*Ini juga postingan sejak masih di Batam, tapi baru bisa dipost sekarang :)
Bahan Saat Teduh-ku kemarin sampai pada kitab I Samuel. Di pasalnya yang pertama dan kedua, diceritakan seorang wanita bernama Hana, yang tidak lain adalah ibu dari Samuel. Tanpa wanita ini, tidak akan pernah ada seorang hakim, nabi, dan pemimpin yang luar biasa seperti Samuel. Di belakang pemimpin besar ini, ada seorang wanita biasa yang berdoa kepada Tuhan dengan segenap hati dan jiwanya. Sekalipun hatinya terluka, ia tidak mendendam, atau meminta anak untuk kepentingan martabatnya sendiri. Di dalam kesusahannya, dia berjanji akan mendedikasikan putra satu-satunya kepada Tuhan dalam usia yang sangat dini. Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari seorang ibu bernama Hana ini. Mari kita lihat sama-sama.
1 Ada seorang laki-laki dari Ramataim-Zofim, dari pegunungan Efraim, namanya Elkana bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim. 2 Orang ini mempunyai dua isteri: yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina; Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak.
Negative Comparation
Tidak seorangpun suka dibandingkan. Demikian pula Hana. Namun sejak ia menikah dengan Elkana yang juga menikahi Penina, mau tidak mau, suka tidak suka, ia selalu dibandingkan dengan madunya. Penulis kitab Samuel pun membandingkan mereka berdua. Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak. Perbandingan ini bukan hal yang menyenangkan sebab ini menyangkut harga diri Hana sebagai seorang perempuan. Apalagi pada zaman Alkitab, seorang perempuan yang mandul seakan dikutuk oleh Tuhan. Bukan hal yang mudah untuk menanggung perbandingan seperti ini.
Dalam hidup kita sehari-hari, cukup sering kita juga dibandingkan dengan orang lain yang sejajar. Sungguh menyakitkan ketika kita harus dibandingkan dengan orang terdekat, apalagi keluarga. Umumnya seorang kakak dibandingkan dengan adiknya. Puji Tuhan, adikku cowok, punya karakteristik dan kemampuan yang berbeda juga. Jadi hampir tidak ada yang bisa diperbandingkan. Hehehe... Selain itu orang tua juga selama ini tidak pernah membanding-bandingkan. Namun perbandingan tidak bisa dihindari. Ketika kita melihat dua orang atau dua objek dalam posisi yang sejajar, ada kecenderungan untuk membandingkan yang satu dengan yang lain. Dalam hal tanggung jawab, adikku lebih bisa diandalkan. Kalau kami berdua ada di rumah sementara kedua orang tua harus pergi, maka adikku akan diberi lebih banyak pesan dan amanat untuk menjaga rumah. Hehe.. Kadang-kadang memang terkesan Titi lebih dewasa. Tidak jarang aku merasa punya Titi tapi seperti punya Koko di rumah. Namun ini bukan perbandingan yang menyakitkan. Sebaliknya aku bangga punya seorang adik yang memang bisa bertindak sebagai laki-laki sekalipun ia yang paling muda di rumah.
Bagiku sama sekali bukan masalah untuk diperbandingkan dengan Titi, tapi kadang-kadang rasanya tidak nyaman kalau keluarga besar kami bertemu dan aku diperbandingkan dengan adik sepupu perempuan, betapapun banyak perbedaan yang membuat kami masing-masing unik dan seharusnya tidak perlu dibandingkan. Contohnya perbandingan bentuk tubuh. Sepupuku lebih tinggi, sementara aku pendek. Singkatnya, cucu paling pendek. Para ibu-ibu akan berkomentar kalau sepupuku pasti cocok lah pakai ini itu karena dia tinggi. Sementara aku??? 160 cm aja nggak nyampe... >.< Selain itu, sekalipun sepupuku lebih berat, namun beratnya cukup proposional sehingga ia tampak langsing. "Langsing" adalah komentar yang ditujukan kepadanya, sementara aku??? "Kuliah ndek Jakarta tambah lemu ya. Pipi lu tuh lo kayak bakpao." (Kuliah di Jakarta semakin gemuk ya. Pipimu itu seperti bakpao.) Bukan komentar yang menyenangkan untuk seorang gadis, betapapun percaya dirinya dia akan penampilan fisiknya. Puji Tuhan itu hanya berlangsung sementara tanpa siksaan dari orang yang dibandingkan denganku.
