Berfoto selfie, pakai baju menerawang, makan mendahului ratu, aktif dan eksis di sosmed, duduk dengan menyilangkan kaki, dan entah apa lagi yang dilarang untuk dilakukan Meghan Markle sebagai istri Pangeran Harry. Kalau tidak salah ada 10 hal yang disebut wartawan sebagai “larangan gila”.
Marry into an imperial family, she has to let go so much of her freedom.
Walaupun tampaknya sepele, tapi saya rasa tidak mudah menjalani hidup dengan larangan-larangan yang tampaknya tidak signifikan itu. Mau tak mau, aturan dan larangan kerajaan kini mengekang hidupnya.
Benarkah dia merasa terkekang?
Terkekang atau tidak, jelasnya Meghan pasti sudah diberi tahu aneka aturan dan larangan kerajaan sebelum menikah. Willing to marry to Prince Harry, I think she is aware of the consequences.
Inilah pertanyaan saya sekarang. Apakah saya cukup sadar dengan segala konsekuensi menikahi calon suami saya? Memang dia bukan seorang bangsawan, tapi tetap saja…. Menikahi siapapun ada konsekuensinya. Baik kebahagiaan maupun kemalangan.
Let go my ego is one of the consequences I should bear. Kami berdua sama-sama anak sulung. Both of you are decision maker. Begitu kata pendeta yang membimbing konseling pra-nikah kami. Bukan hanya di rumah, melainkan juga di tempat kerja. Masing-masing terbiasa memimpin dan membuat keputusan.
Sejauh ini sih kami baik-baik saja. Tidak pernah ribut besar hanya karena berbeda pendapat dalam pengambilan keputusan.
However, dating is different from a marriage life, right? If I want to list down, there are a lot of challenges I will have for marrying him.
And those challenges remind me of the price a Jesus’ bride should pay.
Pertanyaan kedua. Apakah kita cukup sadar dengan segala konsekuensi menjadi mempelai Kristus?
Lembaga Akitab Indonesia memberi judul Segala sesuatu harus dilepaskan untuk mengikut Yesus untuk perikop tentang harga yang harus dibayar seorang Kristen dalam Lukas 14:25-35. Mahal sekali! Bukan hanya sepuluh, melainkan segala sesuatu!
Segala sesuatu itu termasuk keluarga dan diri sendiri.
Tuhan Yesus harus lebih utama dibandingkan orang tua, suami/istri, anak-anak, saudara-saudara, bahkan nyawa sendiri!
Rincian harga mengikut Yesus ini tak menyenangkan kedengarannya. Tidak se-prosper yang biasa suka kita dengar untuk dikhotbahkan. Moreover, it sounds impossible!
Namun sebagai orang yang sudah menerima anugerah Tuhan yang paling mustahil, yaitu keselamatan, tidak perlu lagi kita kuatir dan takut. He, who enables us to marry someone, will also enable us to live as His bride, His own people.
Jadi, demi Tuhan Yesus Sang Anak Domba Allah, relakah kita melepas segala sesuatu?
Marry into an imperial family, she has to let go so much of her freedom.
Walaupun tampaknya sepele, tapi saya rasa tidak mudah menjalani hidup dengan larangan-larangan yang tampaknya tidak signifikan itu. Mau tak mau, aturan dan larangan kerajaan kini mengekang hidupnya.
Benarkah dia merasa terkekang?
Terkekang atau tidak, jelasnya Meghan pasti sudah diberi tahu aneka aturan dan larangan kerajaan sebelum menikah. Willing to marry to Prince Harry, I think she is aware of the consequences.
Inilah pertanyaan saya sekarang. Apakah saya cukup sadar dengan segala konsekuensi menikahi calon suami saya? Memang dia bukan seorang bangsawan, tapi tetap saja…. Menikahi siapapun ada konsekuensinya. Baik kebahagiaan maupun kemalangan.
Let go my ego is one of the consequences I should bear. Kami berdua sama-sama anak sulung. Both of you are decision maker. Begitu kata pendeta yang membimbing konseling pra-nikah kami. Bukan hanya di rumah, melainkan juga di tempat kerja. Masing-masing terbiasa memimpin dan membuat keputusan.
Sejauh ini sih kami baik-baik saja. Tidak pernah ribut besar hanya karena berbeda pendapat dalam pengambilan keputusan.
However, dating is different from a marriage life, right? If I want to list down, there are a lot of challenges I will have for marrying him.
And those challenges remind me of the price a Jesus’ bride should pay.
Pertanyaan kedua. Apakah kita cukup sadar dengan segala konsekuensi menjadi mempelai Kristus?
Lembaga Akitab Indonesia memberi judul Segala sesuatu harus dilepaskan untuk mengikut Yesus untuk perikop tentang harga yang harus dibayar seorang Kristen dalam Lukas 14:25-35. Mahal sekali! Bukan hanya sepuluh, melainkan segala sesuatu!
Segala sesuatu itu termasuk keluarga dan diri sendiri.
Tuhan Yesus harus lebih utama dibandingkan orang tua, suami/istri, anak-anak, saudara-saudara, bahkan nyawa sendiri!
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku…. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku. (Lukas 14:27,33)
Namun sebagai orang yang sudah menerima anugerah Tuhan yang paling mustahil, yaitu keselamatan, tidak perlu lagi kita kuatir dan takut. He, who enables us to marry someone, will also enable us to live as His bride, His own people.
Jadi, demi Tuhan Yesus Sang Anak Domba Allah, relakah kita melepas segala sesuatu?
No comments:
Post a Comment