Wednesday, December 19, 2012

Family Restoration through the Birth of Jesus Christ

Kita tidak pernah tahu bagaimana caranya Maria memberi tahu Yusuf bahwa ia mengandung bayi dari Roh Kudus. Alkitab tidak mencatat percakapan yang terjadi di antara mereka. Kita juga tidak tahu dengan pasti apa yang mungkin Maria rasakan ketika harus memberi tahu tunangannya dengan risiko diceraikan, bahkan yang lebih mengerikan, mungkin dilempari batu sampai mati.

The Nativity Story mencoba mengilustrasikan konflik yang mungkin terjadi antara Maria dan Yusuf, tapi menurutku itu belum bisa mewakili apa yang benar-benar terjadi. Dalam film itu terlihat mudah bagi Maria untuk memberi tahu kehamilannya pada Yusuf. Mungkin karena dalam film itu diceritakan bahwa cinta Yusuf bertepuk sebelah tangan pada mulanya. Kita tidak tahu secara pasti bagaimana hubungan keduanya. Namun melihat betapa salehnya mereka berdua, maka besar kemungkinannya bahwa hubungan mereka juga adalah hubungan yang saleh, yang dibangun dengan rasa percaya yang besar atas satu sama lain.

Jadi tidak mengherankan ketika Yusuf begitu bergumul. Mungkin ia merasa dikhianati. Hatinya bisa jadi sangat hancur saat itu. Sulit baginya untuk mempercayai bahwa bayi yang dikandung Maria berasal dari Roh Kudus. Di sisi lain, sebagai seorang pria yang mencintai Maria, mungkin juga ia sebenarnya sangat ingin mempercayai Maria, menikahinya, dan menerima bayinya. Apapun yang Yusuf pikirkan saat itu menunjukkan karakternya yang lemah lembut, untuk menceraikan Maria diam-diam. [Kemungkinan besar] dalam keadaan sakit hati karena merasa dikhianati, Yusuf masih berpikir untuk melindungi Maria, dengan cara menceraikan Maria diam-diam.

Di sisi yang lain, sekalipun Yusuf begitu lembut dan tidak menyakitinya, bagi seorang perempuan muda seperti Maria, pastinya berat dan menyakitkan ketika harus memberi tahu Yusuf mengenai kehamilannya yang mendadak. Mungkin ia ingin sekali meyakinkan Yusuf akan penglihatan yang diterimanya, tapi bagaimana ia bisa? Melihat reaksi Yusuf tentu menghancurkan hatinya, apapun itu. Sementara Yusuf belum mengambil keputusan atas hubungan mereka, Maria mungkin bersedih. Bisa jadi ia merasa digantung. Malaikat Gabriel tidak menjanjikan seorang suami atau Yusuf untuk mendampinginya selama ia mengandung bayi Yesus. Tidak ada jaminan keamanan sekalipun kalau dipikir-pikir secara logis tidak mungkin Tuhan tidak melindungi dan menjaga Maria.

Hubungan Yusuf dan Maria jelas terancam retak. Kadang-kadang aku bertanya-tanya, bagaimana kondisi psikologis Maria yang berkonflik dengan Yusuf saat itu mungkin mempengaruhi kondisi bayi Yesus dalam rahimnya. Kita patut bersyukur bayi Yesus dikandung oleh Roh Kudus sebelum Yusuf dan Maria menjadi suami-istri. Bayi-bayi yang dikandung di luar pernikahan dan merasa ditolak oleh ayahnya, ketika sudah cukup besar dan dewasa dapat dengan berani datang kepada Tuhan Yesus yang mengerti betapa pedihnya ditolak sejak dalam kandungan. Pasangan-pasangan yang mengalami keretakan dalam hubungan rumah tangga mereka dapat datang kepada Tuhan Yesus yang mengerti bagaimana memulihkan kepercayaan antara suami-istri.

