Memberi pinjaman di bawah Rp 50.000 ketika sedang hang out bersama teman merupakan hal yang sepele. Duit nggak dibalikin juga nggak masalah. Namun kalau teman sudah pinjam uang senilai lebih dari ratusan ribu, siapa yang tidak kuatir uang tersebut tidak kembali?
4. Kenali kemampuanmu dalam memberi pinjaman.
I do think that God wants us to lend some money to help others wisely.
Kalau kita teliti, hal pinjam meminjamkan uang ini juga Tuhan atur dalam Firman-Nya. Dia tahu betapa urusan duit adalah hal yang sangat sensitif, sangat berpengaruh dalam kehidupan umat-Nya.
1. Kenali siapa yang akan kamu pinjami uang.
Hanya karena kita berhubungan baik, bukan berarti uang kita adalah uang bersama. Hanya karena dia seorang saudara atau sahabat dekat juga bukan berarti kita harus memberi pinjaman. Jangan karena dia seorang yang dekat, lalu karena sungkan tanpa pikir panjang kita langsung meminjaminya uang.
Bagi saya Firman Tuhan jelas sekali menyebutkan kriteria orang yang harus kita beri pinjaman.
Jika sekiranya ada di antaramu seorang miskin, salah seorang saudaramu di dalam salah satu tempatmu, di negeri yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, maka janganlah engkau menegarkan hati ataupun menggenggam tangan terhadap saudaramu yang miskin itu, (Ulangan 15:7)
Apapun hubungan kita dengan orang yang bermaksud meminjam (sahabat, saudara, pacar, dll), kriterianya jelas sekali dalam memberi pinjaman: ia seorang miskin.
mis.kin
- a tidak berharta; serba kekurangan (berpenghasilan sangat rendah)
(Sumber: KBBI Online)
Miskin tidak sama dengan bokek ya. Ada kalanya, katakanlah teman kita tidak punya uang. Bukan karena miskin, bisa jadi karena memang ia boros. Gaya hidup melampaui penghasilan bulanan. Dengan kata lain, dia belum bijak dalam mengatur keuangan. Nah, saya rasa kita justru harus menolongnya dengan membantu memikirkan cara mengatur keuangan dengan baik, bagaimana berhemat, dan sebagainya. Tidak harus dengan memberi pinjaman uang. Sometimes, for people like this we just need to be with them while they bear the consequence as a part of life-learning process. Jadilah teman yang baik ketika dia harus mengirit habis-habisan akibat perbuatan borosnya. Dukunglah dia untuk berhemat. Dengan begitu dia akan belajar untuk lebih bijak.
Miskin juga bukan berarti pengangguran, melainkan berpenghasilan sangat rendah. Jadi dia sudah bekerja dengan baik, bahkan mungkin waktunya habis untuk bekerja, tapi tetap tidak menghasilkan banyak. Nah, orang-orang inilah yang perlu kita tolong.
Jadi kalau ada sahabat, saudara, bahkan pacar pinjam uang karena tidak berpenghasilan alias nganggur, saya menyarankan agar kita tidak perlu segan untuk tidak meminjamkan uang.
Firman Tuhan berkata, jika seorang tidak mau bekerja, janganlah ia makan. (2 Tesalonika 3:10).
2. Kenali kebutuhan peminjaman uang tersebut.
Kalau kita sudah benar memastikan bahwa orang yang akan kita pinjami adalah seorang yang miskin, ketahui dengan pasti yang dia butuhkan.
Apakah dia butuh uang untuk makan sehari-hari?
Apakah dia butuh uang untuk tempat tinggal?
Apakah dia butuh uang untuk pakaian?
Apakah dia butuh uang untuk perawatan/pengobatan?
Saya rasa kalau kebutuhannya mencakup hal-hal yang pokok, kita sudah seharusnya memberi pinjaman dengan sukarela.
Namun kalau ia butuh pinjam uang demi handphone terbaru, saya rasa kita sudah tahu bagaimana cara menolaknya.
3. Kenali prinsip Firman Tuhan dalam memberi pinjaman.
Bagi seorang yang betul-betul miskin, Tuhan menghendaki agar kita memberi pinjaman dengan limpah, cukup untuk keperluannya seberapa ia perlukan (Ulangan 15:8).
Limpah = berarti kita diminta untuk bermurah hati, tidak pelit dalam memberi
Cukup = ada batasan
Contoh: saudara kita butuh uang untuk sekolah.
Berikanlah dengan limpah: uang SPP, uang seragam, uang buku, bahkan mungkin uang saku untuk transportasi dan makan di sekolah.
