.
Hari-hari berikutnya bukan makin mudah malah makin sulit. Ada temen-temen yang telat taunya kalo aku belum lulus. Trus dengan pedenya waktu ketemu, mereka malah say "congrats" aja. Ya gak salah juga sih, they just hoped for the best. Tapi beneran sedih banget lah.... Aku jadi mellow setiap kali ada yang ngomongin soal lulus/ga lulus, sidang, skripsi, dan setiap kata yang berhubungan dengan itu.
Aku ingat hari Sabtu-nya setelah sidang, seorang teman memanggilku dengan sebutan ibu gembala, trus aku bilang, "Nggak layak lah aku dipanggil gitu. Gelar aja nggak punya." Trus langsung nangis deh..... T_T
Temenku tuh langsung serba salah gitu. Hehe... Trus dia peluk dan berusaha menghibur. Tapi beneran sediiiiiiiiiiiiiiiiihhhhh bangeeeeeet. Nggak cuma itu, aku juga kuatir lo kalo beneran ntar dinyatakan "fail", berarti harus bayar sendiri dong, karena beasiswaku kan cuma berlaku 4 tahun aja, nggak lebih. Tau sendiri lah UPH mahalnya kayak apa. Mau bayar pake apa?? Untuk bayar kuliah adikku aja ortu harus bersusah payah, apalagi kalo sampe harus bayarin aku.
Dari hari Kamis, Jumat, Sabtu, sampai Minggu, tiada hari tanpa air mata. Teman-teman datang silih berganti, nanyain, doain, dan pastinya bikin nangis. Mereka nggak jahat kok, cuma membantuku mengekspresikan perasaanku. Jadi ya gitu deh, nangis terus bawaannya. Padahal aku maunya cuma nangis sehari aja di hari Kamis, ternyata malah 4 hari berturut-turut nangis melulu. Capek banget, tapi sekarang kalo dipikir-pikir lagi aku bersyukur lo ada orang-orang yang bikin nangis. Hehe.... Dengan begitu setiap perasaan, pikiran, kebingungan, kekuatiran, kegelisahan, semuanya bisa dituangkan. Jadi nggak ada yang dipendam-pendam atau menjadi beban dalam hati dan pikiran, sehingga hari Senin-nya aku bisa siap untuk ketemu dengan dosen yang menjadi ketua riset & skripsi serta ibu dekan yang merupakan salah satu dosen penguji juga. Dari pengalaman ini aku melihat betapa luar biasanya tangan Tuhan bekerja mengatur segala sesuatu pada waktunya. Seandainya aku nggak nangis 4 hari berturut-turut, hatiku nggak mungkin cukup lega untuk bertemu dengan dua dosen tersebut. Thanks God for working inside me, calm the storm in me and gave me peace!
to be continue......
And the peace of God, which surpasses all understanding, guard your hearts and minds through Christ Jesus.
Bisa keinget lagu ini gara-gara inget satu lagu yang beberapa kali dinyanyikan di gereja. Ini lagunya:
Bener-bener lagu dan ayatnya menguatkan banget pada detik-detik menjelang sidang, Kamis, 4 April 2013. Aku cukup kaget juga waktu lihat Majalah Pearl bulan April-Mei punya tema serupa. Hehe... Itu seakan-akan bener-bener konfirmasi bahwa aku membutuhkan damai sejahtera dari Tuhan yang melampaui segala akal. Itu sebabnya ketika ada yang mau doain, aku minta didoakan supaya ada damai sejahtera.
Saat itu dalam pikiranku, damai sejahtera dibutuhkan supaya aku bisa tenang, gak grogi waktu sidang, trus bisa menjawab pertanyaan demi pertanyaan dengan lancar. Apalagi selama persiapan sidang bahkan ketika simulasi, aku mendapati banyak kekurangan di skripsiku. Lebih tepatnya banyak kekacauan sih... Namun ketika Roh Kudus mengingatkanku pada ayat ini, itu semata-mata bukan sekedar supaya aku menjadi tenang, melainkan karena Tuhan sendiri memegang kontrol dan Dia tahu dengan pasti yang aku butuhkan untuk menghadapi tantangan di hari sidang. Dia tahu persis bahwa lulus sidang bukan segalanya. Adalah jauh lebih penting untuk benar-benar punya damai sejahtera yang melampaui segala akal, supaya hati dan pikiranku terjaga di dalam Kristus.
Aku bersyukur sebelum sidang ada banyak dukungan yang boleh aku terima. I thank to my God everytime I remember them!
