Pagi ini saya membaca Ulangan 24:6-22 sebagai bahan saat teduh. LAI memberi judul perikop ini, "Tentang melindungi sesama manusia." Dalam perikop ini Firman Tuhan mengajarkan bagaimana kita harus melindungi orang-orang di sekeliling kita, termasuk mereka yang merupakan orang asing dan orang yang berhutang kepada kita. Menurut saya ini suatu detil mengenai hal-hal konkret yang Tuhan ingin kita lakukan sebagai suatu cara melakukan isi hukum Taurat, yaitu mengasihi sesama manusia.
Bagian yang paling menarik hati saya ada dalam Ulangan 24:19-21. Tuhan mengatur apa yang menjadi bagian orang asing, anak yatim, dan janda.
Apabila engkau menuai di ladangmu, lalu terlupa seberkas di ladang, maka janganlah engkau kembali untuk mengambilnya; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda--supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu. Apabila engkau memetik hasil pohon zaitunmu dengan memukul-mukulnya, janganlah engkau memeriksa dahan-dahannya sekali lagi; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda. Apabila engkau mengumpulkani hasil kebun anggurmu, janganlah engkau mengadakan pemetikan sekali lagi; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda.
Pada zaman itu, orang-orang Israel diberkati Tuhan dengan mempunyai ladang, pohon zaitun, bahkan kebun anggur. Melalui usaha mereka ini, Tuhan telah mengatur apa yang menjadi bagian orang asing, anak yatim, dan janda. Yaitu berkas yang terlupakan, dahan-dahan yang tidak diperiksa lagi, serta buah anggur yang belum dipetik setelah hasil kebun dikumpulkan.
Ketika saya memikirkan seberapa banyak seberkas tuaian di ladang, hasil pohon zaitun yang masih tertinggal di dahan-dahannya, serta buah anggur yang belum terpetik pada saat pengumpulan hasil kebun, tampaknya tidak banyak yang tersisa. Hanya sebagian kecil. Apalagi kalau pemiliknya cukup teliti saat menuai hasil usaha mereka, maka yang tersisa semakin sedikit.
Dari yang sedikit inilah Tuhan berikan kepada orang asing, anak yatim, dan janda. Tuhan tidak minta banyak, hanya yang terlupakan dan yang tersisa. Bukan suatu hal yang sulit, kan?
Firman ini mungkin tampak tidak relevan dengan kehidupan kita saat ini. Saya yakin hampir setiap orang yang membaca tulisan ini tidak bekerja di ladang, menanam pohon zaitun, atau bahkan punya kebun anggur. Tapi kita semua bekerja. Baik itu wiraswasta ataupun karyawan. Kita punya penghasilan dan upah hasil kerja.
Ketika saya merenungkan ayat 19-21 tersebut, saya merasa bahwa Firman ini justru sangat relevan dengan kehidupan kita sekarang. Kita yang punya penghasilan tetap setiap bulan adalah orang-orang yang diberkati Tuhan. Kita diberi kecukupan. Walaupun bukan kaya raya, namun hidup kita cukup terpelihara. Sama seperti pemilik ladang, pohon zaitun, dan kebun anggur, dalam penghasilan kita ada bagian orang asing, anak yatim, dan janda. Saya rasa Tuhan ingin kita berbagi dengan mereka.
Haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir; itulah sebabnya aku memerintahkan engkau melakukan hal ini. (Ulangan 24:22)
Musa mengingatkan bangsa Israel bahwa mereka dahulu budak di tanah Mesir. Mereka dahulu hidup dalam penderitaan. Jadi kalau sekarang mereka diberkati dengan hasil tuaian di ladang, pohon zaitun, dan buah-buah anggur, Musa meminta mereka untuk tidak mengambil apa yang terlupakan dan tersisa. Sebab itulah bagian orang asing, anak yatim, maupun janda.
