Kemarin secara nggak sengaja, aku menemukan tulisan ini di Facebook. Tulisan ini milik salah satu teman baikku semasa sekolah (SD-SMP, SMA udah beda sekolah). Note ini aku publish di sini bukan sekedar karena isinya bagus dan bisa jadi berkat, melainkan karena note ini merupakan sebuah bukti bagaimana Roh Kudus bekerja mengubahkan hati dan pikiran seseorang ketika ia dilahirbarukan dalam Kristus. Selamat membaca dan kiranya Tuhan memberkati!
by Dohan Petersen on Tuesday, March 13, 2012 at 10:31am
by Dohan Petersen on Tuesday, March 13, 2012 at 10:31am
Saudaraku terkasih di dalam Yesus....
Saya merasa bahwa kehidupan kekristenan kita pada zaman ini sudah begitu jauh dari gambaran ideal. Yesus bukan lagi pusat dari kehidupan kita, melainkan kesibukan-kesibukan kita sendiri, sementara Yesus sering kali kita perlakukan tak ubahnya asisten untuk membantu mengurusi kesibukan-kesibukan itu. Mayoritas doa kita adalah meminta pertolongan dan berkat bagi kehidupan sosial kita, bukan meminta keberanian untuk menceritakan Dia kepada orang-orang yang akan kita jumpai di keseharian. Fokusnya adalah kita, bukan lagi Kerajaan Tuhan.
Meskipun jumlah jemaat tidak berkurang bahkan semakin besar, secara rohani, gereja kita hampir-hampir mati, bahkan sudah banyak yang mati. Tidak ada lagi kehangatan kasih sejati, melainkan senyum kepura-puraan, rutinitas, agenda-agenda tahunan seperti perayaan ini perayaan itu, panitia ini panitia itu. Ibadah gereja kita hambar, text book, doa-doa tertulis yang dibacakan, bahkan bacaan-bacaan responsoria yang tidak pernah berubah dari generasi ke generasi. Tidak ada kehangatan cinta akan Yesus dalam ibadah kita. Tidak ada air mata oleh keharuan akan kebaikanNya, tidak ada kebanggaan membuncah di dada akan Bapa. Kita tidak mencintai Yesus sama sekali sekalipun kita menyebut-nyebut namaNya, bahkan majelis gereja yang sedang bertugas di depan sana pun hampir-hampir tidak mencintai-Nya. Kita datang ke gereja bukan lagi karena haus akan hadirat Tuhan, dan majelis menyelenggarakan ibadah minggu bukan pula karena kobaran kasih akan Bapa, tetapi bagian dari jadwal kesibukan saja, karena tugas-tugas rutin sehubungan dengan skedul penugasan di majelis, sekedar menjaga identitas sosial kita, supaya orang tidak menyebut kita tidak beragama. Ya, kekristenan tinggal tersisa sebagai identitas ego, tak lebih dari indentitas ego lainnya seperti alumni almamater tertentu, anggota etnis tertentu, bahkan anggota partai politik tertentu. Kita malu dan marah jika agama kita diolok-olok orang, tetapi bukan lagi karena kasih dan hormat akan Yesus yang besar, melainkan karena ego kita dibuat tersinggung, sama seperti kemarahan kita ketika etnis kita diperolok-olok. Kita mengasihi diri kita sendiri, bukan TUHAN.
Tidak ada lagi doa keluarga. Ayah, ibu, anak-anak, tidak lagi berkumpul di meja dan mulai merenungkan Alkitab. Jam antara setelah makan malam sampai masuk kamar tidur, sepenuhnya telah digantikan oleh TV, atau hiburan-hiburan lainnya macam game, facebook, dan lain-lain. Ini masih gambaran di dalam keluarga yang baik, apa lagilah di dalam keluarga yang berantakan?
Kita telah menjadi sangat permisif terhadap dosa. Berita-berita selebritis yang penuh sensasi, entah soal prilaku seks yang vulgar, perceraian, dan lain sebagainya, dengan biasa-biasa saja kita tonton di TV atau baca di koran-koran. Berita perselingkuhan yang dituliskan dengan aroma cerpen porno, kita lalap dengan seunyum-senyum tersipu dan menganggapnya biasa. Adegan-adegan ciuman, bercumbu, telanjang, bahkan sampai adegan persetubuhan asli, kita anggap hal biasa saja untuk kita tonton di internet atau di keping VCD. Kita menyebutnya tontonan dewasa, dalam pengertian, boleh kita tonton jika kita golongan umur dewasa. Standar nilai kita terhadap moralitas adalah kepantasan umur, bukan lagi karena hukum kekudusan. Kita marah jika yang menonton anak remaja, tapi jika orang dewasa, kita maklum-maklum saja. Kita prihatin ketika melihat anak-anak merokok, tapi jika orang dewasa, sama sekali rasa prihatin itu tidak ada. Kita tidak lagi terkejut ketika pemain film mengolok-olok nama Yesus, bahkan kadang-kadang kita ikut tertawa geli.