Setelah malaikat menampakkan diri kepada Yusuf, hubungan Yusuf dan Maria dipulihkan. Yusuf pasti lebih mencintai Maria daripada sebelumnya, karena ia tahu betul bahwa istrinya adalah seorang yang berkenan di hadapan Tuhan. Caranya melihat Maria jauh lebih indah dari sebelumnya. Kini ia mempercayai Maria jauh lebih besar dari sebelumnya. Sebagai pria yang mencintai Maria, dengan segenap hati dan ketaatan penuh kepada Tuhan, Yusuf dengan berani mengambil tanggung jawab sebagai seorang suami dan ayah. Sebaliknya Maria tentu bahagia mendapati Yusuf menikahinya, menjaga, dan melindungi dia. Kepercayaannya kepada Yusuf pun tentu bertambah melihat bagaimana dengan setia dan taat Yusuf melakukan apa yang Firman Tuhan katakan. Dengan senang hati Yusuf mengasihi Maria seperti dirinya sendiri dan Maria tunduk kepada Yusuf seperti kepada Tuhan. Kelihatannya pernikahan membawa mereka pada suatu penyelesaian masalah dan pemulihan hubungan yang retak.

Namun pernikahan bukan solusi yang ditawarkan Tuhan untuk memulihkan hubungan Yusuf dan Maria. Pernikahan tidak menyelesaikan masalah, sebaliknya menambah tanggung jawab mereka. Keadaan menjadi sulit ketika diadakan sensus dan setiap orang harus kembali ke kota asalnya. Ketika mereka tiba di Betlehem, tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, namun tidak ada tempat penginapan. Bayi Yesus harus lahir di kandang. Ibu yang paling jahat tidak ingin melahirkan bayinya di kandang. Apalagi seorang ibu yang mencintai Tuhan seperti Maria. [Kalau jadi dia, aku akan menangis karena tidak bisa memberikan Tuhanku tempat yang layak.] Beberapa waktu setelah Yesus lahir, mereka harus mengungsi ke Mesir karena Herodes berniat membunuh semua bayi laki-laki di bawah usia 2 tahun. Sebagai orang tua Yesus, mereka berdua bertanggung jawab untuk menjaga bayi Yesus.

Bagaimana Yusuf dan Maria bisa melewati setiap krisis dalam keluarga mereka?

Apa yang Yusuf dan Maria percayai mengenai kebenaran dan keadilan Tuhan telah teruji. Dalam krisis demi krisis, fokus mereka terarah pada bayi Yesus yang mereka percaya sebagai Juruselamat.
Ketika kita mengalami krisis dalam keluarga, sudahkah fokus kita terarah pada bayi Yesus yang adalah Juruselamat dalam keluarga? Atau justru kita mati-matian berusaha menyelamatkan keluarga dan lupa bahwa  kita bukanlah juruselamat?

Sebagai seorang pria yang cinta Tuhan, Yusuf tahu betul apa yang Firman Tuhan katakan melalui nabi Yesaya bahwa seorang perawan akan mengandung seorang putra. Jadi ketika Maria hamil dan malaikat Gabriel memerintahkan Yusuf untuk mengambil Maria sebagai istrinya, ia tidak ragu untuk menerima tanggung jawab baru sebagai suami Maria dan ayah dari bayi Yesus. Sangatlah penting bagi kita untuk benar-benar membaca dan memikirkan Firman Tuhan. Renungkan Firman Tuhan dengan situasi keluarga. Dengan demikian barulah kita bisa mendengar Tuhan secara pribadi berbicara, menyatakan langkah-langkah ketaatan yang harus kita ambil. Ketika kita taat, kita akan melihat bagaimana Tuhan dengan setia memulihkan  keluarga kita.  Sebelum keluarga dipulihkan, pastikan hubungan pribadi dengan Tuhan dipulihkan lebih dulu. Dengan demikian baru kita bisa mengerti bagaimana Tuhan memandang keluarga kita, apa maksud dan rencana-Nya, serta apa yang Dia kehendaki kita perbuat bagi keluarga kita.

Tuhan mengerti segala kelemahan dan kesulitan dalam keluarga kita. Jangan kuatir dan jangan takut, sebab Dialah Imanuel, Allah yang beserta kita. Ambilah suatu komitmen untuk dengan berani menaruh iman dan harapan pada Tuhan di dalam setiap krisis keluarga yang kita alami. Berimanlah kepada Dia yang menyelamatkan manusia dari dosa. Dia sanggup mengubahkan dan memulihkan keluarga kita. Berimanlah kepada Dia yang berjanji untuk senantiasa beserta kita, sehingga kita tidak perlu takut untuk taat kepada-Nya. Selamat Natal! Kiranya damai yang Tuhan Yesus bawa memulihkan keluarga kita!

No comments:

Post a Comment