Siapakah orang asing, anak yatim, dan janda?
Kalau kita lihat konteks Firman Tuhan, orang asing tidak mungkin punya milik pusaka (tanah) di tengah-tengah bangsa Israel. Kelihatannya masuk akal jika Tuhan dalam Ulangan 24:19-21 mengatakan bahwa yang tersisa dan terlupakan adalah bagian orang asing juga, sebab mereka mungkin kekurangan.
Orang asing adalah orang yang bukan berasal dari tempat kita tinggal. Ia mungkin seorang diri merantau lalu tinggal dekat dengan kita. Tidak ada sanak saudara dan keluarga yang dekat dengan dia. Tuhan ingin kita memperhatikan orang asing. Menjadi saudara bagi mereka, memperhatikan kebutuhan mereka, membagikan sedikit dari yang kita punya bagi mereka.
Anak yatim adalah mereka yang tidak berbapa. Janda adalah mereka yang sudah ditinggalkan suaminya. Pada masa itu, anak yatim dan janda pada umumnya hidup berkekurangan setelah kehilangan sosok ayah dan suami dalam keluarga.
Saya rasa wajar jika Tuhan ingin kita berbagi penghasilan dengan mereka yang dalam posisi lemah, kekurangan, dan membutuhkan. Yang Tuhan mau yaitu supaya kita jangan dengan serakah mengambil berkat yang Tuhan berikan, tapi ingatlah akan mereka juga.
Tadinya saya berpikir bahwa ketiga ayat ini merupakan bentuk perhatian dan kasih Tuhan kepada orang-orang miskin. Saya pikir Tuhan ingin mereka bisa makan dan tetap hidup sehingga Dia berfirman:
janganlah engkau kembali untuk mengambilnya; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda
janganlah engkau memeriksa dahan-dahannya sekali lagi; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda
janganlah engkau mengadakan pemetikan sekali lagi; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda
Namun saya yakin bahwa tidak semua orang asing, anak yatim, maupun janda selalu merupakan orang-orang miskin. Tapi ketika Tuhan menaruh perhatian pada mereka, ada kebutuhan lain yang Tuhan lihat, lebih dari sekedar faktor kemiskinan. Setelah saya renungkan lagi, baik orang asing, anak yatim, maupun janda memiliki suatu kesamaan, yaitu sama-sama tidak punya pelindung sesama manusia.
Seorang asing tinggal di dekat kita, namun jauh dari orang tua dan keluarga yang bisa melindungi dia. Dengan kata lain, dia tidak memiliki seseorang yang bisa melindungi dia.
Seorang anak yatim tidak memiliki ayah yang bisa melindungi dia.
Seorang janda tidak memiliki suami yang bisa melindungi dia.
Dengan kata lain, Tuhan memperhatikan orang asing, anak yatim, dan janda karena mereka tidak mempunyai pelindung.
TUHAN menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. (Mazmur 146:9)
Ketika Firman Tuhan berbicara mengatur apa yang menjadi bagian orang asing, anak yatim, dan janda; saya rasa Tuhan ingin memakai umat-Nya untuk menjadi pelindung bagi mereka. Bukan hanya sebagai penyalur berkat kebutuhan sehari-hari kalau mereka kekurangan, melainkan juga sebagai pelindung bagi mereka. Semoga kita tidak berhenti pada sumbangan, sembako, dan santunan. Marilah kita menjadi pelindung yang memperhatikan hak-hak mereka (termasuk hak untuk dikasihi dan dihargai), pelindung yang mencerminkan Pelindung Sejati manusia. Biarlah TUHAN yang dimuliakan dan dipuji ketika umat-Nya (kita) dengan setia memperhatikan bagian orang asing, anak yatim, dan janda.
Bagian yang paling menarik hati saya ada dalam Ulangan 24:19-21. Tuhan mengatur apa yang menjadi bagian orang asing, anak yatim, dan janda.