Sopan santun nyaris lenyap dari muka bumi. Perempuan-perempuan kristen yang cantik dengan penuh percaya diri keluar rumah hanya dengan memakai tank top atau kaus ketat. Jika hal ini ditegur, maka yang menegur akan kita pandang seorang munafik atau fundamentalis. Zaman sekarang, orang muda bercanda genit ria dengan orang tua sudah sangat lumrah, hal biasa. Gadis-gadis bergenit-genit dengan umuran ayahnya, pemuda-pemuda bergenit-genit dengan umuran ibunya. Itu masih di kalangan keluarga baik-baik, belum kita ungkit kalangan yang gemar dunia malam.
Di sekitar saya ada begitu banyak orang tua yang tidak bisa berdoa, bagaimana di sekitar anda? Ketika ada acara arisan atau sejenisnya, ada cukup banyak orang yang bisa memberi kata sambutan. Tetapi ketika sesi berdoa, orang-orang akan saling mengelak dan saling lempar tunjuk. Berdoa kini dianggap tak lebih dari sebuah keterampilan, sama seperti keterampilan bermain gitar, sehingga tak perlu semua orang menguasainya. Bahkan sepertinya lebih mudah mencari orang yang cakap bermain gitar di dalam kumpulan daripada mencari orang yang bisa memimpin doa.
Hari minggu ke gereja tinggal sekedar rutinitas agama. Tidak ada lagi penghormatan terhadap Pengudusan Hari Minggu (Sabat untuk Bapa) sepanjang hari. Sepulang gereja, kita menghabiskan Minggu Kudus “cuci mata” ke tempat-tempat belanja atau mandi-mandi di kolam renang, menikmati enaknya hidup ini. Dengan dalih sudah selamat karena kasih karunia, kita mengacuhkan Tuhan dan firmanNya. Kita menjadikan kasih karunia sebagai dasar untuk menjadikan diri, kepentingan dan kesenangan kita fokus dari kehidupan kita, bukannya mengikuti ajaran para Rasul untuk menyangkal diri, memikul salib, mengosongan diri dan menjadikan TUHAN sebagai pusat kehidupan di dalam pimpinan Roh. Buat apa membayar perpuluhan lagi? Toh aku sudah selamat karena kasih karunia. Buat apa menguduskan hari sabat, toh itu tidak menyelamatkan. Buat apa pergi komsel, berpuasa, bertekun dalam doa, bersaat teduh, menyangkal ego, menyalibkan daging, membagi berkat, menolong orang-orang susah, dan sebagainya itu? Toh semua itu tidak menyelamatkan saya. Sungguh, pengajaran kasih karunia dan berkat-berkat-berkat yang berlebih-lebihan telah membuat kita mabuk dalam kebodohan dan kebebalan. Kita lupa bahwa RANTING YANG TIDAK BERBUAH AKAN IKUT DIPOTONG DAN DIBAKAR.
Natal dan tahun baru kita adalah hari untuk bermabuk-mabuk bagi para pria, untuk bersenang-senang di tempat-tempat hiburan. Hari untuk bir, bir, bir!
Membuat tato salib dianggap bukti kesetiaan akan Yesus. Bercerai, menikahi orang cerai, aborsi dianggap bagian dari kasih karunia : “kita selamat bukan karena perbuatan baik dan ketekunan, tapi karena kasih karunia oleh iman”. Seratus tahun lalu mungkin dilarang Tuhan, tapi sekarang sudah boleh.
Inikah gambaran keluarga Allah yang diharap-harapkan Yesus lewat kematian-Nya?
Saudara....Banyak orang yang merasa dirinya kristen, kelak akan dilemparkan ke neraka! Kita harus mencegah semua itu, semampu yang dapat kita jangkau. Kita harus memulai kehidupan yang baru, yang berpusat kepada Kristus. Hidup baru, betul-betul hidup baru! Tidak boleh setengah baru setengah lama!
Kita harus mulai mematikan TV jam delapan malam, bahkan berusaha keras melepaskan diri dari ikatannya, mengajak istri dan anak-anak kita mengelilingi meja, mengundang hadirat Tuhan, dan mengajar mereka segala hal yang diajarkan Yesus didalam Alkitab.
