Baru- baru ini, tempat kami dihebohkan dengan berita
meninggalnya salah seorang orang tua murid. Setiap orang yang mendengar berita
ini turut berduka bahkan cenderung iba mendengarnya. Betapa tidak, anaknya yang
bersekolah di tempat kami baru berusia 2,5 tahun. Bicara dan berjalan saja
belum sempurna betul, namun dalam usia sedini itu ia harus kehilangan sosok
paling signifikan dalam hidupnya, papa. Ya, ayahnya meninggal dalam usia yang
masih begitu muda. Untuk seorang pria berusia 30 tahun, tentu ia masih punya
begitu banyak hal untuk diimpikan. Impiannya buyar seketika, ketika kurang
lebih 7 bulan sebelum ia meninggal dokter memberikan vonis bahwa ia terjangkit
suatu virus yang menyerang bagian saraf yang akan melemahkan seluruh jaringan
dalam tubuhnya, dan pada akhirnya menyerang otak. Virus ini amat langka, konon
baru empat orang yang terdeteksi terjangkit virus ini, dan bapak ini salah
satunya. 4 Profesor yang ia datangi untuk untuk konsultasi memvonis dirinya
hanya berumur 2 tahun lagi. Namun Allah berkehendak lain, kesehatannya memburuk
sangat cepat. Keadaannya diperburuk dengan keengganannya mengkonsumsi obat-
obatan. Ia bertahan dengan penyakit yang membuat dirinya sekurus tulang, tidak
bisa berjalan atau bahkan duduk. Akhirnya dalam tujuh bulan, bapak ini
meninggal. Ia meninggalkan seorang istri yang berusia sekitar 27 tahun, dan
seorang anak laki- laki 2,5 tahun.