Friday, June 29, 2012

Serve your family

Salah satu cara untuk memanfaatkan waktu liburan di rumah adalah belajar melayani seisi keluarga sekalian persiapan buat masa depan saat sudah punya rumah sendiri. Hehehe.... Sudah terlalu lama kita dimanjakan orang tua di rumah. Sudah terlalu lama juga Mama capek-capek mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Biarkan orang tuamu libur sejenak.... Daripada seharian tidur atau main game, sebaiknya coba sekali-kali gantikan tugas mereka.

Liburan kali ini aku mendapat lebih banyak kesempatan untuk melakukan beberapa pekerjaan rumah tangga. Weekend ini Mama ada acara di Malang. Jadi tinggal aku-lah satu-satunya wanita di rumah. Beberapa hal harus aku kerjakan: masak nasi, menyiapkan makanan, wash the dishes, bersih-bersih rumah (gak ada pembantu lo), do laundry, etc. O ya, mesti siap-siap ditinggal di rumah sendirian kalo pagi-siang gitu soale Papa pergi kerja, trus Titi kalo ga fitnes/hang out sama temen-temennya/ke kampus buat pengarahan orientasi blablablabla....

Sejujurnya.... gak enak lo sepi sendiri di rumah. >.<
Sekarang aku tau rasanya jadi ibu rumah tangga. Suami kerja, anak-anak sekolah. Kerjaan rumah tangga numpuk: baju, cucian, piring, masakan, blablabla.... Ntar kalo anak-anak pulang, dia juga harus susah payah mengajar dan mendidik anak-anaknya yang nggak nurut tiap saat. Belum lagi suaminya kalo pulang rumah ada problem apa gitu... Huuuaaaaa.....

Adalah sebuah PENGORBANAN besar kalau seorang wanita di zaman ini, apalagi yang punya gelar dan pendidikan tinggi akhirnya memilih untuk meninggalkan karirnya dan menjadi ibu rumah tangga serta bekerja dari rumah.

Beberapa waktu lalu, aku nanya ke Mama, bagaimana dia bertahan menghadapi hari demi hari, mengerjakan setiap tanggung jawabnya sebagai seorang ibu rumah tangga, sedangkan di sisi lain ia juga bukan orang yang dipanggil untuk melayani Tuhan dengan duduk diam di rumah. Dengan jujur Mama cerita kalo seringkali ia merasa terjebak dalam lingkaran pekerjaan yang nggak ada abis-abisnya. Dengan jujur Mama katakan kalo seringkali ia juga lelah, bukan cuma secara fisik, namun mental juga. Namun ia bersyukur bisa ada di rumah dan melayani seluruh keluarganya sebelum keluyuran ke mana-mana melayani orang lain. Dampak pelayanannya hari demi hari bisa ia rasakan sekarang. Sekalipun ada banyak badai permasalahan yang menghantam, namun keluarga kami senantiasa kompak.

Entah ada berapa banyak keluarga yang saat ini tidak kompak sekalipun mereka tinggal di satu rumah dan itu semua tidak lepas dari pengaruh seorang istri dan ibu. Sekalipun saat ini masih single, aku nggak bisa bilang, "O  ya, nanti aja kalo sudah married, aku akan begini.. begitu.." No! Tidak ada jaminan aku akan melayani keluargaku dengan sepenuh hati di masa depan kalo sekarang aja aku malas dan tidak belajar untuk melayani keluargaku. Hal yang sama berlaku juga untuk para pria.

Beberapa tahun belakangan aku melihat Papa juga share tanggung jawabnya di rumah dengan Titi. Misalnya sekarang Titi bertanggung jawab transfer uang sakuku tiap bulan, bayar listrik, air, PBB, dll. Kalau galon di rumah abis, yang gantiin juga Titi. Kalo Mama perlu pergi ke pasar atau ke mana, Titi juga yang nganterin. Hal-hal yang tampaknya sangat sederhana. Namun dengan cekatan dia bisa melakukan semua itu, termasuk nyuci baju. Tidak semua cowok umur 18 tahun kayak dia tahu caranya pake mesin cuci lo. Hehe.... Suatu hari kalo dia punya rumah sendiri, bahkan udah married, dia nggak kaget dan bahkan sudah biasa melakukan   hal-hal tersebut. Belakangan aku mendapati dia semakin bertanggung jawab dengan segala sesuatu yang dipercayakan kepadanya.

Kelihatanya sepele dan seringkali nggak terlalu kelihatan berdampak ketika kita belajar melayani keluarga di rumah. Namun sebenarnya tanggung jawab dalam rumah tangga yang tampak kecil itu kalo kita lakukan dengan setia dan tekun setiap hari akan membentuk karakter kita. Rasa tanggung jawab akan semakin bertumbuh. Kasih buat keluarga juga semakin besar. Disiplin juga dilatih. Pekerjaan rumah tangga itu nggak bisa ditunda. Pekerjaan sehari cukup untuk sehari. Kalo ditunda, pekerjaan rumah tangga akan menumpuk dan jelas menimbulkan kacau balau bahkan mengganggu interaksi anggota keluarga.