Mulailah mengurangi jam ngobrol-ngobrol, jikalau tidak penting benar. Bukan tidak boleh mengobrol-ngobrol. Ini bukan soal boleh tidak boleh. Persoalannya adalah, seringkali obrolan yang tidak terlalu penting dapat lari ke topik-topik kegirang-riaan, bual-bualan, yang membuat pikiran kedagingan mulai tersembul lagi satu persatu. Pikiran harus benar-benar kita jaga sebagai rumah bagi Roh Kudus.
Kita harus mulai berdoa di kantor, ketika kita ada waktu senggang. Jangan ijinkan strategi dunia ini yang merampas waktu setiap orang dengan kesibukan bahkan lembur, juga berhasil mencuri hadirat Yesus dari kita.
Kita hanya dapat terhubung kepada hadirat Tuhan di dalam doa dan sembah. Saudara dapat memejamkan mata beberapa menit di depan komputer kerjamu ketika ruangan sedang sepi, dan mulai menghampiri Yesus. Ulangi hal itu setengah atau satu jam kemudian. Tumbuhkan rasa cinta di dalam hati anda akan Dia. Jatuh cintalah pada Yesus!
Saudaraku..Semua ini saya tuliskan bukan untuk berkata bahwa perbuatan-perbuatan dan amal ibadahlah yang menyelamatkan kita seperti sangkaan beberapa orang yang kurang berhikmat. Sekali dan selama-lamanya, ibadah yang sempurna sekalipun tidak akan menghasilkan keselamatan bagi manusia. Keselamatan itu adalah kasih karunia Allah, melalui kematian Yesus di Golgota, yang kita terima di dalam pertobatan dan iman.
Tetapi saya sedang menegaskan kepada anda, bahwa kasih karunia, bahwa kekristenan adalah panggilan untuk HIDUP BAGI ALLAH. Kekristenan sejati adalah menjadikan TUHAN SEBAGAI PUSAT SELURUH HIDUP KITA. Di luar itu berarti kekristenan abal-abal, palsu, tidak benar. Di luar itu, tidak benar bahwa kita ada didalam kasih karunia sekalipun kita mengaku-ngaku. Bertekunlah dalam ibadah dan bertindak di dalam seluruh kehendak Allah, bukan supaya kita selamat (sebab kita telah selamat ketika kita percaya), tetapi untuk mengerjakan keselamatan dan mempertahankan mahkota itu, serta supaya terbukti bahwa hidup ini bukan untuk aku lagi, tetapi untuk Kristus.
Anda tahu apa yang dikehendaki Allah. Bagaimana caranya mengetahui kehendak Allah? Tanyailah dirimu: “Apakah Tuhan menghendaki aku melakukannya?”. Tanyailah dirimu: apakah Yesus menghendaki aku mengampuni orang jahat ini? Apakah Dia menghendaki aku membayar perpuluhanku? Apakah Ia menghendaki aku pergi ke gereja? Apakah Ia menghendaki aku memberi diri dibabtis? Apakah Ia menghendaki aku berhenti menyembah patung ini? Apakah Ia menghendaki aku mengkhususkan bagiNya hari minggu? Apakah Ia menghendaki aku menolak uang sogok ini? Apakah Ia menghendaki aku memalsukan laporan keuangan kantorku ini? Apakah Ia menghendaki aku membohongi pembeli di tokoku ini? dan sebagainya, dan sebagainya. Anda pasti tahu mana yang dikehendaki dan yang berkenan kepadaNya. Matikan egomu dan kerjakanlah kehendakNya itu, meskipun egomu sangat tidak suka melakukannya. Dengarlah saudaraku, mengikut Tuhan bukanlah soal mana yang kita sukai dan mana yang tidak, melainkan soal MENGIKUT atau MEMATUHI Tuhan. Dengan mematuhi Dia, itulah tandanya anda TINGGAL, BERAKAR dan BERTUMBUH di dalam Dia. Ingatlah ini: KASIH KARUNIA ALLAH ada di dalam firman dan diriNya sendiri. Barangsiapa keluar dari situ, ia keluar dari kasih karunia, entah ia akui hal itu atau tidak. Bukanlah pengakuan kita yang berkata: “aku sudah selamat” yang menentukan kebenaran, tetapi Firman. Firman itulah yang menjadi hakim dari kebenaran pengakuan kita itu.
Barangsiapa mengaku mengasihi Yesus, hendaklah ia Melakukan Firman Yesus.
Yohanes 14:21, "Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya."
TUHAN YESUS Memberkati...
No comments:
Post a Comment