Memasuki tanggal tua, rasanya pengeluaran harus diirit-irit, bahkan buat diri sendiri harus agak pelit. Hehehe... Sekarang setelah bekerja, aku jadi merasakan betapa tidak mudah untuk hidup mencukupkan diri dengan apa yang aku punya. Malah seringkali sudah dihemat sebaik mungkin, tetap rasanya kurang. Keluhan ini masih bisa diperpanjang dengan fakta bahwa sekarang Papa sudah meninggal, Titi masih kuliah, Mama tidak bekerja. Jadi rasanya wajar kalau aku jadi begitu pelit misalnya. Wajar kalau aku bahkan tidak berpikir sedikitpun untuk peduli pada orang-orang lain yang lebih miskin dan membutuhkan. Diri sendiri butuh kok. Keluargaku juga sangat butuh. Masa depanku juga jelas butuh biaya.
Tapi pagi ini di gereja, Firman Tuhan berkata lain. Dalam suratnya kepada jemaat di Korintus (II Korintus 8:1-5), Paulus menuliskan tentang jemaat Makedonia. Mereka bukan jemaat yang kaya, bahkan jelas-jelas mereka sangat miskin. Kita tidak tahu semiskin apa mereka, tapi kalau pake ukuran zaman sekarang, bisa jadi mereka hidup dengan kurang dari 2 dollar per hari. Bisa jadi buat makan aja susah. Namun mereka dengan rela hati mau memberi. Paulus bahkan menuliskan bahwa mereka memberi melampaui kemampuan mereka. Pemberian mereka jauh lebih banyak daripada yang bisa diharapkan.
Kalau dipikir-pikir, dibandingkan dengan banyaaaaaaaak orang di luar sana, hidupku harusnya termasuk berkecukupan. Apalagi kalau kategori orang-orang miskin adalah mereka yang hidup dengan kurang dari 2 dollar per hari. Malah sekalipun sedang berjuang secara finansial, tetep aja aku masih bisa mengeluarkan uang untuk hal-hal yang tidak esensial. Jadi sebenarnya aku bisa memberi. Kalau mau buka mata lebar-lebar dan menjadi lebih peka dengan lingkungan sekitar, aku bisa menemukan adanya orang-orang yang membutuhkan uluran tanganku. Bahkan dari orang-orang yang berinteraksi denganku sehari-hari.
Memberi bukan tugas orang-orang kaya, melainkan tugas jemaat sebagai tubuh Kristus untuk memperhatikan anggota lain yang lebih lemah. Ini bukan suatu beban, melainkan suatu keseimbangan yang Tuhan inginkan terjadi di dalam gereja-Nya. Oleh karena itu, diperlukan kerelaan hati dari orang-orang yang mengalami kemurahan Tuhan. Tuhan menunjukkan kasih-Nya dengan murah hati kepada orang jahat dan orang baik. Alkitab mencatat Dia memberikan matahari dan hujan kepada orang benar maupun tidak benar. Yesus menuntut kita untuk menjadi sempurna seperti Bapa di surga. Murah hati.
Kita yang menabur dengan murah hati, akan menuai banyak kemurahan hati juga dari Tuhan. Tidak perlu kita kuatir akan kekurangan. Harus diakui, seringkali aku begitu egois dan pelit. Dengan alasan ekonomiku juga sulit. Namun hari ini Firman Tuhan benar-benar merupakan suatu teguran bagiku untuk tidak menjadi egois dan menutup mata serta menolak kesempatan untuk memberi.
Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga. Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam pelbagai kebajukan. Seperti ada tertulis: "Ia membagi-bagikan, Ia memberikan kepada orang miskin, kebenaran-Nya tetap untuk selamanya." Ia yang menyediakan benih bagi penabur, dan roti untuk dimakan, Ia juga yang akan menyediakan benih bagi kamu dan melipatgandakannya dan menumbuhkan buah-buah kebenaranmu; kamu akan diperkaya dalam segala macam kemurahan hati, yang membangkitkan syukur kepada Allah oleh karena kami. (2 Korintus 9:5-11)
No comments:
Post a Comment