Pelayanan tidak dimulai dari Gereja. Justru pelayanan dimulai dari rumah, dari keluarga sendiri. Coba intip apa kata Paulus kepada Timotius mengenai syarat-syarat penilik jemaat dan diaken.

Benarlah perkataan ini: "Orang yang menghendaki jabatan penilik jemaat menginginkan pekerjaan yang indah." Karena itu penilik jemaat haruslah seorang yang tak bercacat, suami dari satu isteri, dapat menahan diri, bijaksana, sopan, suka memberi tumpangan, cakap mengajar orang, bukan peminum, bukan pemarah melainkan peramah, pendamai, bukan hamba uang, seorang kepala keluarga yang baik, disegani dan dihormati oleh anak-anaknya. Jikalau seorang tidak tahu mengepalai keluarganya sendiri, bagaimanakah ia dapat mengurus Jemaat Allah? Janganlah ia seorang yang baru bertobat, agar jangan ia menjadi sombong dan kena hukuman Iblis. Hendaklah ia juga mempunyai nama baik di luar jemaat, agar jangan ia digugat orang dan jatuh ke dalam jerat Iblis. Demikian juga diaken-diaken haruslah orang terhormat, jangan bercabang lidah, jangan penggemar anggur, jangan serakah, melainkan orang yang memelihara rahasia iman dalam hati nurani yang suci. Mereka juga harus diuji dahulu, baru ditetapkan dalam pelayanan itu setelah ternyata mereka tak bercacat. Demikian pula isteri-isteri hendaklah orang terhormat, jangan pemfitnah, hendaklah dapat menahan diri dan dapat dipercayai dalam segala hal. Diaken haruslah suami dari satu isteri dan mengurus anak-anaknya dan keluarganya dengan baik. Karena mereka yang melayani dengan baik beroleh kedudukan yang baik sehingga dalam iman kepada Kristus Yesus mereka dapat bersaksi dengan leluasa. (1 Timotius 3:1-12)

Gereja yang kokoh berasal dari keluarga-keluarga yang kokoh. Bangsa yang kuat juga berasal dari keluarga-keluarga yang kuat. Kekokohan dan kekuatan dalam keluarga dibangun dari kesediaan setiap anggota keluarganya untuk saling melayani satu sama lain.

Gimana kalau keluarga sudah terlanjur berantakan? Di dalam Tuhan tidak ada yang mustahil! Justru Dia-lah yang sanggup membuat hati bapa-bapa berbalik kepada anak-anaknya dan hati anak-anak kepada bapa-bapanya (Maleakhi 4:6). Tetap doakan mereka dan tunjukkan kasihmu dengan perbuatan. Layani mereka tanpa bersungut-sungut sekalipun kamu mungkin tidak dihargai. Namun tetap layanilah keluargamu dengan sepenuh hati seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Nantikan Tuhan bekerja memakai ketulusanmu melayani untuk memulihkan keluargamu. Sebuah film Kristen berjudul "FIREPROOF"  menggambarkan hal ini dengan jelas. Dalam film tersebut, kesediaan si suami melakukan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga membuat istrinya yang tadinya sudah menggugat cerai akhirnya merasa heran, tersentuh, dan singkat cerita gak jadi cerai malah hubungan mereka dipulihkan. Cerita lengkapnya nonton sendiri ya! Hehe... Terakhir aku tahu sih DVD-nya dijual seharga Rp 99000,-. Cari di toko buku Kristen ya!

Nah, kalau tinggal jauh dari rumah? Misal kuliah di luar kota atau luar negri. Ya kalau masih punya roommate/housemate gitu ya layani lah mereka terlebih dulu sebelum sibuk pelayanan di luar. Kalau gak punya roommate/housemate ya pastikan diri sendiri dan rumah/kamar sendiri beres sebelum melayani orang lain. Oke?

Ikuti teladan Yesus Kristus. Dia memilih untuk melayani keluarganya (Yusuf, Maria, dan adik-adiknya) sebelum mengerjakan pelayanan-Nya. Lihatlah betapa rendah hati Tuhan kita! Dia tidak dengan sombong mementingkan pelayanan-Nya, sekalipun Dia Tuhan dan Juruselamat dunia. Justru pelayanan-Nya baru dimulai pada usia 30 tahun. Ketika Dia terpaku di atas kayu salib aja masih sempat loh nitip pesen sama Yohanes supaya jagain Mamanya, si Maria. Yuk, ikuti teladan Tuhan kita dan jadilah anggota keluarga yang bertanggung jawab, mengasihi dan melayani keluarga dengan sukacita.

Selamat melayani keluargamu! :D


2 comments:

Paulus Teguh said...

wah tipe orang yang bisa menjadi istri yang baik nih.... haha
benar-benar tipe keluarga teladan, so impressed :)

Ironisnya, saat ini banyak hamba Tuhan yang keluarganya justru berantakan....

Novi Kurniadi said...

Makasih :)

Seringkali hamba Tuhan juga perlu diingatkan betapa pentingnya melayani keluarga lebih dulu sebelum melayani jemaat.

Post a Comment