The Diary of a Chosen Principal: When God Winks

 Disclaimer: tulisan ini adalah late publish dan ditulis sebulan sebelum masa jabatan menjadi kepsek. Aku tulis setelah dapat saran dari suami. Katanya supaya aku gak galau lagi. Ini adalah tulisan kedua. Tulisan pertama bisa dibaca di siniTulisan ini aku set untuk published automatically on Wednesday, July 2nd, 2025, tepat pada hari kedua aku secara resmi menjabat sebagai kepsek.

"Kenapa kamu mau jadi kepsek?" tanya seorang rekan sepelayanan di gereja, beberapa waktu setelah aku minta dukungan teman-teman satu KTB untuk doakan proses psikotes dan interview yang harus aku jalani untuk pencalonan kepala sekolah.

Aku menggeleng dan bilang, "Bukan aku yang mau." Karena memang demikian. It's not my will. It's His will that revealed through the leaders at our school. Inilah saatnya untuk ganti kepsek, untuk buat perubahan.

Seseorang memang pernah bertanya beberapa tahun lalu, "Bagaimana kalau suatu hari nanti jadi kepsek?" Aku cuma ketawa aja. Aku pikir suatu hari nanti itu masih nantiiiiiiiiiiiiiiiiiii. Masih lamaaaaaaaa. Ketika aku lebih dewasa dari hari ini. Ketika aku merasa sudah lebih siap. Tapi waktu Tuhan bukan waktuku, kan. Lagipula kapanpun itu, aku tidak akan pernah siap kalau tidak disiapkan.

Kalau dipikir-pikir, sebenarnya jauh-jauuuuuuuuuh hari Tuhan itu sudah siapkan. Saat aku kuliah dulu pernah seorang dosen ngomong di depan semua mahasiswa guru supaya jangan berhenti untuk sekedar jadi guru aja nanti. Teruslah berkembang. Bila perlu ya jadi wakil kepala sekolah, kepala sekolah, atau bahkan yang lebih daripada itu supaya kita makin jadi berkat dalam dunia pendidikan. Jangan berhenti di satu titik itu aja. Ya, aku setuju. Aku harus terus bertumbuh.

Beberapa minggu lalu aku menemukan buku berjudul When God Winks. Bagiku judulnya lucu. Tuhan mengedipkan mata. Jadi aku baca. Aku kira akan menemukan banyak ayat Alkitab di dalamnya tapi ternyata ga ada sama sekali. Namun, tetap ada kebenaran di dalamnya. Buku ini bahas soal kebetulan-kebetulan dalam hidup. Seringkali kebetulan-kebetulan adalah isyarat Tuhan. Ada pesan Tuhan di dalam tiap peristiwa hidup.

Harusnya ga ada yang namanya kebetulan, adanya God's arrangement. Pengaturan Tuhan. Perjalanan hidupku sudah Tuhan atur. Apa yang sudah terjadi sampai hari ini bukan kebetulan walaupun ada beberapa peristiwa yang bagi manusia adalah kebetulan.

Tanggal 9 Mei 2025 lalu bahan bacaan Alkitabku itu dari 1 Samuel 9. Kisah tentang bagaimana Saul diurapi menjadi raja. Ada beberapa kebetulan dalam kisah tersebut yang sebenarnya adalah pengaturan Tuhan.


🫏Kebetulan 1: Keledai-keledai yang Hilang

Bagiku kehilangan Papa adalah salah satu kehilangan yang mendewasakan aku. Aku tulis dalam seri dengan judul Suddenly Fatherless di blog ini. Sebagai anak pertama, akulah yang harus bertanggung jawab dan mendadak jadi tulang punggung keluarga ketika Papa pergi. Tiba-tiba aku harus ambil alih memimpin keluargaku sendiri. Mama saat itu terguncang karena kehilangan belahan jiwanya. Adikku masih kuliah.

Kadang memang Tuhan pakai peristiwa kehilangan agar Dia bisa percayakan sesuatu yang lebih besar lagi dalam hidup kita. Ketika seseorang atau sesuatu yang berharga hilang dalam hidup kita, Dia tahu dan pegang kendali.


👨Kebetulan 2: Sampai di tempat abdi Allah ada

"Siapa tuh pendeta yang sampai mendesak untuk kuliah pendidikan?" tanya seorang pengurus yayasan sekolah, menanggapi kisah perjalanan panggilanku sebagai guru.

Saat aku remaja, ada seorang pendeta yang merekomendasikan dan agak mendesak supaya aku ambil beasiswa pendidikan 100% di UPH Teachers College. Menurut beliau, aku cocok jadi guru. Itulah panggilanku.

Sekarang aku percaya Tuhan yang ngomong sama pendeta tersebut, kasih tahu beliau bahwa inilah panggilanku. Tuhan pakai pendeta tersebut juga untuk meyakinkan ortuku supaya mereka mendukung panggilan hidupku. Saat itu aku masih muda banget, masih belum paham panggilan Tuhan apa. Cuma tahunya ya aku suka sih kalau diminta ngajarin orang lain.

Aku yakin perjalanan hidup kita itu tuntunan Tuhan. Perjalanan hidup kita sampai sekarang itu bukan kebetulan, tapi memang Tuhan sudah atur. Tuhan mengatur perjalanan kita sampai bertemu dengan orang-orang yang akan meneguhkan panggilan hidup kita.


