Thursday, January 17, 2013

Thanksgiving Thursday: He is the Answer

Sejak masih praktikum di Batam, laptopku sudah semakin rewel. Battre drop sama sekali sehingga aku harus selalu set date and time tiap kali nyalain laptop. Selain itu colokan chargernya melonggar sehingga mesti diputar-putar sebelum bisa digunakan. Kalo kabelnya kesenggol dikit aja, matilah tuh laptop. Namun selama laptopnya masih oke, bisa dipake dengan lancar, aku sih sabar-sabar aja dan nggak banyak mengeluh. Bulan Desember lalu, sekitar 2 minggu sebelum pulang ke Surabaya, laptopku mulai melambat dari starting windows. Pernah suatu malam aku nungguin tuh laptop dari jam 8-12 malam tanpa hasil yang memuaskan. Besok paginya, laptop itu bisa digunakan dengan normal. Hal ini terus terjadi beberapa kali. Penulisan skripsi jelas terhambat. Buka Ms. Word aja bisa not responding saking lambatnya. Ketika berhasil open Ms.Word, beberapa kali aku sudah ngetik lumayan panjang, eh tiba-tiba laptop mati seenaknya. Gubraaaaaakkkkk...

Pulang ke Surabaya, aku cerita sih ke orang-orang rumah mengenai masalah laptopku tapi ya nggak begitu mengeluh karena toh masih bisa dipake dengan normal selama nggak kumat. Asal harus super hati-hati. Baru beberapa hari pulang ke rumah,  laptop ini tiba-tiba menjadi super lambat. Sempat mengira mungkin kena virus, tapi setelah dicek ternyata bukan. Kalo dicek di windows task manager, CPU usage-nya nggak stabil, naik turun nggak karuan dan seringkali nyampe 100% padahal nggak buka aplikasi apa-apa. Memory-nya kesedot banyak gak tau ke mana. Titi coba cek dan menemukan banyak program-program dan file-file gak penting di laptopku. Banyak juga program-program yang harusnya di-uninstall ternyata aku cuma main delete aja. Namun setelah semua itu dibereskan, performance laptop tetep lambat. Masalah ini sempat terlupakan karena liburan Natal dan tahun baru serta beberapa acara keluarga. Sampe akhirnya Papa minta tolong seorang teman di gereja untuk membantu.

Nah katanya si Om yang bantuin itu, kayaknya harus nambah internal memory. Soalnya laptopku itu Windows 7 dan internal memory-nya cuma 1GB, padahal seharusnya untuk pake Windows 7 at least laptopnya harus punya internal memory sebesar 2GB. Yang bikin aku bingung, kok selama 3 tahun ini dengan memory 1GB bisa lancar-lancar aja? Oke, mungkin bisa lah nambah memory, tapi aku nggak yakin itulah sumber masalahnya.

Setelah itu selama 3 hari berturut-turut Titi coba clean up sendiri, utak-atik pake Tune Up Utilities, dan gak tau lah diapain lagi sama dia. Eh tiba-tiba bisa lancar sendiri. Bisa dipake normal. Speed-nya udah oke. Wah, siapa yang nggak seneng.. hehe.. Nggak cuma seneng, tapi rasanya bangga punya adik kayak Titi. Nggak percuma dia kuliah IT walaupun baru satu semester. Malam itu juga dia bawa laptopku buat main game online sama temen-temennya. Ya aku relakan lah.... Toh dia juga yang banyak berusaha memperbaiki laptopku. Saat pulang ke rumah, dia bilang laptopnya kumat lagi. Aku jadi merasa down lagi.

Hari berikutnya Papa kontak Kuku (adik perempuannya, bisa dibilang Tanteku lah). Kuku menyarankan supaya kami menemui temannya di Hi-Tech Mall. Nyampe di sana, ditambahin lah memory 1GB, jadi sekarang internal memory-nya 2GB. Tetep aja nggak ngaruh, dinyalain masih super lambat gitu. Orang yang masangin tambahan memory-nya itu bilang kayaknya nih Windows-nya yang bermasalah. Jadi kami komunikasikan ke temannya Kuku ini supaya bisa diinstall ulang tuh Windows-nya.

