Jumat lalu, 20 Januari 2012, Dara dan aku bertugas untuk melayani di chapel siswa kelas 2. Nah, latihannya itu pagi sekitar pk 08.30 bersama Pak Edo yang bertugas mengiringi pujian. Sebelum Pak Edo datang, aku iseng main-main keyboard. Isengnya, aku main lagu klasik. Saat Pak Edo masuk, beliau melihatku dan langsung nanya-nanya, "Miss pernah belajar piano? Klasik ya? Berapa lama belajarnya?" Ya aku jawab sesuai kenyataan. Memang pernah belajar dari kecil sekitar umur 4 sampai kira-kira 14 tahun. Terus waktu SMA sempat ngelesin kecil-kecilan gitu cuma beberapa bulan aja, ngajarin basic piano yang baru fingering doang (bagian ini gak aku sebutin sih.. hehe..). Dengan antusiasnya, Pak Edo langsung menantangku untuk main di chapel kelas 3-5.
Huuuuaaaa... >.<
Sudah sekitar 7 tahunan aku gak pernah main piano di depan banyak orang dan sekarang harus main lagi??!!
Aku mau menolak, tapi inget Firman yang aku dapat liburan Natal-Tahun baru lalu. Salah satunya adalah mengenai memaksimalkan potensi bagi kemuliaan Tuhan. Aku sempat tulis juga di sini. Judulnya Walking with God in 2012. Jadi aku terima deh tantangan itu.
Selama seminggu tiap hari aku latihan lagu yang judulnya Tarantella. Tadinya sih diminta main Fur Elise, tapi aku nggak gitu yakin, lagipula di sekolah nggak ada piano melainkan keyboard. Susah kalo main Fur Elise di keyboard. Latihan piano setiap hari membuatku ingat masa-masa saat aku belajar piano dulu. Masa-masa ketika aku berharap nggak usah belajar, nggak usah les. Masa-masa saat aku kesal karena tanganku dipukul (kalau belajar klasik tangannya mesti bener, salah dikit dipukul... gurunya galak!). Masa-masa saat aku menangis dan meronta karena nggak mau belajar. Juga masa ketika ada orang yang jenius musik bilang sama aku, kalo nggak bakat musik mending nggak usah susah-susah belajar piano, nggak usah maksa lah.
Ada satu hari di mana aku berlatih sambil menangis. Bukan karena mengingat tidak enaknya masa-masa aku belajar piano dan hal-hal yang menyakitkan yang membuatku lebih suka berhenti belajar piano dan memendam potensi ini. Justru aku menangis karena terharu. Selama ini aku tidak sadar bahwa Tuhan bekerja dalam hidupku pada masa-masa itu dan terus bekerja menurut cara-Nya yang ajaib sampai sekarang.
Memang benar aku bukan orang yang sangat berbakat dalam bidang musik. Berkali-kali fals kalau nyanyi dan parahnya nggak nyadar kalau fals! Sulit mengenali nada dan kayaknya sering mendapat nilai 6 untuk ujian piano. Tapi Tuhan memberiku banyak kesempatan untuk belajar musik dan berjuang dengan tekun untuk bisa bernyanyi atau bermain piano dengan sangat baik supaya aku tahu apa artinya kerja keras, ketekunan, dan berusaha untuk melakukan yang terbaik.
Aku terharu. Lebih terharu lagi saat akhirnya selesai juga memainkan lagu Tarantella itu di chapel siswa. Aku mendapat BIG APPLAUSE! Padahal aku tidak memainkannya dengan sempurna. Ada beberapa kesalahan di sana sini karena grogi dan bingung saat diminta memainkan lagu tersebut dua kali. Aku tahu persis penghargaan itu datangnya dari Bapaku di surga yang bangga melihatku menggunakan kemampuanku bermain piano setelah sekitar 7 tahun tidak digunakan.
Pagi ini aku mencoba menyusun jadwal kegiatan mingguan. Aku masukin jam-jam untuk latihan piano di dalamnya. Belajar taat untuk mengembangkan kemampuanku ini untuk Tuhan yang sudah memberiku banyak kesempatan. Selagi masih ada fasilitas piano yang bisa digunakan kapan saja, masih ada waktu untuk berlatih sesering mungkin, aku mau melipatgandakan talenta yang Tuhan beri.
Karena setiap orang yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan. Tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (Matius 25:29)
one of my favorite picture
No comments:
Post a Comment