3 Orang itu dari tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk sujud menyembah dan mempersembahkan korban kepada TUHAN semesta alam di Silo. Di sana yang menjadi imam TUHAN ialah kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas. 4 Pada hari Elkana mempersembahkan korban, diberikannyalah kepada Penina, isterinya, dan kepada semua anaknya yang laki-laki dan perempuan masing-masing sebagian. 5 Meskipun ia mengasihi Hana, ia memberikan kepada Hana hanya satu bagian, sebab TUHAN telah menutup kandungannya. 6 Tetapi madunya selalu menyakiti hatinya supaya ia gusar, karena TUHAN telah menutup kandungannya. 7 Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah TUHAN, Penina menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan. 8 Lalu Elkana, suaminya, berkata kepadanya: "Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?"
Wounded over the years
Tidak disebutkan dalam 1 Samuel, berapa tahun tepatnya Hana menderita karena tidak mempunyai anak. Namun Alkitab menyebutkan bahwa dari tahun ke tahun, Penina menyakiti hati Hana sehingga ia menangis dan tidak mau makan. Hal ini bisa terjadi dalam kurun waktu 5, 10, 15 tahun.... Siapa yang tahu?? Yang jelas ada kontinuitas yang terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Penderitaannya berkepanjangan, seakan-akan tanpa akhir. Dibandingkan dengan Penina sudah cukup menyakitkan, apalagi disakiti oleh Penina. Suatu hal yang sangat wajar ketika ia terluka dan menangis. Namun aku bersyukur ia memilih untuk mencurahkan segenap hati dan jiwanya, setiap rasa sakit yang ia rasakan kepada Tuhan.
9 Pada suatu kali, setelah mereka habis makan dan minum di Silo, berdirilah Hana, sedang imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu bait suci TUHAN, 10 dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu. 11 Kemudian bernazarlah ia, katanya: "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya."
Prayed to God, weeping bitterly
Menanggung luka hati yang mendalam dari tahun ke tahun. Hana memilih untuk berdoa kepada Tuhan sambil menangis tersedu-sedu. Ia tidak kecewa atau pun marah kepada Tuhan yang menutup kandungannya. Sebaliknya, ia mengadu kepada Tuhan. Ia mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan. Berapa banyak orang Kristen, menyadari kedaulatan Tuhan, mengetahui bahwa Tuhan mengizinkan ia menderita dan sakit hati, lantas tidak mau datang kepada Tuhan?
Asked from and for God
Tidak hanya datang kepada Tuhan, Hana bahkan bernazar bahwa jika Tuhan memperhatikan sengsaranya dan memberinya seorang anak laki-laki, Hana akan memberikan dia kepada Tuhan untuk SEUMUR HIDUP. Satu-satunya anak yang ia nanti-nantikan, diberikan kepada Tuhan untuk seumur hidup. Itu artinya Hana siap untuk menjalani lagi tahun-tahun tanpa seorang anak di sisinya. Kali ini lebih berat, karena ia punya seorang anak, tapi seperti tidak punya anak.
Inilah doa permohonan yang luar biasa. Hana di dalam kepedihan hatinya tidak meminta bagi dirinya sendiri, namun bagi kemuliaan Tuhan. Dalam keadaan yang baik saja seringkali sulit bagi kita untuk meminta dari Tuhan bagi kemuliaan Tuhan. Lebih mudah untuk meminta bagi diri sendiri. Namun dalam kepedihan hati yang luar biasa, Hana justru meminta seorang putra bagi kemuliaan Tuhan dan pekerjaan-Nya.