Apabila engkau menuai di ladangmu, lalu terlupa seberkas di ladang, maka janganlah engkau kembali untuk mengambilnya; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda--supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau dalam segala pekerjaanmu. Apabila engkau memetik hasil pohon zaitunmu dengan memukul-mukulnya, janganlah engkau memeriksa dahan-dahannya sekali lagi; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda. Apabila engkau mengumpulkani hasil kebun anggurmu, janganlah engkau mengadakan pemetikan sekali lagi; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda.
Pada zaman itu, orang-orang Israel diberkati Tuhan dengan mempunyai ladang, pohon zaitun, bahkan kebun anggur. Melalui usaha mereka ini, Tuhan telah mengatur apa yang menjadi bagian orang asing, anak yatim, dan janda. Yaitu berkas yang terlupakan, dahan-dahan yang tidak diperiksa lagi, serta buah anggur yang belum dipetik setelah hasil kebun dikumpulkan.
Ketika saya memikirkan seberapa banyak seberkas tuaian di ladang, hasil pohon zaitun yang masih tertinggal di dahan-dahannya, serta buah anggur yang belum terpetik pada saat pengumpulan hasil kebun, tampaknya tidak banyak yang tersisa. Hanya sebagian kecil. Apalagi kalau pemiliknya cukup teliti saat menuai hasil usaha mereka, maka yang tersisa semakin sedikit.
Dari yang sedikit inilah Tuhan berikan kepada orang asing, anak yatim, dan janda. Tuhan tidak minta banyak, hanya yang terlupakan dan yang tersisa. Bukan suatu hal yang sulit, kan?
Firman ini mungkin tampak tidak relevan dengan kehidupan kita saat ini. Saya yakin hampir setiap orang yang membaca tulisan ini tidak bekerja di ladang, menanam pohon zaitun, atau bahkan punya kebun anggur. Tapi kita semua bekerja. Baik itu wiraswasta ataupun karyawan. Kita punya penghasilan dan upah hasil kerja.
Ketika saya merenungkan ayat 19-21 tersebut, saya merasa bahwa Firman ini justru sangat relevan dengan kehidupan kita sekarang. Kita yang punya penghasilan tetap setiap bulan adalah orang-orang yang diberkati Tuhan. Kita diberi kecukupan. Walaupun bukan kaya raya, namun hidup kita cukup terpelihara. Sama seperti pemilik ladang, pohon zaitun, dan kebun anggur, dalam penghasilan kita ada bagian orang asing, anak yatim, dan janda. Saya rasa Tuhan ingin kita berbagi dengan mereka.
Haruslah kauingat, bahwa engkau pun dahulu budak di tanah Mesir; itulah sebabnya aku memerintahkan engkau melakukan hal ini. (Ulangan 24:22)
Musa mengingatkan bangsa Israel bahwa mereka dahulu budak di tanah Mesir. Mereka dahulu hidup dalam penderitaan. Jadi kalau sekarang mereka diberkati dengan hasil tuaian di ladang, pohon zaitun, dan buah-buah anggur, Musa meminta mereka untuk tidak mengambil apa yang terlupakan dan tersisa. Sebab itulah bagian orang asing, anak yatim, maupun janda.
Siapakah orang asing, anak yatim, dan janda?
Kalau kita lihat konteks Firman Tuhan, orang asing tidak mungkin punya milik pusaka (tanah) di tengah-tengah bangsa Israel. Kelihatannya masuk akal jika Tuhan dalam Ulangan 24:19-21 mengatakan bahwa yang tersisa dan terlupakan adalah bagian orang asing juga, sebab mereka mungkin kekurangan.
Orang asing adalah orang yang bukan berasal dari tempat kita tinggal. Ia mungkin seorang diri merantau lalu tinggal dekat dengan kita. Tidak ada sanak saudara dan keluarga yang dekat dengan dia. Tuhan ingin kita memperhatikan orang asing. Menjadi saudara bagi mereka, memperhatikan kebutuhan mereka, membagikan sedikit dari yang kita punya bagi mereka.
