The Diary of a Chosen Principal: Chosen by God
Disclaimer: tulisan ini adalah late publish dan ditulis sebulan sebelum masa jabatan menjadi kepsek, setelah beberapa hari galau. Aku tulis setelah dapat saran dari suami. Katanya supaya aku gak galau lagi. Tulisan ini aku set untuk published automatically on Tuesday, July 1st, 2025, tepat pada hari pertama aku secara resmi menjabat sebagai kepsek.
At the beginning of 2025, God revealed His plan to me. I wrote it in my WhatsApp Bible Reading Group and shared it like this:
4 Januari 2025
Keluaran 4:1, 10, 13 (TB) Lalu sahut Musa: "Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?"
Lalu kata Musa kepada TUHAN: "Ah, Tuhan, aku ini tidak pandai bicara, dahulu pun tidak dan sejak Engkau berfirman kepada hamba-Mu pun tidak, sebab aku berat mulut dan berat lidah."
Tetapi Musa berkata: "Ah, Tuhan, utuslah kiranya siapa saja yang patut Kauutus."
Sampai 3x Musa tuh beralasan spy jangan dia yg diutus, shingga Tuhan murka. Kita aja sbg manusia jg pasti murka ketika minta org lain lakukan sesuatu tpi ada aja alasannya.
Dr sini aku jdi lbh kenal hati-Nya Tuhan. Ada bbrp hal yg aku pelajari mengenai cara Tuhan memanggil seseorang:
1. Tuhan tuh kalau kasih perintah jg kasih perlengkapan dan rekan utk support pekerjaan/pelayanan kita. Pertama, Tuhan kasih Musa tongkat yg bs dipake buat bikin mujizat. Kedua, ada beberapa mujizat yg Tuhan sdh siapkan dan bs dicoba lgsung sama Musa. Ketiga, ada Harun kakaknya yg mmg pinter ngomong. Hal yg sama jg berlaku bagi kita. Tuhan udh kasih perlengkapan, kemampuan/skill, dan jg org2 yg bs support.
2. Tuhan janji akan menyertai dan mengajari apa yg hrs dilakukan.
Keluaran 4:15 (TB) Maka engkau harus berbicara kepadanya dan menaruh perkataan itu ke dalam mulutnya; Aku akan menyertai lidahmu dan lidahnya dan mengajarkan kepada kamu apa yang harus kamu lakukan.
3. Tuhan set up kondisi yang kondusif untuk kita taat lakukan Firman-Nya melalui orang2 di sekitar kita.
Dlm kasusnya Musa, ada kondisi2 spt ini:
- mertua kasih restu (ay 18)
- semua yg mau bunuh Musa sdh mati (ay 19)
- ada dukungan keluarga, bahkan Zipora istrinya bs gercep mengenai sunat
- org Israel percaya (ay 31)
Jadi aku jg ga boleh enggan atau malas2an utk melakukan panggilan Tuhan dlm hidupku. Harus prcaya bhw Tuhan tuh pasti menyertai, mengajari, dan kasih banyak supports baik scr kemampuan maupun lwt org2 trdekat.
Amsal 4:27 (TB) Janganlah menyimpang ke kanan atau ke kiri, jauhkanlah kakimu dari kejahatan.
Fokus! Fokus aja ke depan. Fokus jalankan Firman. Ga ush lihat kanan-kiri.
Tahun baru bnyk org ngomong soal resolusi lah, manajemen waktu, dll.. tpi kmrn ada satu org ngomong bhw yg harus dibenahi tuh fokus kita. Bener jg, hri ini Amsal 4 jg bilang gitu. Jangan nyimpang.
Aku jg selama ini ga fokus, mudah terdistraksi dgn bnyk hal akhirnya jg ga bs menghasilkan apa2. Bahkan malah jdi bnyk trouble kan krn ga fokus.
Aku harus bljr dan usahakan tiap hari tiap saat taruh fokus di tmpt yg bener. Fokus aja sama Tuhan.
Hari ini ketika menuliskan semuanya ini, tepat 4 Juni 2025, aku sadar sepenuhnya bahwa semua ini berawal dari Tuhan. Dia yang memilih aku jadi the next principal, before anyone speaks about this. Melalui kisah bagaimana Dia memanggil Musa, Tuhan memberi tahu juga bahwa aku akan dipanggil sebagai pemimpin. Dia bahkan memberi peringatan supaya aku jangan menolak. Juga jaminan bahwa Dia akan menyertai dan mengajari. Bahkan, mengatur supaya suasananya kondusif ketika aku memimpin.
Saat itu aku belum paham. Namun, pesan Firman Tuhan hari itu tertanam cukup kuat selama beberapa minggu. Ada kelas homiletika dasar yang harus aku ikuti tanggal 11, 18 Januari 2025 dan 1 Februari 2025. Pada pertemuan ketiga, setiap peserta wajib membawakan khotbah. Bahan khotbah terbaik datang dari rhema kuat yang aku dapatkan awal tahun itu. Jadi aku buka lagi catatan rhema tanggal 4 Januari 2025 untuk dipakai sebagai tugas khotbah dan aku kembangkan lagi.
Aku buat ppt-nya di sini: https://www.canva.com/design/DAGcg1x-Jgg/Dcjxw7zBuoLDMHr4Q9wh-g/edit?utm_content=DAGcg1x-Jgg&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=sharebutton
Memang benar Firman Tuhan adalah pedang bermata dua. Tapi kali ini sepertinya pedang-Nya mengarah padaku lebih tajam.
Aku ingat kebingungan menentukan judul khotbahnya. Apa ya? Pokoknya aku merasa intisarinya tuh ya harus taat sama panggilan Tuhan. Tapi gimana? Dengan cara apa? Aku yakin saat itu bukan aku yang beride, tapi Tuhan yang kasih hikmat. Dengan hati yang rela, bisik-Nya. Sounds good! Jadi itu yang aku tulis untuk judul khotbahku.
Waktu itu aku buat slide seperti ini dengan dua pertanyaan tersebut karena melihat sudut pandang Musa. Siapa sangka, dua pertanyaan ini juga jadi pertanyaan terbesarku secara pribadi saat ini, setelah resmi jadi kepala sekolah terpilih untuk tahun ajaran berikutnya. Pertanyaan yang aku ga berani tanya ke Tuhan karena Dia sudah jawab jauh lebih awal.
However, I did ask. Aku tanya ke koordinator yang panggil aku ke kantor yayasan hari Sabtu, 31 Mei 2025 lalu. “Kenapa saya?”
Beliau jawab cukup panjang sebenarnya, tapi, “Ini bukan keputusan saya aja loh. Ini hasil diskusi bersama… dan juga tuntunan Tuhan.” Wes, cuma itu aja yang aku tangkap. Mak-jleb aja bagian yang itu. Langsung speechless!
Ya memaaaaang… Memang dari awal Tuhan yang pilih, Tuhan yang tetapkan, bahkan sebelum mereka rapat. Cuma ya gimana ya.. Manusiawi kan ya, kalau aku wondering…
“Ya ga perlu bertanya juga kenapa harus saya,” gitu kata si Bapak. Aku juga ga berani sih nanya-nanya lebih lanjut. Sudah dapet warning duluan soalnya lewat kisah Musa dalam Keluaran 4 itu. Aku ga berani doa bilang, “Jangan aku, dia aja.” Nanti kalau Tuhan marah gimana?
Lagipula Tuhan sudah kasih jawaban.
Tinggal jalani saja walaupun masih agak galau. Tapi ya lumayan lah… setelah menulis jadi berkurang galaunya.
Comments
Post a Comment