12 Ketika perempuan itu terus-menerus berdoa di hadapan TUHAN, maka Eli mengamat-amati mulut perempuan itu; 13 dan karena Hana berkata-kata dalam hatinya dan hanya bibirnya saja bergerak-gerak, tetapi suaranya tidak kedengaran, maka Eli menyangka perempuan itu mabuk. 14 Lalu kata Eli kepadanya: "Berapa lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Lepaskanlah dirimu dari pada mabukmu." 15 Tetapi Hana menjawab: "Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan TUHAN. 16 Janganlah anggap hambamu ini seorang perempuan dursila; sebab karena besarnya cemas dan sakit hati aku berbicara demikian lama." 17 Jawab Eli: "Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya." 18 Sesudah itu berkatalah perempuan itu: "Biarlah hambamu ini mendapat belas kasihan dari padamu." Lalu keluarlah perempuan itu, ia mau makan dan mukanya tidak muram lagi.
Pouring out your soul to the Lord
Hana telah mengambil keputusan yang tepat. Ia mencurahkan isi hatinya, segenap jiwanya kepada Tuhan. Ia merendahkan dirinya di hadapan Tuhan. Pada saat seseorang merendahkan dirinya di hadapan Tuhan, mempercayai Tuhan sepenuhnya, dan bersandar kepada Tuhan sambil menantikan Dia, Tuhan mendengar, memperhatikan, dan melaksanakan kehendak-Nya dalam hidup orang tersebut.
Kita tahu bahwa Tuhan telah lama menutup kandungan Hana. Namun di sisi lain kita juga tahu bahwa jauh sebelum dunia dijadikan, Tuhan telah menentukan dan memilih orang-orang pilihan-Nya, termasuk Samuel. Tuhan memang membiarkan Hana menderita sampai akhirnya ia datang ke hadapan Tuhan dengan hati yang hancur. Justru hati yang hancur tidak dipandang hina oleh Tuhan, malah menjadi suatu persembahan yang berkenan di hadapan-Nya.
Apapun yang menjadi permasalahan hidup, beban, bahkan luka hati selama bertahun-tahun tidak dipandang hina oleh Tuhan. Justru dengan rendah hati dan jujur kita harus datang kepada-Nya, mencurahkan segenap isi hati dan jiwa kita kepada Tuhan. Percaya dan nantikan Tuhan, sehingga ia dapat melaksanakan kehendak-Nya. Jadikan dukamu tempat kudus Tuhan, tempat Ia melakukan kehendak-Nya. Hanya, jadilah jujur dan rendah hati di hadapan-Nya.
Lanjutkan baca 1 Samuel 1 dan 2, maka kita akan menemukan betapa Tuhan menunjukkan kasih setianya kepada Hana dengan memberikan ia anak-anak lelaki dan perempuan setelah ia memperoleh Samuel dan memberikannya untuk Tuhan.. Lebih dari yang pernah diminta Hana, apa yang justru tidak pernah terpikirkan oleh Hana, tidak pernah timbul dalam hatinya untuk mempunyai lebih banyak anak, itulah yang Tuhan sediakan bagi Hana yang mengasihi Tuhan. Curahkan isi hatimu, segenap hatimu kepada Tuhan sebagai tanda bahwa kamu mengasihi dan mempercayai Dia sepenuhnya, sekalipun Tuhan jugalah yang "menutup" jalanmu.
Bahan Saat Teduh-ku kemarin sampai pada kitab I Samuel. Di pasalnya yang pertama dan kedua, diceritakan seorang wanita bernama Hana, yang tidak lain adalah ibu dari Samuel. Tanpa wanita ini, tidak akan pernah ada seorang hakim, nabi, dan pemimpin yang luar biasa seperti Samuel. Di belakang pemimpin besar ini, ada seorang wanita biasa yang berdoa kepada Tuhan dengan segenap hati dan jiwanya. Sekalipun hatinya terluka, ia tidak mendendam, atau meminta anak untuk kepentingan martabatnya sendiri. Di dalam kesusahannya, dia berjanji akan mendedikasikan putra satu-satunya kepada Tuhan dalam usia yang sangat dini. Ada banyak hal yang bisa dipelajari dari seorang ibu bernama Hana ini. Mari kita lihat sama-sama.