Anak yatim adalah mereka yang tidak berbapa. Janda adalah mereka yang sudah ditinggalkan suaminya. Pada masa itu, anak yatim dan janda pada umumnya hidup berkekurangan setelah kehilangan sosok ayah dan suami dalam keluarga.
Saya rasa wajar jika Tuhan ingin kita berbagi penghasilan dengan mereka yang dalam posisi lemah, kekurangan, dan membutuhkan. Yang Tuhan mau yaitu supaya kita jangan dengan serakah mengambil berkat yang Tuhan berikan, tapi ingatlah akan mereka juga.
Tadinya saya berpikir bahwa ketiga ayat ini merupakan bentuk perhatian dan kasih Tuhan kepada orang-orang miskin. Saya pikir Tuhan ingin mereka bisa makan dan tetap hidup sehingga Dia berfirman:
janganlah engkau kembali untuk mengambilnya; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda
janganlah engkau memeriksa dahan-dahannya sekali lagi; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda
janganlah engkau mengadakan pemetikan sekali lagi; itulah bagian orang asing, anak yatim dan janda
Namun saya yakin bahwa tidak semua orang asing, anak yatim, maupun janda selalu merupakan orang-orang miskin. Tapi ketika Tuhan menaruh perhatian pada mereka, ada kebutuhan lain yang Tuhan lihat, lebih dari sekedar faktor kemiskinan. Setelah saya renungkan lagi, baik orang asing, anak yatim, maupun janda memiliki suatu kesamaan, yaitu sama-sama tidak punya pelindung sesama manusia.
Seorang asing tinggal di dekat kita, namun jauh dari orang tua dan keluarga yang bisa melindungi dia. Dengan kata lain, dia tidak memiliki seseorang yang bisa melindungi dia.
Seorang anak yatim tidak memiliki ayah yang bisa melindungi dia.
Seorang janda tidak memiliki suami yang bisa melindungi dia.
Dengan kata lain, Tuhan memperhatikan orang asing, anak yatim, dan janda karena mereka tidak mempunyai pelindung.
TUHAN menjaga orang-orang asing, anak yatim dan janda ditegakkan-Nya kembali, tetapi jalan orang fasik dibengkokkan-Nya. (Mazmur 146:9)
Ketika Firman Tuhan berbicara mengatur apa yang menjadi bagian orang asing, anak yatim, dan janda; saya rasa Tuhan ingin memakai umat-Nya untuk menjadi pelindung bagi mereka. Bukan hanya sebagai penyalur berkat kebutuhan sehari-hari kalau mereka kekurangan, melainkan juga sebagai pelindung bagi mereka. Semoga kita tidak berhenti pada sumbangan, sembako, dan santunan. Marilah kita menjadi pelindung yang memperhatikan hak-hak mereka (termasuk hak untuk dikasihi dan dihargai), pelindung yang mencerminkan Pelindung Sejati manusia. Biarlah TUHAN yang dimuliakan dan dipuji ketika umat-Nya (kita) dengan setia memperhatikan bagian orang asing, anak yatim, dan janda.
2 comments:
Speechless and convicted reading this post Nov...
"Setelah saya renungkan lagi, baik orang asing, anak yatim, maupun janda memiliki suatu kesamaan, yaitu sama-sama tidak punya pelindung sesama manusia...... Tuhan memperhatikan orang asing, anak yatim, dan janda karena mereka tidak mempunyai pelindung."
I have a son who always seeks me to protect him. To live without a father, or a mother or family to protect us is unimaginable for me. I will try to be a protector for as many people as God put around me, and let's be for those around you as well.
Thanks Nov for writing this. Always love to read your writings. A Fan.
Thanks so much ko Jerry and ce Trisya :)
Post a Comment