Besoknya, Papa dan aku pergi ngambil laptopnya. Masih sama, super lambat. Performa laptop juga masih nggak stabil. Kami hubungi lagi temennya Kuku itu dan beliau bilang kayaknya hard disk-ku yang rusak. Tapi beliau tidak berani menjamin kalau ganti hard disk lantas masalahnya beres. Ya ampyuuuuun.... Malam itu aku nggak selera makan meskipun ya makan juga karena laper. Minggu  (13/1) aku harus balik ke Karawaci dan pastinya balik bikin skripsi lagi. Gimana caranya bikin skripsi dengan laptop kayak gitu? Hopeless rasanya.... Berkali-kali aku mengeluh. Seakan-akan nasib kelulusanku ada di laptop. Iya sih, semua datanya di laptop. Selain itu kalo nggak ada laptop, mau ngetik pake apa? Untuk beli baru juga sangat tidak mungkin.

Saat-saat hopeless begitu, sulit untuk menjaga pikiran dan bibir tetap positif. Orang-orang yang kusebutkan di atas belajar dan bekerja di bidang IT tetapi tidak menemukan dengan tepat sumber masalah laptopku. Jadi siapa lagi yang mau dimintai tolong? Pada saat-saat seperti itu aku merasa bahwa Tuhan benar-benar menegur sikap dan responsku yang negatif. Aku mengeluh sedemikian rupa sehingga sadar nggak sadar sebenarnya aku tidak percaya bahwa Tuhan berkuasa menolong. Bukan berarti Tuhan berjanji bahwa masalah ini pasti beres. Tidak sama sekali. Setiap kali aku berdoa, baca Firman, denger kotbah, tidak sekalipun Tuhan membahas mengenai laptop. Bukan berarti Dia tidak tahu dan tidak mengerti, apalagi gaptek. Namun bagi Tuhan ada yang jauh lebih penting daripada sekedar masalah yang kuhadapi. Yang jauh lebih penting adalah untuk melihat kepada Kristus sebagai pusat kehidupanku. Tuhan membuatku melihat bahwa seringkali aku melihat segala sesuatu dari sudut pandangKU. Akulah pusat hidupku. Jadi ketika ada masalah, aku melihat pada masalahku. Saat tidak seorangpun berhasil menyelesaikan masalah laptopku, aku memutuskan bahwa tidak seorangpun bisa menolong. Saat itulah Roh Kudus memakai segala cara: Firman, doa, orang-orang di sekitarku, untuk menuntunku untuk datang kepada Tuhan, mengakui dosaku, dan benar-benar berserah kepada Tuhan. Melalui Firman Tuhan, aku belajar bahwa Tuhan ingin supaya aku bertanggung jawab akan hidupku dengan DIA sebagai pusat hidupku. Respon dan sikapku harus dipusatkan kepada Tuhan, bukan kepada masalah, apalagi benda mati seperti laptop, betapapun pentingnya itu. Aku tidak lagi fokus kepada Tuhan. Tidak lagi menjunjung hubungan pribadi dengan Tuhan lebih dari segalanya. Aku ingat hari Minggu malam hang out sama Silvi dan dia menegurku karena tidak fokus lagi pada Tuhan. Dia juga sangat memberikan dukungan supaya aku bisa fokus lagi kepada Tuhan. Jawaban permasalahanku dan jawaban atas hidupku adalah TUHAN.

Begitu balik ke Karawaci pada hari Minggu, aku cerita sama roommate-ku yang seangkatan, Debora, atau biasa dipanggil Bora. Dia dengan senang hati merekomendasikan pacarnya, Yoshua, yang juga temen seangkatan untuk ngecek masalah laptopku. Untungnya aku nggak begitu pesimis dan hopeless mengenai laptopku setelah benar-benar berdoa kepada Tuhan dan berserah bahwa entah bagaimana Dia Allah yang peduli. Aku setuju sih ngasih laptopku untuk dicek Yoshua. Namun hari Senin saat aku coba nyalain laptop, ternyata bisa dipake normal. Jelas aku seneng banget. Tapi ya seperti yang sudah-sudah, hal tersebut tidak berlangsung lama. Malam harinya sudah kumat lagi. Jadi Selasa kemarin, aku kasih laptopku untuk dicek sambil berdoa supaya kali ini Tuhan kasih hikmat untuk Yoshua supaya dia bisa benar-benar menemukan masalah yang sesungguhnya dan memberikan solusi yang tepat.