1 Ada seorang laki-laki dari Ramataim-Zofim, dari pegunungan Efraim, namanya Elkana bin Yeroham bin Elihu bin Tohu bin Zuf, seorang Efraim. 2 Orang ini mempunyai dua isteri: yang seorang bernama Hana dan yang lain bernama Penina; Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak.
Negative Comparation
Tidak seorangpun suka dibandingkan. Demikian pula Hana. Namun sejak ia menikah dengan Elkana yang juga menikahi Penina, mau tidak mau, suka tidak suka, ia selalu dibandingkan dengan madunya. Penulis kitab Samuel pun membandingkan mereka berdua. Penina mempunyai anak, tetapi Hana tidak. Perbandingan ini bukan hal yang menyenangkan sebab ini menyangkut harga diri Hana sebagai seorang perempuan. Apalagi pada zaman Alkitab, seorang perempuan yang mandul seakan dikutuk oleh Tuhan. Bukan hal yang mudah untuk menanggung perbandingan seperti ini.
Dalam hidup kita sehari-hari, cukup sering kita juga dibandingkan dengan orang lain yang sejajar. Sungguh menyakitkan ketika kita harus dibandingkan dengan orang terdekat, apalagi keluarga. Umumnya seorang kakak dibandingkan dengan adiknya. Puji Tuhan, adikku cowok, punya karakteristik dan kemampuan yang berbeda juga. Jadi hampir tidak ada yang bisa diperbandingkan. Hehehe... Selain itu orang tua juga selama ini tidak pernah membanding-bandingkan. Namun perbandingan tidak bisa dihindari. Ketika kita melihat dua orang atau dua objek dalam posisi yang sejajar, ada kecenderungan untuk membandingkan yang satu dengan yang lain. Dalam hal tanggung jawab, adikku lebih bisa diandalkan. Kalau kami berdua ada di rumah sementara kedua orang tua harus pergi, maka adikku akan diberi lebih banyak pesan dan amanat untuk menjaga rumah. Hehe.. Kadang-kadang memang terkesan Titi lebih dewasa. Tidak jarang aku merasa punya Titi tapi seperti punya Koko di rumah. Namun ini bukan perbandingan yang menyakitkan. Sebaliknya aku bangga punya seorang adik yang memang bisa bertindak sebagai laki-laki sekalipun ia yang paling muda di rumah.
Bagiku sama sekali bukan masalah untuk diperbandingkan dengan Titi, tapi kadang-kadang rasanya tidak nyaman kalau keluarga besar kami bertemu dan aku diperbandingkan dengan adik sepupu perempuan, betapapun banyak perbedaan yang membuat kami masing-masing unik dan seharusnya tidak perlu dibandingkan. Contohnya perbandingan bentuk tubuh. Sepupuku lebih tinggi, sementara aku pendek. Singkatnya, cucu paling pendek. Para ibu-ibu akan berkomentar kalau sepupuku pasti cocok lah pakai ini itu karena dia tinggi. Sementara aku??? 160 cm aja nggak nyampe... >.< Selain itu, sekalipun sepupuku lebih berat, namun beratnya cukup proposional sehingga ia tampak langsing. "Langsing" adalah komentar yang ditujukan kepadanya, sementara aku??? "Kuliah ndek Jakarta tambah lemu ya. Pipi lu tuh lo kayak bakpao." (Kuliah di Jakarta semakin gemuk ya. Pipimu itu seperti bakpao.) Bukan komentar yang menyenangkan untuk seorang gadis, betapapun percaya dirinya dia akan penampilan fisiknya. Puji Tuhan itu hanya berlangsung sementara tanpa siksaan dari orang yang dibandingkan denganku.