💰Kebetulan 3: Bujang yang bawa seperempat syikal perak

Seumur hidupku, aku seringkali ga siap, ga punya, ga bawa apa-apa. Tapi Tuhan sediakan melalui orang-orang di sekelilingku. Kalau mau diceritain satu-satu, bisa panjaaaaang.

This time, God prepared the vice principals who are ready to support me. Tuhan siapin tuh orang-orang yang memang punya talenta dan panggilan dengan karakter mereka masing-masing yang memang pas, tepat, untuk kerja bareng aku. Aku bersyukur untuk kehadiran mereka. Bukan cuma mereka aja, melainkan juga every leader I meet in this school. Koordinator sekolah, hamba Tuhan sekolah, kepala operasional sekolah, pengurus yayasan sekolah, kepsek2 yang lain, juga kepsek sebelumnya dan masih banyak lagi yang ga bisa aku sebutin satu-satu. Mereka yang lebih siap, lebih punya skill, yang udah duluan bawa visi misi dari Tuhan dalam hati mereka. Tuhan siapkan mereka untuk support aku.


👧Kebetulan 4: Bertemu gadis-gadis yang memberi petunjuk.

Gadis-gadis yang Saul temui adalah orang asing, yang sebenarnya ga relate lah. Ga ada hubungan lah. Cuma pas kebetulan ketemu aja ketika mereka keluar hendak menimba air. Namun, mereka memberi petunjuk.

Ada seseorang yang aku juga ga kenal, ga relate. Cuma kebetulan aja kerja di sekolah yang sama. Beliau guru SD, aku guru TK. Beberapa kali kalau papasan ya cuma senyum dan nyapa, "Good morning, Pak" gitu aja. How would I expect him to give me some clue and guidance for answering God's calling as the next principal?

Selasa, 13 Mei 2025 lalu karena cuaca mendung dan hujan sejak pagi, aku memutuskan order grab car aja untuk pergi dan pulang sekolah. Ternyata pas pulang itu, driverku adalah guru SD tersebut. Selama perjalanan, beliau menceritakan perjalanan karirnya sebagai guru. Ternyata beliau sudah puluhan tahun jadi guru. Beliau pernah menjabat jadi waka, bahkan kepsek juga.

Aku tanya, kapan beliau jadi kepsek. Katanya di sekolah yang lama, ketika usianya baru sekitar 25 tahun. Kaget dong aku... 25 tahun itu muda banget! Aku tanya lah, gimana beliau jadi kepsek pada usia yang sangat muda, gimana saat itu memimpin guru-guru yang lebih senior.

Jawaban beliau adalah jawaban yang aku butuhkan! Melalui kisahnya, aku dapat petunjuk gimana sebagai kepsek bisa merangkul semua guru untuk bekerja sebagai satu tim.

Aku ga bisa ga amazed kalau ingat peristiwa itu. Kok bisa sih dari sekian banyak driver grab car malah dapatnya beliau? Aku yakin ini bukan kebetulan, melainkan memang Tuhan sudah atur. Tuhan mau jawab pertanyaanku, kegalauanku kalau harus jadi kepsek. Dia sediakan mantan kepsek yang humble, yang ngerti panggilan hidupnya, yang mau sharing pengalaman perjalanannya melayani Tuhan dalam dunia pendidikan. Tuhan pertemukan aku dengan orang yang bisa memberi petunjuk.

Saat beliau cerita pengalamannya dan sampai detik aku nulis ini, beliau masih ga tahu bahwa aku akan jadi kepsek. Pada saat tulisan ini published tentunya beliau sudah tahu.


Bukan kebetulan, melainkan pengaturan Tuhan. God's arrangement.

Pas aku baca 1 Samuel 9 itu, aku menemukan bahwa Tuhan sudah merencanakan sebelumnya.

Tetapi TUHAN telah menyatakan kepada Samuelsehari sebelum kedatangan

Saul, demikian: “Besok kira-kira waktu ini Aku akan menyuruh kepadamu

seorang laki-laki dari tanah Benyamin; engkau akan mengurapi dia menjadi

raja atas umat-Ku Israel dan ia akan menyelamatkan umat-Ku dari tangan

orang Filistin. Sebab Aku telah memperhatikan sengsara umat-Ku itu, karena

teriakannya telah sampai kepada-Ku.” (1 Samuel 9:15-16)


Aku percaya Tuhan juga sudah nyatakan, dan atur setiap waktu dan kondisi sampai aku jadi kepsek sekarang ini. Tinggal aku terus pergumulkan dan tanya Tuhan, apa yang jadi maksud Tuhan dengan jadikan aku kepsek? Tuhan tuh mau aku berbuat apa? Tuhan itu sudah memperhatikan sekolahku dan ada misi yang Dia mau aku kerjakan.


Siapkan dan simpankan bagian yang terbaik untuk Tuhan dan orang-orang yang akan kita layani.

Samuel ternyata menyiapkan paha untuk dihidangkan khusus bagi Saul (1 Samuel 9:23-24). Aku yakin Tuhan juga sudah siapkan sesuatu yang khusus bagiku. Pastinya bukan sekedar paha ayam atau paha babi yaa...

Di sisi lain, aku pun juga perlu menyimpan dan menyiapkan sesuatu yang khusus bagi orang-orang yang Tuhan percayakan untuk aku layani.


Panjang juga ya? Ternyata sekalinya Tuhan kedip, sebuah babak baru dimulai.

This time, when God blinked, I became the principal.

Comments

Popular posts from this blog

Melupakan Mantan Pacar

Ketika Kita Tidak Dimaafkan

When Your Pastors Fall