Tuhan Yesus pernah berkata, kalau ada yang mengingini bajumu, berikan juga jubahmu. It is about giving an extra mile.
Saya rasa kita harus bijak. Memberi dengan limpah bukan berarti kelebihan sehingga bisa dihamburkan. Uang bukan untuk dihamburkan dengan sia-sia.
Berikanlah dengan cukup: kalau SPP-nya sebulan Rp 500.000,- ya berikanlah sesuai harga itu. Sesuai tagihan, tidak kurang dan tidak lebih.
Image from https://www.yoursmartmoneymoves.com/2017/10/28/should-you-lend-money-to-a-co-worker/ |
4. Kenali kemampuanmu dalam memberi pinjaman.
Berapa banyak yang kita punya dan bisa berikan untuk dipinjam? Pastikan yang bisa kita pinjamkan itu sesuai dengan kemampuan kita. Kalau sekarang katakanlah uang kita dipinjam sejuta, hal itu tidak akan mempengaruhi kebutuhan hidup kita sehari-hari. Namun kalau sejuta itu dipinjam lantas kita jadi kesulitan secara finansial, jangan dipinjamkan.
Tujuan memberi pinjaman itu untuk menolong orang miskin. Bahkan dalam Ulangan 15, Tuhan mengatur tentang tahun penghapusan hutang untuk menolong mereka yang sangat miskin sehingga tidak sanggup membayar hutang.
Pastikan juga kita siap jika orang yang kita pinjami itu tidak sanggup membayar sama sekali, bahkan mungkin dia sudah keburu dipanggil pulang ke rumah Bapa sebelum sempat melunasi hutangnya.
Jangan sampai kita jadi ikut miskin karena memberi pinjaman atau menanggung hutang orang lain.
Hutang orang tua bukan hutang anak.
Hutang kakak bukan hutang adik.
Hutang pacar bukan hutang kita.
Demikian pula sebaliknya.
Oleh sebab itu, Firman Tuhan berkata,
Jangan engkau termasuk orang yang membuat persetujuan, dan yang menjadi penanggung hutang. Mengapa orang akan mengambil tempat tidurmu dari bawahmu, bila engkau tidak mempunyai apa-apa untuk membayar kembali? (Amsal 22:26-27)
5. Doakan dan konsultasikan.
Ada kalanya kita bisa dibutakan oleh rasa sungkan kalau tidak memberi pinjaman, kasihan, relasi yang mendalam, bahkan cinta. Jangan sampai karena cinta buta, kita memberi pinjaman tanpa pikir panjang. Puji Tuhan kalau sang kekasih bertanggung jawab, lah kalau kabur?
Oleh karena itu doakanlah. Tanyakan pada Tuhan. Minta Tuhan nyatakan kehendak-Nya atas pengaturan keuangan kita, termasuk soal meminjamkan uang.
For married couple, discuss it with your spouse. Saya pernah membuat kesalahan pada bulan-bulan awal pernikahan dengan memberi pinjaman uang tanpa meminta pendapat suami. Memang saya menceritakan hal ini kepadanya dan dia tidak marah. Toh saya juga tidak minta uangnya. Namun yang saya lakukan itu tidak sepantasnya.
As a wife, I should submit to my husband. Lain kali saya harus tanya dia dulu, walaupun uang itu dari gaji saya sendiri. Namun kami bukan lagi dua, melainkan satu. Termasuk soal keuangan juga sudah menjadi satu. That's why I have to discuss it with my husband before deciding to lend money. Whatever my husband say, I have to obey.
As for singles, berkonsultasilah dengan orang yang mengerti Firman dan cukup dewasa untuk dimintasi pendapat. Bisa orang tua sendiri maupun mentor rohani kita. Bisa jadi Tuhan akan menjawab doa kita melalui mereka.
At last....
Berikanlah dengan sukarela dan sukacita.
Berikanlah dengan sukarela dan sukacita.
Kalau sudah yakin mau memberi pinjaman, berilah dengan sukarela dan sukacita.
Engkau harus memberi kepadanya dengan limpahnya dan janganlah hatimu berdukacita, apabila engkau memberi kepadanya, sebab oleh karena hal itulah TUHAN, Allahmu, akan memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu dan dalam segala usahamu. (Ulangan 15:10)
Jangan bersungut-sungut, supaya kita juga jangan berdosa kepada Tuhan.
Berikan kepada rela, dengan kasih kepada Tuhan dan juga kepada orang itu.
Berikan dengan sukacita karena kita berhasil melakukan apa yang menyenangkan hati Tuhan dan pasti akan diberkati oleh Tuhan.
Selamat memberi dan menjadi berkat!
No comments:
Post a Comment