3 Orang itu dari tahun ke tahun pergi meninggalkan kotanya untuk sujud menyembah dan mempersembahkan korban kepada TUHAN semesta alam di Silo. Di sana yang menjadi imam TUHAN ialah kedua anak Eli, Hofni dan Pinehas. 4 Pada hari Elkana mempersembahkan korban, diberikannyalah kepada Penina, isterinya, dan kepada semua anaknya yang laki-laki dan perempuan masing-masing sebagian. 5 Meskipun ia mengasihi Hana, ia memberikan kepada Hana hanya satu bagian, sebab TUHAN telah menutup kandungannya. 6 Tetapi madunya selalu menyakiti hatinya supaya ia gusar, karena TUHAN telah menutup kandungannya. 7 Demikianlah terjadi dari tahun ke tahun; setiap kali Hana pergi ke rumah TUHAN, Penina menyakiti hati Hana, sehingga ia menangis dan tidak mau makan. 8 Lalu Elkana, suaminya, berkata kepadanya: "Hana, mengapa engkau menangis dan mengapa engkau tidak mau makan? Mengapa hatimu sedih? Bukankah aku lebih berharga bagimu dari pada sepuluh anak laki-laki?"
Wounded over the years
Tidak disebutkan dalam 1 Samuel, berapa tahun tepatnya Hana menderita karena tidak mempunyai anak. Namun Alkitab menyebutkan bahwa dari tahun ke tahun, Penina menyakiti hati Hana sehingga ia menangis dan tidak mau makan. Hal ini bisa terjadi dalam kurun waktu 5, 10, 15 tahun.... Siapa yang tahu?? Yang jelas ada kontinuitas yang terjadi dalam kurun waktu yang cukup lama. Penderitaannya berkepanjangan, seakan-akan tanpa akhir. Dibandingkan dengan Penina sudah cukup menyakitkan, apalagi disakiti oleh Penina. Suatu hal yang sangat wajar ketika ia terluka dan menangis. Namun aku bersyukur ia memilih untuk mencurahkan segenap hati dan jiwanya, setiap rasa sakit yang ia rasakan kepada Tuhan.
9 Pada suatu kali, setelah mereka habis makan dan minum di Silo, berdirilah Hana, sedang imam Eli duduk di kursi dekat tiang pintu bait suci TUHAN, 10 dan dengan hati pedih ia berdoa kepada TUHAN sambil menangis tersedu-sedu. 11 Kemudian bernazarlah ia, katanya: "TUHAN semesta alam, jika sungguh-sungguh Engkau memperhatikan sengsara hamba-Mu ini dan mengingat kepadaku dan tidak melupakan hamba-Mu ini, tetapi memberikan kepada hamba-Mu ini seorang anak laki-laki, maka aku akan memberikan dia kepada TUHAN untuk seumur hidupnya dan pisau cukur tidak akan menyentuh kepalanya."
Prayed to God, weeping bitterly
Menanggung luka hati yang mendalam dari tahun ke tahun. Hana memilih untuk berdoa kepada Tuhan sambil menangis tersedu-sedu. Ia tidak kecewa atau pun marah kepada Tuhan yang menutup kandungannya. Sebaliknya, ia mengadu kepada Tuhan. Ia mencurahkan isi hatinya kepada Tuhan. Berapa banyak orang Kristen, menyadari kedaulatan Tuhan, mengetahui bahwa Tuhan mengizinkan ia menderita dan sakit hati, lantas tidak mau datang kepada Tuhan?
Asked from and for God
Tidak hanya datang kepada Tuhan, Hana bahkan bernazar bahwa jika Tuhan memperhatikan sengsaranya dan memberinya seorang anak laki-laki, Hana akan memberikan dia kepada Tuhan untuk SEUMUR HIDUP. Satu-satunya anak yang ia nanti-nantikan, diberikan kepada Tuhan untuk seumur hidup. Itu artinya Hana siap untuk menjalani lagi tahun-tahun tanpa seorang anak di sisinya. Kali ini lebih berat, karena ia punya seorang anak, tapi seperti tidak punya anak.