Puji Tuhan, kali ini ketahuan masalahnya apa. Sebenernya semua orang yang aku sebut di atas dan diriku sendiri juga tahu bahwa charger laptopku sangat rewel sementara battre nggak berfungsi sama sekali. Colokannya sudah longgar, sehingga kalau sampai kesenggol dikit aja, laptopnya pasti mati. Hal itu ternyata sangat mempengaruhi kinerja laptop. Laptop jadi lambat dan nggak stabil. Solusinya tidak membutuhkan keahlian di bidang IT, cukup datang ke toko terdekat untuk beli charger laptop. Hehe....

Melihat apa yang telah terjadi sebulan belakangan, aku cukup heran mengapa nggak dari kemarin-kemarin masalah sesimple ini terungkap dan terselesaikan. Kenapa orang-orang yang kayaknya cukup berpengetahuan dan berpengalaman di bidang IT ini tidak bisa menolong sama sekali kok tidak bisa melihat masalah dan solusi yang sebenarnya bisa dibilang sudah di depan mata? Tidak seorangpun melihat hubungan antara charger laptop yang sudah nggak bener dengan kinerja laptop yang melambat. Padahal aku sudah mendoakan mereka, sebelum mereka menyentuh laptopku. Mereka juga anak-anak Tuhan. Kok Tuhan nggak kasih hikmat? Aku merasa seakan-akan Tuhan sengaja menutup dan membutakan mata mereka untuk masalah ini supaya Dia bisa menunjukkan kepadaku betapa rendahnya imanku kepada Tuhan dan betapa egoisnya aku, dengan menjadi pusat dari hidupku sendiri. Ketika aku benar-benar merendahkan diri di hadapan Tuhan dan berserah kepada-Nya, berhenti mengeluh, serta berpikir positif, dalam waktu singkat, Dia menjawab doaku dengan memberikan hikmat pada Yoshua sehingga bisa menemukan sumber masalahnya.

Untuk beli charger laptop yang baru, aku cukup bergumul karena tidak tahu harus ke toko yang mana. Sekali lagi, aku belajar bahwa Tuhan lebih dari sekedar bisa diandalkan. Sendirian mencari charger laptop di Supermal Lippo Karawaci, dengan pengetahuan minim mengenai harga dan ketersediaan charger originalnya, aku merasa bahwa Tuhan benar-benar menuntunku untuk mendatangi toko yang tepat. Tidak semua toko menjual charger yang sesuai dengan tipe laptopku, yang sudah nggak diproduksi lagi. Kebanyakan jual charger yang kompatibel, dan pastinya nggak asli. Sudah nggak asli, harganya pun nggak beda jauh dengan yang asli. Puji Tuhan, aku menemukan toko yang memang menyediakan barang asli dengan harga murah. Saat search di internet, aku mendapati bahwa toko ini lumayan sukses dengan beberapa cabang di daerah Jakarta dan sekitarnya. Bukan sembarang toko loh. Pegawainya aja pake seragam. Yang lain kan cuma kaos oblong, celana pendek, sandal jepit. Hehehe....



Sekarang aku bisa mengerjakan skripsi lagi dengan lancar, bebas hambatan dari laptop. Hehe... Oke deh, kembali ke skripsi dulu. :)

1 comment:

Paulus Teguh said...

haha, selamat ya....
beli charger laptop kayak gitu jarang ada yang jual, di surabaya setahuku cuma di THR. Beruntung sekali kalau kamu bisa menemukan toko yang jual di karawaci sana.

Well, kurasa peristiwa ini menjadi pelajaran supaya kita gak usah keburu stres dan berpikir susah-susah begitu ada masalah; seringkali sebenarnya solusinya cukup simple dan sudah di depan mata. :D

Post a Comment