Thursday, February 9, 2012

Thanksgiving Thursday: I was blind, but now I see!

This post is written for Thanksgiving Thursday. For more stories, go to: http://thanksgiving-thursday.blogspot.com/

Selama bertahun-tahun jadi orang Kristen, aku tidak menyadari bahwa sebenarnya secara rohani aku ini buta, hampir sama seperti orang-orang Farisi dalam zaman Yesus Kristus. Sampai hari Minggu kemarin setelah dengar Firman baru sadar dan minta ampun sama Tuhan. Kemarin saat Life Group juga membahas bagian yang sama dan bisa dig deeper lagi sama teman-teman. Aku bersyukur bahwa tidak untuk selamanya seseorang dibiarkan buta. Tuhan penuh belas kasih. Dia datang ke dunia membawa terang dan mencelikkan mata orang-orang buta, bukan hanya secara fisik namun juga secara spiritual.

Hari Minggu lalu di Gerejaku dibahas Yohanes 9:1-41. Itu kisah mengenai seorang yang buta sejak lahirnya. Suatu kali Tuhan Yesus menyembuhkan dia dengan cara yang jorok, yang akan membuat semua dokter syok. Ia meludah dan mengaduk-aduk ludah-Nya dengan tanah lalu mengoleskan adukan itu pada kelopak mata si buta. Ia menyuruh si buta pergi ke Siloam untuk membasuh wajahnya. Singkat cerita, si buta akhirnya bisa melihat!

Kejadian ini cukup menggemparkan. Orang-orang Farisi datang, menanyai si buta dan orang tuanya. Mereka sangat tidak terima bahwa Tuhan Yesus bisa menyembuhkan orang buta ini, apalagi pada hari Sabat. Coba baca sendiri dan lihatlah bahwa ada perdebatan yang cukup seru di dalamnya. Kalau diperhatikan baik-baik, kita akan melihat bahwa ada dua sikap yang berbeda yang ditunjukkan oleh orang tua si buta dan si buta sendiri.

Orang tua si buta walaupun tahu benar bahwa anak mereka sudah sembuh, tidak berani bersaksi dengan benar di hadapan orang Farisi. Mereka takut pada orang-orang yang terkenal paling kudus se-Israel. Sebaliknya si buta berani menjawab dan bersaksi bahwa Yesus yang menyembuhkannya sungguh-sungguh berasal dari Allah. Pada akhir cerita, kita bisa mendapati bahwa dengan mudahnya si buta mempercayai Yesus Kristus.

Orang-orang Farisi tetap dalam keadaan mereka yang buta secara spiritual.

  1. Mereka tidak mampu melihat bahwa diri mereka sendiri orang-orang berdosa yang membutuhkan Allah.
  2. Mereka tidak mampu melihat bahwa esensi hari Sabat adalah Tuhan dimuliakan, bukan sekedar hari istirahat.
  3. Mereka tidak mampu melihat bahwa cara Allah bekerja tidak seperti yang dipikirkan manusia.
Hampir sama seperti mereka, dibesarkan dalam keluarga Kristen dan senantiasa hidup di tengah-tengah lingkungan Kristen sejak kecil membuatku tidak bisa menyadari bahwa secara spiritual aku buta. Pengetahuan yang banyak dan mendalam mengenai Kekristenan dan doktrin, bahkan skill untuk berapologetika tidak membuat seseorang lantas sembuh dari kebutaan spiritualnya.

Dibandingkan dengan teman-teman yang bukan berasal dari keluarga Kristen, sulit bagiku untuk melihat diri sebagai orang berdosa. Rasanya selama ini hidupku cukup lurus. Pengetahuan Alkitab banyak. Pelayanan segudang. Kurang baik apa? Mudah bagiku untuk akhirnya tergelincir dalam dosa kesombongan tanpa menyadarinya dan sulit untuk bertobat lagi!

Terkadang terlalu banyak tahu kebenaran Firman Tuhan membuat aku juga gagal untuk menaati Firman dengan segenap hati. Yang ada justru jatuh lagi dalam dosa formalism: melakukan segala sesuatu hanya sebatas formalitas. Yang penting ke Gereja, pelayanan, Saat Teduh lancar setiap hari. Aku gagal untuk melihat bahwa yang penting bukan kegiatannya, melainkan hati yang mengasihi Tuhan.

Mungkin kalau seandainya si buta itu disembuhkan oleh Tuhan Yesus di depan mataku, kemungkinan besar aku tidak akan percaya bahwa Dia berkuasa menyembuhkan dengan menggunakan adukan tanah yang bercampur dengan ludah-Nya! (yaiks!) Kenapa? Karena ternyata aku tidak benar-benar mengerti bahwa cara Tuhan bekerja tidak sama dengan apa yang kupikirkan!

Sebab rancangan-Ku bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalan-Ku, demikianlah firman TUHAN. Seperti tingginya langit dari bumi, demikianlah tingginya jalan-Ku dari jalanmu dan rancangan-Ku dari rancanganmu. (Yesaya 55:-8-9)

Kemarin saat Life Group, my huddlegroup sih sepakat ya kalau setiap orang pada dasarnya tuh buta secara spiritual. Kalau hari ini kita bisa merendahkan diri di hadapan Tuhan, bisa menyadari betul betapa unworthy-nya diri kita, bisa terharu sama kasih Tuhan yang luar biasa besar, bisa bersaksi kepada banyak tentang Dia dan bawa orang lain menerima Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat, bisa berdiri sebagai penyembahNya.... semua itu karena anugerah-Nya. Orang yang lahir dan besar di dalam Gereja dan dididik secara doktrinal sejak kecil belum tentu bisa mengasihi Tuhan dan menjadikan Dia sebagai Raja dalam hidupnya! Sungguh ajaib bagaimana anugerah keselamatan diberikan bagi setiap orang percaya!

Di akhir khotbah Minggu lalu dan Life Group kemarin, kami semua diminta untuk share tentang Tuhan Yesus dan apa yang Dia kerjakan pada seseorang. Terus terang aku jarang punya teman non-Kristen. Hampir semua orang yang aku kenal rata-rata pasti Kristen meskipun ada yang Kristen-nya nggak asli. Bukan cuma orang-orang di luar Gereja dan lingkungan Kristen yang butuh evangelism. Yang di dalam juga butuh! Penting untuk benar-benar menjadi orang-orang yang kenal langsung pribadi Kristus (first hand witnessess) dan bukan sekedar ikut-ikutan walaupun pengetahuan kekristenannya banyak juga (second hand witnessess).

I was blind, but now I see!
And I want others to see with their own spiritual eyes that Jesus Christ is the LORD!
How about you? Think about someone to share about Jesus this week!

No comments:

Post a Comment