Inilah doa permohonan yang luar biasa. Hana di dalam kepedihan hatinya tidak meminta bagi dirinya sendiri, namun bagi kemuliaan Tuhan. Dalam keadaan yang baik saja seringkali sulit bagi kita untuk meminta dari Tuhan bagi kemuliaan Tuhan. Lebih mudah untuk meminta bagi diri sendiri. Namun dalam kepedihan hati yang luar biasa, Hana justru meminta seorang putra bagi kemuliaan Tuhan dan pekerjaan-Nya.
12 Ketika perempuan itu terus-menerus berdoa di hadapan TUHAN, maka Eli mengamat-amati mulut perempuan itu; 13 dan karena Hana berkata-kata dalam hatinya dan hanya bibirnya saja bergerak-gerak, tetapi suaranya tidak kedengaran, maka Eli menyangka perempuan itu mabuk. 14 Lalu kata Eli kepadanya: "Berapa lama lagi engkau berlaku sebagai orang mabuk? Lepaskanlah dirimu dari pada mabukmu." 15 Tetapi Hana menjawab: "Bukan, tuanku, aku seorang perempuan yang sangat bersusah hati; anggur ataupun minuman yang memabukkan tidak kuminum, melainkan aku mencurahkan isi hatiku di hadapan TUHAN. 16 Janganlah anggap hambamu ini seorang perempuan dursila; sebab karena besarnya cemas dan sakit hati aku berbicara demikian lama." 17 Jawab Eli: "Pergilah dengan selamat, dan Allah Israel akan memberikan kepadamu apa yang engkau minta dari pada-Nya." 18 Sesudah itu berkatalah perempuan itu: "Biarlah hambamu ini mendapat belas kasihan dari padamu." Lalu keluarlah perempuan itu, ia mau makan dan mukanya tidak muram lagi.
Pouring out your soul to the Lord
Hana telah mengambil keputusan yang tepat. Ia mencurahkan isi hatinya, segenap jiwanya kepada Tuhan. Ia merendahkan dirinya di hadapan Tuhan. Pada saat seseorang merendahkan dirinya di hadapan Tuhan, mempercayai Tuhan sepenuhnya, dan bersandar kepada Tuhan sambil menantikan Dia, Tuhan mendengar, memperhatikan, dan melaksanakan kehendak-Nya dalam hidup orang tersebut.
Kita tahu bahwa Tuhan telah lama menutup kandungan Hana. Namun di sisi lain kita juga tahu bahwa jauh sebelum dunia dijadikan, Tuhan telah menentukan dan memilih orang-orang pilihan-Nya, termasuk Samuel. Tuhan memang membiarkan Hana menderita sampai akhirnya ia datang ke hadapan Tuhan dengan hati yang hancur. Justru hati yang hancur tidak dipandang hina oleh Tuhan, malah menjadi suatu persembahan yang berkenan di hadapan-Nya.
Apapun yang menjadi permasalahan hidup, beban, bahkan luka hati selama bertahun-tahun tidak dipandang hina oleh Tuhan. Justru dengan rendah hati dan jujur kita harus datang kepada-Nya, mencurahkan segenap isi hati dan jiwa kita kepada Tuhan. Percaya dan nantikan Tuhan, sehingga ia dapat melaksanakan kehendak-Nya. Jadikan dukamu tempat kudus Tuhan, tempat Ia melakukan kehendak-Nya. Hanya, jadilah jujur dan rendah hati di hadapan-Nya.
Lanjutkan baca 1 Samuel 1 dan 2, maka kita akan menemukan betapa Tuhan menunjukkan kasih setianya kepada Hana dengan memberikan ia anak-anak lelaki dan perempuan setelah ia memperoleh Samuel dan memberikannya untuk Tuhan.. Lebih dari yang pernah diminta Hana, apa yang justru tidak pernah terpikirkan oleh Hana, tidak pernah timbul dalam hatinya untuk mempunyai lebih banyak anak, itulah yang Tuhan sediakan bagi Hana yang mengasihi Tuhan. Curahkan isi hatimu, segenap hatimu kepada Tuhan sebagai tanda bahwa kamu mengasihi dan mempercayai Dia sepenuhnya, sekalipun Tuhan jugalah yang "menutup" jalanmu.
No comments:
Post a Comment