Tahun ajaran 2013/2014 sudah hampir berakhir. Report card anak-anak sudah harus siap. Bahkan komentar naratif-nya sudah jadi. Tahun pertamaku mengajar hampir selesai. Kalau dipikir-pikir lagi, selama setahun terakhir, apa yang sudah anak-anak pelajari? Bagaimana mereka bertumbuh di kelasku?
Sejujurnya, aku nggak merasa berjasa besar. Alasan pertama, aku merasa masih banyak sekali kekurangan. Sebagai fresh graduate teacher, setiap hari adalah hari pertama dan pengalaman pertama mengajar. Sampai hari ini kadang-kadang aku masih bertanya-tanya dengan tidak mengerti, misalnya mengapa tiba-tiba seorang anak menangis di kelas atau bagaimana mengajarkan suatu materi pelajaran yang baru. Alasan kedua, anak-anak TK zaman sekarang sudah pinter-pinter. Setiap hari rajin les calistung plus bahasa Inggris. Belajarnya juga sangat ketat dan intensif, nggak pake acara main-main seperti kegiatan belajar di sekolah. Dari 19 murid di kelas, aku cuma merasa berjasa sama satu orang anak. Dia nggak les di rumah. Selain itu juga orang tuanya sibuk kerja. Jadi satu-satunya orang yang mengajari dia ya cuma aku. Gimana dengan yang lain?
Ada beberapa anak yang kayaknya secara akademis tidak terlalu kelihatan berkembang. Jadi aku merasa tidak membawa pengaruh apa-apa. Kalau dipikir-pikir lagi, anak-anak ini mau diajarin kayak apa juga kesannya tuh nggak ngefek. Lah dari rumah sudah pinter. Seringkali mereka selangkah lebih maju dari rencana pengajaran yang sudah disiapkan gurunya.
Sejujurnya, aku nggak merasa berjasa besar. Alasan pertama, aku merasa masih banyak sekali kekurangan. Sebagai fresh graduate teacher, setiap hari adalah hari pertama dan pengalaman pertama mengajar. Sampai hari ini kadang-kadang aku masih bertanya-tanya dengan tidak mengerti, misalnya mengapa tiba-tiba seorang anak menangis di kelas atau bagaimana mengajarkan suatu materi pelajaran yang baru. Alasan kedua, anak-anak TK zaman sekarang sudah pinter-pinter. Setiap hari rajin les calistung plus bahasa Inggris. Belajarnya juga sangat ketat dan intensif, nggak pake acara main-main seperti kegiatan belajar di sekolah. Dari 19 murid di kelas, aku cuma merasa berjasa sama satu orang anak. Dia nggak les di rumah. Selain itu juga orang tuanya sibuk kerja. Jadi satu-satunya orang yang mengajari dia ya cuma aku. Gimana dengan yang lain?
Ada beberapa anak yang kayaknya secara akademis tidak terlalu kelihatan berkembang. Jadi aku merasa tidak membawa pengaruh apa-apa. Kalau dipikir-pikir lagi, anak-anak ini mau diajarin kayak apa juga kesannya tuh nggak ngefek. Lah dari rumah sudah pinter. Seringkali mereka selangkah lebih maju dari rencana pengajaran yang sudah disiapkan gurunya.