Tuesday, December 3, 2013

Ujian Hidup

Satu-satunya jenjang pendidikan yang dikenal tidak punya ujian adalah Taman Kanak-kanak. Tadinya aku juga berpikir begitu. Tapi sekarang, sebagai guru TK yang harus ngebut dengan dateline report card, aku sibuk menguji anak-anak satu per satu demi pengisian report card yang akurat. Kalau minggu-minggu sebelumnya aku bikin lesson plans, maka untuk dua minggu ini aku bikin assessment plans.

Selama 2 hari ini menguji kemampuan anak-anak, aku mendapati bahwa mereka tampaknya happy-happy aja, bahkan teriak-teriak kesenengan waktu dikasih worksheet yang aku pake buat menilai perkembangan belajar mereka. Ya iyalah, gimana nggak happy-happy aja, lah mereka nggak tahu kalau lagi diuji. Bisa nggak bisa ya dikerjain aja dengan senang hati. Kalau ditanya-tanya secara individual ya jawab-jawab aja sebisanya dengan hati ringan, tidak ada perasaan takut kalau tidak bisa menjawab. Kalau disuruh nyanyi ya nyanyi aja, peduli amat fals atau sumbang. Mereka merasa aman-aman saja, sementara gurunya deg-degan ketika harus mengetes anak satu demi satu. Soalnya hasil belajar mereka juga merupakan hasil mengajarku selama satu semester ini. Apakah aku sudah mengajar dengan baik? Beda dengan gurunya, anak-anak TK di kelasku tidak akan bertanya, "Apakah aku sudah belajar dengan baik?". Mereka tidak tahu apa itu ujian dan bagaimana.

Ada kalanya kita juga seperti anak-anak TK di kelasku yang tidak tahu kalau sedang diuji. Mungkin saja kita seringkali tidak tahu kalau Tuhan sedang menguji hati dan hidup kita. Lalu kita happy-happy aja. Santai-santai aja. Hidup seenaknya. Tidak takut gagal, tidak takut salah, tidak takut berbuat dosa, tidak takut Tuhan! Hati ringan berbuat dan berkata apa saja. Padahal mata Tuhan melihat apapun yang kita perbuat, baik ataupun jahat. Di tangan-Nya akan ada satu keputusan berdasarkan hasil ujian hidup kita. Orang fasik dihukum, orang benar diberkati. Hamba yang baik dan setia diberi tanggung jawab dalam perkara yang lebih besar. Hamba yang jahat dan malas dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di mana terdapat ratap dan kertak gigi (Matius 25:14-30).

Bersyukur deh, Tuhan tidak seperti guru TK yang menulis tulisan ini. Guru TK yang satu ini tidak memberi tahu anak-anak didiknya kalau mereka sedang diuji. Jadi wajar lah kalau mereka happy-happy aja, santai-santai aja, tidak takut salah sedikit pun kalau ditanya. Sebaliknya, Tuhan kita itu bermurah hati memberi tahu bahwa Dia menguji hidup manusia.

TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, takhta-Nya di sorga; mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia. TUHAN menguji orang benar dan orang fasik, dan Ia membenci orang yang mencintai kekerasan. (Mazmur 11:4-5)

Jika kita tahu dan mengerti bahwa setiap saat mata Tuhan yang kudus mengamat-amati dan menguji kehidupan kita, maka seharusnya kita berhati-hati dan berjaga-jaga. Tidak sembarangan dalam berpikir, berkata-kata, dan bertingkah laku.

Aku bersyukur Tuhan memakai kepolosan anak-anak ini untuk mengingatkan betapa bodohnya aku sebagai orang berdosa. Sudah tahu bahwa Tuhan itu kudus dan Maha Tahu, masih saja tidak takut berbuat dosa, apalagi takut Tuhan! Ngeri kalau ujian-ujian hidup ini sudah berakhir dan ternyata aku tidak lulus sebagai murid Kristus! Tapi terima kasih Tuhan, hari ini aku diingatkan kembali bahwa Tuhan senantiasa menguji hati dan hidupku. Bagianku adalah takut akan Tuhan dan mengerjakan keselamatan dengan gentar. Dan ini bukan bagianku saja, tapi juga kamu, ya kamuu.... yang dari tadi baca tulisan ini! Mata Tuhan menguji kamu sekarang!

No comments:

Post a Comment