Buavita dari Amel waktu badanku lemes seharian dan sariawan (H-3 before the DAY) |
Little card from Nita (15 hours before the defense) :) |
little board in my bedroom |
Hahahaaa :D ini ditulis sama junior-junior di kamar malam sebelum aku sidang, dan mereka niat banget bawa board ini waktu aku sidang :p |
Namun aku sama sekali tidak siap untuk mengetahui hasilnya. Setelah sekitar setengah jam berdiskusi, para dosen penguji memutuskan bahwa status kelulusanku harus dipending, dan MUNGKIN (bisa ya bisa gak dong?) aku harus sidang ulang. Selain itu ada banyak major revision, bahkan aku harus ganti judul. Kaget, aku cuma bisa mengangguk-angguk aja, dan selama dalam ruangan aku berusaha mencerna apa yang terjadi. Setelah para dosen penguji keluar, baru deh teman-teman menghambur masuk dan air mataku keluar.
Bener-bener nggak nyangka.....
Hari itu aku bener-bener merasa terpukul. Temen-temenku yang lain lulus, tapi aku? Memang belum dinyatakan fail, tapi bagiku saat itu rasanya bener-bener gagal total. Terus terang aku ngrasa minder, jadi ngrasa kalau skripsiku paling kacau.... Somehow, I feel stupid....
SMS demi sms dukungan dari temen-temen bukannya nambah semangat malah makin ngrasa down karena terima banyak ungkapan keprihatinan.
Siang itu yang bisa bikin lega adalah ketika beberapa orang dateng ke kamar untuk duduk dan dengerin aku nangis. Mereka juga sempat lihat-lihat skripsiku yang jelas-jelas nggak mau aku sentuh hari itu and of course, offering help. Yang jelas sih, aku merasa sangat terhibur mendapati mereka mau ngasih waktu and undivided attention to support me that day.
Hari-hari berikutnya bukan makin mudah malah makin sulit. Ada temen-temen yang telat taunya kalo aku belum lulus. Trus dengan pedenya waktu ketemu, mereka malah say "congrats" aja. Ya gak salah juga sih, they just hoped for the best. Tapi beneran sedih banget lah.... Aku jadi mellow setiap kali ada yang ngomongin soal lulus/ga lulus, sidang, skripsi, dan setiap kata yang berhubungan dengan itu.
Aku ingat hari Sabtu-nya setelah sidang, seorang teman memanggilku dengan sebutan ibu gembala, trus aku bilang, "Nggak layak lah aku dipanggil gitu. Gelar aja nggak punya." Trus langsung nangis deh..... T_T
Temenku tuh langsung serba salah gitu. Hehe... Trus dia peluk dan berusaha menghibur. Tapi beneran sediiiiiiiiiiiiiiiiihhhhh bangeeeeeet. Nggak cuma itu, aku juga kuatir lo kalo beneran ntar dinyatakan "fail", berarti harus bayar sendiri dong, karena beasiswaku kan cuma berlaku 4 tahun aja, nggak lebih. Tau sendiri lah UPH mahalnya kayak apa. Mau bayar pake apa?? Untuk bayar kuliah adikku aja ortu harus bersusah payah, apalagi kalo sampe harus bayarin aku.
Dari hari Kamis, Jumat, Sabtu, sampai Minggu, tiada hari tanpa air mata. Teman-teman datang silih berganti, nanyain, doain, dan pastinya bikin nangis. Mereka nggak jahat kok, cuma membantuku mengekspresikan perasaanku. Jadi ya gitu deh, nangis terus bawaannya. Padahal aku maunya cuma nangis sehari aja di hari Kamis, ternyata malah 4 hari berturut-turut nangis melulu. Capek banget, tapi sekarang kalo dipikir-pikir lagi aku bersyukur lo ada orang-orang yang bikin nangis. Hehe.... Dengan begitu setiap perasaan, pikiran, kebingungan, kekuatiran, kegelisahan, semuanya bisa dituangkan. Jadi nggak ada yang dipendam-pendam atau menjadi beban dalam hati dan pikiran, sehingga hari Senin-nya aku bisa siap untuk ketemu dengan dosen yang menjadi ketua riset & skripsi serta ibu dekan yang merupakan salah satu dosen penguji juga. Dari pengalaman ini aku melihat betapa luar biasanya tangan Tuhan bekerja mengatur segala sesuatu pada waktunya. Seandainya aku nggak nangis 4 hari berturut-turut, hatiku nggak mungkin cukup lega untuk bertemu dengan dua dosen tersebut. Thanks God for working inside me, calm the storm in me and gave me peace!
to be continue......
No comments:
Post a Comment